• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) 1 Faktor Kekuatan

5.1.2. Faktor Kelemahan

a. Skala usahatani yang dilakukan relatif kecil.

Sebagian besar lahan usahatani merupakan lahan yang diusahakan secara turun temurun. Berdasarkan dari hasil penelitian dilapangan, digambarkan bahwa

luas lahan yang diusahakan kelapa sebagian besar di responden petani karet (20 dilihat pada Gambar 8 dan Gamba

Gambar

Gambar 9. Pe

b. Tingkat pendidikan masyarakat mas Masih rendahnya

bisa menjadi kendala dalam pendidikan yang dimiliki penduduk dengan tingkat tingkat pendidikan yang Sarjana berjumlah 8.498

15%

15%

20%

diusahakan oleh para petani, baik petani karet maupun di bawah 1 Ha. Persetase luas lahan yang dimilik karet (20 orang) dan responden petani kelapa (20 orang) pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 8. Persentase lahan petani karet

Gambar 9. Persentase lahan petani kelapa

kan masyarakat masih relatif rendah.

rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat kendala dalam proses alih teknologi. Pada tahun 2009

dimiliki oleh masyarakat kabupaten Sambas didominasi tingkat pendidikan yang setara dengan SD. Adapun rincian

yang ada di kabupaten Sambas adalah sebagai berikut, berjumlah 8.498 orang, Diploma berjumlah 28.182 orang,

10% 65% 10% 0 – 0,5 H 0,6 – 1 Ha 1,1 – 1,5 Ha >1,6 Ha 5% 60% 20% 0 – 0,5 H 0,6 – 1 Ha 1,1 – 1,5 Ha >1,6 Ha maupun petani yang dimiliki oleh

(20 orang) dapat

masyarakat ini tahun 2009 tingkat

didominasi oleh dapun rincian dari sebagai berikut, yaitu: 28.182 orang, SMA 0,5 Ha 1 Ha 1,5 Ha >1,6 Ha 0,5 Ha 1 Ha 1,5 Ha >1,6 Ha

berjumlah 40.967 orang, SMP berjumlah 69.392 orang, SD sebanyak 96.825 orang, tidak sekolah/tidak tamat sekolah sebanyak 20.767 orang.

c. Sarana dan prasarana transportasi, listrik dan komunikasi yang kurang mendukung.

Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi, listrik dan komunikasi sangat penting dan merupakan sarana pendukung bagi perkembangan investasi. Jalan merupakan prasarana yang penting untuk menunjang mobilitas orang, barang dan jasa. Panjang jalan yang ada di kabupaten Sambas pada tahun 2009 (Sambas Dalam Angka, 2010) baru mencapai 842,15 kilometer, dari panjang jalan tersebut yang sudah beraspal baru mencapai 37,48 %; 11,58 % jalan berkerikil; dan 50,94 % jalan tanah. Dengan kondisi jalan seperti ini akan mempengaruhi proses produksi, karena mobilitas barang baik untuk pengadaan bahan baku maupun pemasaran hasil akan menjadi terganggu dan dapat memberikan dampak yang besar karena bisa menambah biaya produksi. Selain itu, tenaga listrik yang yang ada masih terjadi pemadaman bergilir disemua wilayah Kabupaten Sambas dan jaringan telekomunikasi yang masih belum terjangkau dan masih belum dapat dinikmati oleh semua masyarakat Kabupaten Sambas.

d. Penguasaan teknologi oleh petani masih rendah.

Proses pengolahan yang dilakukan karet ditingkat petani masih bersifat trdisional, karena masih belum melakukan proses pengolahan lebih lanjut sehingga jenis produk yang dihasilkan hanya pada produk yang biasa dan telah lama dilakukan oleh masyarakat. Jenis olahan yang dilakukan oleh petani karet adalah hanya dalam bentuk bahan olahan karet (bokar) dan dalam bentuk sheet- sheet tipis. Jenis olahan tersebut ada yang dijual dalam bentuk kering (sheettipis) dan basah atau dijual langsung kepada pedagang pengumpul yang ada di desa masing-masing. Selain itu untuk komoditas kelapa hanya dapat dilakukan secara trdisonal yaitu berupa pembuatan kopra. Dengan demikian sangat diperlukan penguasaan teknologi pengolahan lebih lanjut agar produksi yang dihasilkan lebih beragam dan diharapkan dapat menciptakan nilai tambah pada produk yang ada. Oleh karena itu, keterampilan sumber daya manusia dalam melakukan pengolahan lebih lanjut perlu untuk ditingkatkan melalui pelatihan-pelatihan.

e. Belum adanya tenaga ahli atau tenaga profesional tentang proses produksi pembuatan sebutret.

Dalam proses penerapan suatu teknologi diperlukan orang-orang yang ahli dibidangnya yang bisa memberikan pengarahan dan bimbingan agar teknologi yang telah disampaikan dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Olehkarena itu sangat diperlukan tenaga ahli yang sesuai dengan produk yang akan dikembangkan.

f. Produk masih belum banyak dikenal oleh masyarakat.

Sebagian besar masyarakat di kabupaten Sambas masih belum mengenal produk olahan sebutret yang merupakan kombinasi dari serat sabut kelapa dengan karet. Masih asingnya produk sebutret di kalangan masyarakat umum sehingga perlu kerja keras dalam melakukan promosi dan proses pemasaran di kabupaten Sambas. Berdasarkan hasil penelitian terhadap responden di lapangan diketahui bahwa sebagian besar belum mengenal produk serat sabut kelapa berkaret (sebutret). Data yang didapat dari total responden (70 responden) dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Jumlah masyarakat yang mengenal produk sebutret

Jenis Responden Mengenal produk Tidak mengenal produk Jumlah responden (orang)

Pedagang pengumpul karet 0 5 5

Pedagang pengumpul kelapa 0 5 5

Petani karet 0 20 20

Petani kelapa 0 20 20

Masyarakat umum 4 16 20

Total Responden 4 66 70 Persentase (%) 5,71 94,29 100

g. Kurangnya akses terhadap informasi pasar.

Pasar yang ada di kabupaten Sambas adalah pasar yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan sebagai penampung produk yang dihasilkan oleh para petani, sehingga harga bahan baku yang berlaku adalah harga yang telah ditetapkan oleh para pengusaha tersebut. ketetapan harga tersebut menjadi harga mati dan petani tidak mendapatkan alternatif yang lain atas barang yang dijual, karena tidak ada informasi lain yang mereka dapatkan selain harga yang berlaku di pasaran.

h. Keterbatasan modal.

Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri adalah dalam hal permodalan. Sehingga perlu adanya investor yang mau menanamkan modalnya dalam pembangunan industri pengolahan sebutret ini, karena jika dilimpahkan langsung kepada masyarakat petani, mereka tidak mempunyai modal untuk menyediakan bahan-bahan yang akan diperlukan dalam proses pengolahan tersebut, demikian halnya dengan pemerintah daerah. Karena terbatasnya dana atau anggaran yang dimiliki oleh pemda sangat sulit untuk proses pengembangan tersebut.

i. Daya saing yang rendah, hanya sebatas lokal desa dan kecamatan.

Artinya bahwa produk yang telah dihasilkan masih belum dapat diandalkan. Hal ini diakibatkan oleh masih minimnya kegiatan pengolahan, keterbatasan sarana distribusi dan jangkauan pemasaran, keterbatasan infrastruktur dan sarana dan prasarana, harga yang tidak stabil akibat dari tidak adanya mekanisme penentuan harga serta terbatasnya akses terhadap informasi pasar. Sehingga mau tidak mau petani menjual hasil produksinya hanya ditingkat lokal.

5.2. Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)

Dokumen terkait