• Tidak ada hasil yang ditemukan

Polifenol adalah salah satu fitokimia yang banyak tersebar di alam ini dan ada sekitar 8000 strukturnya yang telah diketahui. Mulai dari yang berupa fenol sederhana hingga tanin yang berberat molekul lebih dari 30 kDa. Senyawa ini bila dikonsumsi dapat mencegah penyakit akibat radikal bebas. Senyawa ini mampu menurunkan kejadian penyakit tersebut karena sifatnya yang mudah mendonorkan atom hidrogennya pada radikal bebas (King, 1999; Chung et al., 1998; Lee et al., 2004).

Tanin adalah salah satu polifenol yang banyak terkandung dalam tanaman. Senyawa ini terdiri dari tanin terkondensasi, tanin terhidrolisis dan florotanin. Tanin terkondensasi disusun oleh oligomer dan polimer flavonols, sedang tanin hidrolisat tersusun oleh asam galat dan elagat. Tanin terhidrolisis dalam pangan manusia hampir dapat dikatakan jarang dijumpai dibanding tanin terkondensasi (Cheynier, 1999; Chung et al. 1998, Quideau et al., 2011).

Florotanin adalah sejenis tanin yang berbeda dengan tanin yang terdapat pada tanaman darat. Tanin ini terdapat pada rumput laut coklat. Senyawa ini dalam rumput laut coklat dapat mencapai 25 % berat kering. Tanin ini tersusun atas polimerisasi floroglusinol (1,3,5-trihidroksibensen). Berdasar stuktur ikatan antar floroglusinol, florotanin dapat dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu: 1. florotanin yang terbentuk dengan ikatan eter, 2. florotanin yang terbentuk dengan ikatan fenil, 3. florotanin yang terbentuk dengan ikatan eter dan fenil, dan 4. florotanin yang terbentuk dengan ikatan dibenzodioksin. (Singh and Bharate, 2006). Rumus bangun floroglusinol dan turunannya dapat dilihat pada Gambar 4.

OH OH O H OH O H O O H OH OH OH OH OH O H O H OH O O H OH OH O H OH OH O H O OH O H O O H OH O O H OH Floroglusinol

Bifuhalol Difukol Fukofloretol Eckol

Gambar 4. Rumus bangun floroglusinol dan turunannya

Florotanin dalam rumput laut coklat terdapat dalam organel sel yang disebut physodes. Organel ini terdapat dalam sitoplasma dan berbentuk lingkaran atau elips. Organel ini mudah berpindah-pindah dan mampu memantulkan cahaya. Saat physodes bergerak dan berfusi ke dalam membran sel, florotanin akan disekresikan ke membran sel. Florotanin yang tersekresi itu selanjutnya akan membentuk ikatan kompleks dengan asam alginat. Asam alginat adalah salah satu komponen utama membran sel rumput laut coklat selain alginat dan fukan (Ogino C, 1962; Shibata et al. 2004; Koivikko et al., 2005).

Florotanin merupakan senyawa yang berwarna coklat kekuning-kuningan. Senyawa ini akan terlihat coklat gelap bila ditempatkan di udara bebas dan memberikan warna merah bila direaksikan dengan asam klorida. Senyawa ini bersifat higroskopis, pereduksi kuat dan mudah larut dalam pelarut polar (Ogino C, 1962; Pavia et al., 2002). Kelarutan florotanin dalam berbagai pelarut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kelarutan florotanin dalam berbagai pelarut

No. Pelarut Polaritas (P’) Kelarutan

1. 2. 3. 4. 5. Air Metanol Etanol Kloroform Eter 10,2 5,1 4,3 4,1 2,8 Larut Larut Larut Tidak larut Tidak larut Sumber: Ogino C (1962)

Beberapa peneliti telah berhasil mengekstrak dan mengisolasi florotanin dari beberapa spesies rumput laut coklat. Nagayama et al. (2002) telah mengekstraksi florotanin dari Eisenia bicyclis. Tepung rumput laut coklat ini diekstrak dengan metanol (1:3;b/v) dalam erlenmeyer sambil digoyang dengan

kecepatan 90 rpm selama 48 jam. Selanjutnya disaring dan dipekatkan dengan rotavapor. Ekstrak pekat selanjutnya ditambah metanol 240 mL, kloroform 480 mL, dan air bebas ion 180 mL. Setelah penambahan pelarut polar dan non-polar tersebut, lapisan bagian atasnya dipisahkan dan diekstrak dengan etil asetat 300 mL 2 kali. Ekstrak ini selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor dan dinyatakan sebagai florotanin kasar.

Sementara itu Wei et al. (2003) telah mendapatkan florotanin berberat molekul besar dari S. kjelmanianum. Rumput laut ini yang telah ditepungkan diekstrak dengan etanol 85% (1:2; b/v) sambil digoyang selama semalam di dalam ruang gelap. Selanjutnya disaring untuk mendapatkan larutan coklat gelap. Larutan selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor dan pekatan yang dihasilkan dicuci kloroform 3 kali dan dilanjutkan dengan eter 3 kali. Lapisan aqueous didialisis dengan akuabides selama semalam dalam ruang gelap bersuhu 4oC. Selama dialisis akuabides diganti 3 kali. Dialisat selanjutnya dipekatkan dengan rotavapor. Dialisat pekat selanjutnya dielusi dalam kromatografi kolom dengan toluen, aseton, dan aseton-metanol (1:2; v/v). Eluat aseton-metanol dinyatakan sebagai florotanin berberat molekul besar.

Okada et al. (2004) telah mengisolasi turunan florotanin yaitu eckol dan dieckol dari Eisenia kurome. Rumput laut coklat ini sebelumnya direfluks metanol (1:18;b/v) selama 3 jam dan 3 kali. Setelah metanol diuapkan, ekstrak selanjutnya difraksinasi dalam kolom kromatografi dengan eluen air, metanol, aseton, dan etil asetat. Fraksi metanol difraksinasi lagi dengan metanol aquoeus, metanol, dan aseton untuk menghasilkan fraksi 1-10. Fraksi 4 selanjutnya difraksinasi dengan metanol untuk mendapatkan fraksi 11-14. Fraksi 13 selanjutnya dielusi dengan n- butanol-n-propanol-H2

Berdasarkan pada strukturnya florotanin dapat berfungsi sebagai antioksidan. Beberapa penelitian menunjukkan senyawa ini mampu menunjukkan aktivitasnya sebagai antioksidan. Yan et al. (1998) mendapati bahwa aktivitas scavenger florotanin yang didapat dari S. kjelmanianum lebih kuat dibanding vitamin E. Sementara itu Lim et al. (2002) mendapatkan bahwa florotanin yang diperoleh dari S. siliquastrum mampu menghambat aktivitas anion superoksida O (4:1:5; v/v/v) untuk menghasilkan fraksi 15-23. Akhirnya fraksi 21 teridentifikasi sebagai dieckol dan fraksi 22 sebagai eckol.

dan hidroksil radikal, sedang Kang et al. (2004) menunjukkan bahwa florotanin dari rumput laut coklat spesies Ecklonia stolonifera mampu menghambat pembentukan spesies oksigen reaktif. Lebih lanjut Mori et al. (2003) menunjukkan bahwa florotanin yang didapat dari rumput laut coklat mampu menghambat peroksidasi lemak. Hal serupa dilaporkan oleh Wei et al. (2003) bahwa florotanin dari S. kjelmanianum yang berberat molekul besar juga mampu menghambat peroksidasi lemak. Okada et al. (2004) menyatakan florotanin yang didapat dari Eisenia bicyclis potensial untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes yakni dengan menghambat pembentukan Advanced Glycation End Products (AGEs) yaitu suatu radikal bebas yang dibentuk saat kondisi tubuh mengalami hiperglikemia atau diabetes.

Mekanisme aktivitas antioksidan florotanin dapat berupa donor hidrogen (proton), pengkelat logam dan peningkat aktivitas antioksidan enzim. Beberapa peneliti telah menunjukkan aktivitas tersebut antara lain: Nakai et al. (2006) memperlihatkan florotanin mempunyai kemampuan membersihkan anion superoksida lima kali lebih kuat dibanding katekin dan kekuatannya ini sangat tergantung pada oligomerisasi penyusun florotanin, Ahn et al. (2007) menunjukkan florotanin E. cava adalah senyawa kaya elektron yang cenderung memasuki reaksi donasi elektron yang sangat efisien, Rastian et al. (2007) memperlihatkan struktur dan keberadaan gugus hidroksil florotanin berperan dalam fungsinya sebagai senyawa antioksidan. Ye et al. (2009) memperlihatkan florotanin dari S. pallidum dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya dalam mendonorkan protonnya dan Li et al. (2009) menyatakan jumlah gugus hidroksil pada florotanin adalah yang paling bertanggung jawab terhadap efektivitas aktivitas penurunan reaktivitas radikal bebas.

Santoso et al. (2004) memperlihatkan ekstrak metanol S. polycystum mampu menghambat oksidasi minyak ikan yang diinduksi Fe2+ dengan kapasitas pengikatan pada logam tersebut sekitar 60%, hal ini dimungkinkan karena banyaknya gugus hidroksil yang terdapat pada florotanin. Florotanin S. pallidum menunjukkan aktivitas antioksidan dengan menghambat permulaan oksidasi lemak melalui pembentukan ion kompleks terhadap ion Fe2+ (Ye et al., 2009). Sementara itu Lee at al. (2010b) menyatakan florotanin dapat meningkatkan

aktivitas antioksidan enzim dengan terlebih dahulu menurunkan aktivitas radikal bebas hingga gugus sulfhidril asam amino enzim tidak teroksidasi. Kang et al. (2006) berpendapat florotanin dapat melindungi fungsi antioksidan enzim akibat radikal bebas dengan meningkatkan fosforilasi ERK.

Dokumen terkait