• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Fungsi dan Nilai Riparia

Riparia memiliki karakteristik fungsional ganda sebagai akibat lingkungan fisik yang unik. Secara umum mudah dikenali bahwa produktivitas ekosistem riparian tinggi akibat konvergensi energi dan materi yang melintasi riparian dalam jumlah yang besar (Mitsch dan Gosselink 1993).

Gordon et al. (2004) menyebutkan bahwa sungai memiliki 2 nilai. Nilai yang dimiliki ekosistem sungai juga dimiliki oleh ekosistem riparian. Nilai riparia tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:

1. Nilai ulitarian

Nilai pemanfataan konsumtif Nilai pemanfaatan produktif Nilai jasa

Nilai pendidikan dan penelitian

Nilai budaya, spiritual, eksperensial dan eksistensi Nilai estetika, rekreasi dan wisata

2. Nilai intrinsik Etika ekosentris Etika biosentris

Nilai intrinsik ditekankan pada nilai dari spesies dan komunitas yang tidak tergantung pada perspektif manusia. Nilai ulitarian tergantung pada pendapat dan kebutuhan manusia. Nilai ekosentris mengacu pada keutuhan komunitas biologis misalnya keterwakilan, keanekaragaman, kelangkaan dan kealamian. Nilai biosentris menekankan akan adanya nilai pada setiap individu organisma. Manusia perlu menghargai setiap bentuk kehidupan di lingkungan alami (Gordon et al. 2004).

FAO (1998) menyebutkan bahwa riparia memiliki empat (4) fungsi utama yaitu mengendalikan kualitas air, melindungi habitat sungai, memberikan naungan dan serasah organik, konservasi alami dan sebagai tempat rekreasi. Malanson (1995) menyebutkan bahwa riparian memiliki nilai ekonomi baik langsung maupun tidak langsung yaitu sumber kayu, mencegah banjir, mengisi kembali akuifer, sumber air permukaan dan produktivitas perikanan. Nilai sosial yang dimiliki riparian yaitu tempat rekreasi, penelitian, pendidikan dan estetika/keindahan.

Fungsi vegetasi riparian sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan organisma teresterial dan akuatik. Vegetasi riparian penting sebagai habitat ikan, pendukung rantai makanan, habitat hidupan liar, mempertahankan suhu, stabilisasi tepian sungai, perlindungan kualitas air, mempertahankan morfologi sungai dan mengendalikan banjir (Chang 2006). Gangguan terhadap riparian menjadi

penyebab utama terjadinya penurunan struktur dan fungsi sungai (Gordon et al. 2004).

Knight dan Bottoff (1984) yang diacu oleh Mitsch dan Gosselink (1993) mencoba memberikan berbagai fungsi vegetasi riparian (Gambar 2). Vegetasi riparian berperan sebagai habitat teresterial bagi hewan dewasa untuk mencari makan, istirahat dan bersembunyi. Helaian daun berguna sebagai tempat meletakkan telur. Vegetasi riparian dapat menaungi sungai sehingga suhu air dan produktivitas primer dapat dipertahankan. Vegetasi riparian juga sebagai pemasok serasah (energi) bagi sungai. Serasah yang masuk bersama dengan produsen primer akan menjadi makanan bagi invertebrata sungai. Vegetasi riparian juga mempertahankan kualitas dan kuantitas air sungai. Pengendalian suhu air sungai bersama dengan kualitas dan kuantitas air sungai akan mempertahankan laju pertumbuhan dan daur hidup invertebrata akuatik. Sungai yang memiliki makanan bagi invertebrata akuatik dan cocok dalam menunjang pertumbuhan dan daur hidup invertebrata akuatik merupakan habitat yang baik bagi invertebrata akuatik.

Gambar 2 Hubungan antara vegetasi riparian dan komunitas perairan sungai.

(Sumber: Knight dan Bottorff 1984diacu oleh Mitsch WJ dan Gosselink JG 1993)

Riparia tidak hanya memiliki nilai ekologis namun juga ekonomi dan sosial. Petts (1990) menyebutkan riparian memiliki sembilan (9) nilai yaitu:

1. Kualitas air. Riparia berperan sebagai penyaring untuk menjaga kualitas air sungai. Vegetasi Riparian Penyedia habitat teresterial Pemasok serasah (energi) ke sungai Penaung sungai Pemelihara kualitas dan kuantitas air

Pengendali produksi primer Pengendali suhu sungai Tempat cari makan, istirahat dan bersembunyi Tempat letakkan telur pada daun Makanan bagi invertebrata akuatik Ruang dan kualitas habitat invertebrata akuatik Laju pertumbuhan dan daur hidup

invertebrata akuatik

2. Suhu air. Vegetasi riparian memberikan naungan sehingga dapat mengatur fluktuasi air sungai.

3. Keseimbangan autotrof dan heterotrof. Vegetasi riparian dapat mengatur suhu air dan cahaya yang masuk ke sungai yang diperlukan dalam produksi primer. Riparia juga berperan dalam penyediaan materi organik ke sungai yang diperlukan oleh organisma heterotrof.

4. Stabilisasi morfologi sungai. Vegetasi riparian berperan dapat mempertahankan stabilitas tepian sungai.

5. Habitat perairan. Vegetasi riparian sebagai habitat bagi hidupan liar seperti invertebrata dan pisces.

6. Produksi perikanan. Vegetasi riparian sebagai pemasok senyawa organik yang diperlukan dalam rantai makanan ikan.

7. Habitat hidupan liar yang penting. Vegetasi riparian banyak dihuni oleh berbagai macam burung.

8. Sumber kayu. Vegetasi riparian berupa pohon sebagai penghasil kayu yang bernilai ekonomi.

9. Rekreasi dan amenity.

Hutan riparian terletak antara daratan dan sungai sehingga dapat berfungsi sebagai buffer/penyangga. Kondisi sungai berhubungan dengan kondisi riparia sebagai penyangga (Leavitt 1998). Hal ini disebabkan hutan riparian dapat mengendalikan transport sedimen dan bahan-bahan kimia ke sungai (Lawrence at al.1984; Waring dan Schlesinger 1985; Castelle et al.1994).

Sedimen tersebut akan dideposisikan di zona riparian (Waring dan Schlesinger 1985). Hutan riparian juga berperan sebagai penyangga

buangan nutrien dari agroekosistem (Lawrence at al.1984) seperti unsur N (Jacobs dan Gilliam 1985). Peranan hutan riparian tersebut tetap dapat berjalan walau hutan riparian berupa jalur hijau yang sempit (Bren 1993). Unsur nitrogen masuk ke sungai melalui aliran air bawah tanah (ground water flow) akan difilter oleh hutan riparian (Mayer et al. 2005).

Hutan riparian juga akan mereduksi erosi tebing (Waring dan Schlesinger 1985; Castelle et al. 1994; Jones et al.1999) melalui akar dari pohon-pohon besar yang dapat mengikat tanah (Waring dan Schlesinger 1985). Riparia juga berfungsi

mengurangi kecepatan arus sebab vegetasi riparian, berupa pohon dan semak, mampu mengurangi aliran air (Waring dan Schlesinger 1985). Vegetasi riparian juga berperan dalam perikanan (Waring dan Schlesinger 1985; Allan 1995; Johnson et al. 1995).

Hutan riparian penting dalam mempertahankan keanekaragaman hayati. Riparia merupakan ekoton yang terletak antara daratan dan sungai. Oleh karena itu, riparia memiliki ciri yang unik sebagai akibat interaksi yang kuat antara kedua ekosistem tersebut (Castelle et al. 1994). Keanekaragaman habitat di riparia akan mengarah ke diferensiasi niche/relung (Gosselink et al. 1980) yang menyebabkan terbentuknya keanakeragaman jenis baik tumbuhan dan hewan di riparia (Castelle et al. 1994). Pohon riparian baik sebagai habitat bagi invertebrata seperti serangga (Haslam 1997). Perubahan pohon riparian baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi hidupan liar (Petts 1990). Pohon riparian yang hilang telah mengurangi keanekaragaman ikan yang berada di sungai (Haslam 1997). Bahkan menurut Jones et al (1999), meskipun 95% suatu DAS berupa hutan namun jika ada gangguan pada riparia maka hal ini akan dapat mempengaruhi biota sungai seperti ikan. Oleh karena itu, Gordon et al. (2004) menyarankan perlunya mempertahankan dan memperbaiki riparia agar terjadi peningkatan populasi ikan sungai.

Dokumen terkait