• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.6. Gambaran Umum Kabupaten Bantul

4.6.13. Gambaran Kebijakan dan Program di Dinas-dinas

4.6.13.1.Dinas Pertanian dan Kehutanan

Visi dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul adalah Penyangga pangan protein nabati dan bahan baku industri serta terwujudnya kelestarian sumberdaya dalam rangka mencapai masyarakat yang sejahtera. Program yang dilaksanakan oleh dinas pertanian dan kehutanan pada tahun 2005 adalah Pembangunan pertanian rakyat terpadu, pembangunan sarana dan prasarana pertanian dan perkebunan dan kehutanan, dan rehabilitasi lahan kritis dengan kegiatan pokok :

a. Pemberdayaan dewan ketahanan pangan intesifikasi

b. Pengembangan kelompok pengolah hasil pertanian

c. Pengembangan agribisnis perkebunan

d. Pemanfaatan lahan pekarangan

e. Pemberdayaan kelompok pengolah hasil pertanian

f. Pengembangan sarana dan prasarana perbenihan

g. Pengembangan budidaya pohon jati

h. Pembuatan hutan kota

Strategi pengarusutamaan gender belum dipahami sebagai strategi mencapai keadilan dan kesetaraan gender di dinas pertanian dan kehutanan yang ditunjukkan bahwa isu kesetaraan gender belum merupakan isu strategis pada dinas pertanian dan kehutanan Kabupaten Bantul. Penyusunan rencana program dan anggaran masih netral gender karena tidak memasukkan analisis gender dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi sehingga data dan indikator dampak dari pelaksanaan kegiatan terhadap laki-laki dan perempuan tidak dapat diidentifikasi.

Implementasi kebijakan lebih cenderung dengan pendekatan WID (women in

development) melalui proyek-proyek APBN.

4.6.13.2. Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan

Visi dinas peternakan, kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul adalah Penyangga Protein Hewani dan Ikan Terbesar di DI Yogyakarta. Program yang

dilaksanakan oleh dinas peternakan, kelautan dan perikanan pada tahun 2005 adalah Pengembangan Agribisnis, Peningkatan ketahanan pangan, Pengembangan sumberdaya, sarana dan prasarana peternakan dan perikanan dengan kegiatan pokok :

a. Pengelolaan BBI

b. Promosi potensi peternakan, kelautan dan perikanan

c. Bimbingan dan pemberdayaan kelompok ternak, melayan dan perikanan

d. Pemeriksaan dan pemberantasan fascisiolosis sapi potong

e. Pemeriksaan dan pengobatan gangguan reproduksi sapi potong

f. Pemeriksaan daging dan susu

g. Peningkatan sarana prasarana perikanan dan kelautan

Penyusunan rencana program dan kegiatan dinas peternakan, kelautan dan perikanan Kabupaten Bantul belum memasukkan analisis gender sehingga rencana program netral gender bahkan mengarah pada bias gender karena tidak mempertimbangkan peran dan tanggung jawab yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Demikian pula tidak tersedia data terpilah berdasarkan jenis kelamin.

4.6.13.3. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Tantangan pengembangan industri di Kabupaten Bantul adalah mendorong industri dengan daya saing yang tinggi, misalnya dengan outward looking dan sertifikasi internasional. Selain itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan daerah dengan meningkatkan PAD harus dapat diciptakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja, tidak merusak lingkungan, mengembangkan potensi daerah seoptimal mungkin, dan menciptakan lapangan usaha yang berpola kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil, menengah, dan koperasi.

1. Industri

Jumlah pengrajin industri kecil/sedang di Kabupaten Bantul pada tahun 2000 sebanyak 22.570 orang. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan buruh yang hanya menikmati nilai tambah yang kecil pada hasil produksinya dan nilai tambah yang besar dinikmati oleh pedagang perantara. Upaya peningkatan produksi dan nilai tambah

industri kecil dan menengah dilakukan melalui program pengembangan industri rumah tangga, industri kecil dan menengah, program peningkatan kemampuan teknologi industri kecil/kerajinan, dengan kegiatan pokok sebagai berikut :

a. Peningkatan pertumbuhan (industri kecil menengah, SIUP & TDP, Tenaga

kerja, Investasi)

b. Bantuan pinjaman modal

c. Diversifikasi produk industri kecil/kerajinan

d. Mengoptimalkan lembaga penanaman modal daerah

e. Peningkatan, pengembangan industri kecil dan pengawasan kredit

f. Studi penyiapan pembuatan gudang di kawasan industri.

g. Bimbingan Peningkatan pengolahan limbah industri kecil dan menengah dan

pelatihan teknis

h. Promosi produk industri dan kerajinan

2. Perdagangan

Pada tahun 2000 jumlah pedagang 35.316 orang, sebagian besar merupakan pedagang kecil yang permodalannya tergantung pada rentenir. Untuk meningkatkan kebutuhan modal para pedagang kecil tersebut perlu dilakukan penambahan modal pada PD BPR Bank Pasar Bantul dengan penyertaan modal sebanyak 10 milyar rupiah sampai dengan tahun 2005, serta pada Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) untuk melayani penyediaan modal yang dapat menggantikan peran rentenir. Selain itu melakukan kerja sama dengan lembaga perbankan sebagai penyedia dana dengan tingkat bunga rendah sehingga lainnya diharapkan pada masa yang akan datang pedagang kecil sudah tidak tergantung kepada rentenir. Upaya pemberdayaan di sektor perdagangan dilakukan melalui program pengembangan usaha dan lembaga perdagangan, dengan kegiatan

a. Peningkatan pelayanan perijinan

b. Pelatihan ekspor

c. Pengembangan SDM usaha perdagangan

d. Bimbingan usaha ekonomi desa dan sektor informal serta UKM

f. Pemberdayaan pedagang kecil

g. Monitoring produk/komoditi ekspor, calon investor dan perijinan

3. Koperasi

Sampai dengan tahun 2004, koperasi yang ada di Kabupaten Bantul berjumlah 336 unit, semuanya telah berbadan hukum (lihat Tabel 32). Jenis usaha yang digeluti oleh koperasi-koperasi tersebut meliputi perdagangan umum, simpan pinjam, pertokoan, dan sebagainya.

Tabel 32. Koperasi Berbadan Hukum di Kabupaten Bantul Tahun 2002 s/d 2004

No Kecamatan Tahun 2002 Tahun 2004

1 Kasihan 21 22 2 Sewon 44 41 3 Banguntapan 32 30 4 Pundong 8 8 5 Dlingo 11 11 6 Piyungan 11 12 7 Pajangan 7 6 8 Bantul 67 72 9 Srandakan 9 10 10 Pandak 11 10 11 Imogiri 18 20 12 Sanden 18 18 13 Kretek 12 11 14 Sedayu 10 8 15 Jetis 24 25 16 Pleret 15 16 17 Bambanglipuro 16 16 JUMLAH 334 336 Sumber : BPS (2005b)

Analisis gender belum terinternalisasi pada penyusunan rencana program dinas perindustrian, perdagangan, dan koperasi, dan yang ada hanya program untuk sasaran perempuan. Data tepilah tidak tersedia.

4.6.13.4. Dinas Tenaga Kerja

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Bantul pada tahun 2000 adalah sebanyak 347.539 orang dan jumlah pengangguran sebanyak 38.676 orang. Upaya untuk mengurangi jumlah pengangguran tersebut diprogramkan:

a. Perencanaan pemberdayaan ketenagakerjaan

b. Pelatihan dan peningkatan keterampilan tenaga kerja dengan memanfaatkan

c. Penerapan teknologi tepat guna (untuk menghasilkan nilai tambah)

d. Pelatihan pemberdayaan tenaga kerja mandiri

e. Penempatan tenaga kerja lokal

f. Penempatan tenaga kerja ke luar negeri, dengan sistem AKAL, AKAD, dan

AKAN

g. Pembinaan hubungan industrial dan perlindungan tenaga kerja

h. Pemberdayaan dan penertiban lembaga latihan kerja swasta.

Analisis gender belum dimasukkan dalam perencanaan program dan kegiatan dinas tenaga kerja Kabupaten Bantul sehingga tidak dapat diketahui dampak program terhadap laki-laki dan perempuan yang mempunyai peran, fungsi dan tanggung jawab yang berbeda karena konstruksi sosial.

4.6.13.5. Kegiatan Pengelolaan Lahan Kering di Kabupaten Bantul

Curah hujan tahunan berkisar antara rendah (kurang dari 2.000 mm) sampai sedang (2.000 mm – 2.500 mm) dengan rata-rata hari hujan hanya 5 – 10 hari dan curah hujan bulanan pada musim kemarau 0 – 60 mm seperti ditunjukkan pada Tabel 23. Rendahnya curah hujan pada musim kemarau menyebabkan permasalahan utama pada lahan kering adalah kurangnya ketersediaan air untuk pertanian pada musim kering atau MK2.

Di lokasi penelitian Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, ketersediaan air dan solum tanah yang tipis dengan tingkat kesuburan yang rendah (Tabel 21) merupakan masalah utama yang sangat terasa pada musim kemarau, sehingga posisi lahan terhadap sumber air dan pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan usaha pertanian. Sebagian Petani di lokasi penelitian menampung air pada musim penghujan dengan cara membuat cekungan-cekungan atau dam kecil sepanjang alur parit untuk dimanfaatkan pada musim kemarau (lokasi dam parit pada lampiran 2). Petani yang mempunyai sumber air pada musim kemarau masih dapat mengusahakan tanaman pada lahan di sekitar sumber air. Pola usahatani yang diusahakan di lokasi penelitian adalah tumpangsari dan mixed farming dengan ternak. Pola tanam yang diusahakan pada petani yang mempunyai dam parit adalah kacang/jagung - kacang/jagung/singkong/hortikultura sedangkan pada petani yang tidak

mempunyai dam parit pola tanamnya kacang/jagung/singkong - kacang/jagung/ singkong.

Ukuran embung di daerah penelitian biasanya 7% dari luas lahan yang akan diari, misal luas lahan yang akan diari 1.000 m2 maka dimensi embungnya adalah 70 m2 atau 4x6x3 meter. Sumber air embung adalah curah hujan pada waktu musim penghujan dan sebagian dari limpasan dan rembesan yang terjadi dari lahan diatasnya. Skenario pemanfaatan air embung adalah air dimanfaatkan pada musim kemarau sekitar Juni, Juli dan Agustus, untuk menyiram pertanaman disekitar embung. Cara pemberian air dapat dilakukan dengan menimba air atau menggunakan mesin pompa air dan dialirkan dengan pipa atau saluran air.

Dokumen terkait