• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Geografis Cidanau

Menurut data Bapedalda Propinsi Banten (2001), DAS Cidanau terletak pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang dengan luas 22.260 hektar. Secara geografis Cidanau terletak pada posisi antara 060 07’ 30’’ – 060 18’ 00’’ LS dan 1050 49’ 00’’ – 1060 04’ 00’’ BT yang dibatasi oleh :

Sebelah Utara : Gunung Tukung Gede dan Gunung Saragean Sebelah Timur : Gunung Pule dan Gunung Karang

Sebelah Selatan : Gunung Sangkur, Gunung Aseupan dan Gunung Condong Sebelah Barat : Selat Sunda

Luas wilayah administrasi yang berada di dalam wilayah DAS Cidanau seper ti yang digambarkan pada Tabel 10 adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Luas Wilayah Administrasi DAS Cidanau

No. Nama Wilayah Administrasi Persentase Administrasi Di Wilayah (%) DAS 1 Kecamatan Cinangka 1. Ds. Bantar Waru 1,015.00 227.09 11.27 2. Ds. Cikolelet 1,555.00 600.00 38.69 3. Ds. Cinangka 711.00 556.25 78.23 4. Ds. Karang Suraga 986.00 328.13 33.28 5. Ds. Kubang Baros 1,527.00 843.75 55.26 6. Ds. Rancasanggal 770.00 770.00 100.00 7. Ds. Sindanglaya 455.00 275.00 60.44 Sub Total I 7,019.00 3,600.22 44.90 2 Kecamatan Mancak 1. Ds. Cikedung 1,943.00 1,868.75 96.18 Sub Total II 1,943.00 1,868.75 96.18 3 Kecamatan Pabuaran 1. Ds. Ciherang 586.00 234.38 40.00 2. Ds. Gunungsari 795.00 418.38 52.67 3. Ds. Kadu Agung 841.00 500.13 59.47 4. Ds. Luwuk 652.00 225.00 34.51 Sub Total III 2,874.00 1,377.89 47.96

Luas Wilayah (Ha)

Lanjutan Tabel 9.

No. Nama Wilayah Administrasi Persentase Administrasi Di Wilayah (%) DAS 4 Kecamatan Ciomas 1. Ds. Ciketug 478.00 478.00 100.00 2. Ds. Cisitu 452.00 452.00 100.00 3. Ds. Citaman 543.00 543.00 100.00 4. Ds. Lebak 512.00 434.38 84.69 5. Ds. Pondok Kahuru 180.00 180.00 100.00 6. Ds. Suka Bares 615.00 462.50 75.20 7. Ds. Suka Dana 364.00 243.75 66.96 8. Ds. Suka Rena 946.00 98.88 10.45 9. Ds. Ujung Tebu 794.00 794.00 100.00 Sub Total IV 4,884.00 3,686.51 47.96 5 Kecamatan Padarincang 1. Ds. Barugbug 842.00 842.00 100.00 2. Ds. Batukuwung 1,743.00 1,743.00 100.00 3. Ds. Bugel 198.00 198.00 100.00 4. Ds. Cibojong 1,390.00 1,390.00 100.00 5. Ds. Ciomas 471.00 471.00 100.00 6. Ds. Cipayung 808.00 808.00 100.00 7. Ds. Cisaat 270.00 270.00 100.00 8. Ds. Citasuk 1,343.00 1,343.00 100.00 9. Ds. Curug Goong 392.00 392.00 100.00 10. Ds. Kadu Bereuem 927.00 927.00 100.00 11. Ds. Kalumpang 846.00 846.00 100.00 12. Ds. Kramat Laban 151.00 151.00 100.00 13. Ds. Padarincang 1,709.00 1,709.00 100.00 Sub Total V 11,090.00 11,090.00 100.00 6 Kecamatan Mandalawangi 1. Ds. Cikumben 620.00 468.00 75.48 2. Ds. Curuglemo 284.00 71.29 25.10 3. Ds. Panjangjaya 307.00 32.00 10.42 4. Ds. Ramea 573.00 428.00 74.69 Sub Total VI 1,784.00 999.29 56.01

Luas Wilayah (Ha)

KABUPATEN SERANG

KABUPATEN PANDEGELANG

38 Kondisi Iklim DAS Cidanau

Iklim di Indonesia umumnya adalah beriklim tropis dengan dua musim utama yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Kedua musim ini berlangsung sepanjang tahun dan jarang sekali terdapat musim yang bersifat ekstrim sehingga di Indonesia cocok untuk kegiatan pertanian.

Demikian halnya di wilayah DAS Cidanau memiliki tipe iklim B1 menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 23 – 25.9 mm/tahun. Wilayah ini mendapat curah hujan dari dua musim, yaitu angin musim Barat dan angin musim Timur antara bulan November sampai dengan Maret dan bulan Mei sampai dengan Oktober. Sedangkan bulan-bulan kering terjadi pada bulan Agustus sampai dengan September.

Kelembaban nisbi di wilayah DAS Cidanau berkisar antara 77.6 % - 85 % dengan kelembaban terendah terjadi pada bulan Oktober dan tertinggi pada bulan Februari. Lama penyinaran matahari bervariasi antara 31.6 % sampai dengan 78.6 % dengan lama penyinaran terendah terjadi pada bulan Agustus.

Kondisi Tanah dan Geologi

Tanah

Ada empat jenis tanah yang terdapat di wilayah DAS Cidanau, yaitu jenis tanah Aluvial, Regosol, Latosol dang Glei. Tanah Aluvial merupakan jenis tanah yang dihasilkan oleh pengendapan air dan menempati daerah aliran yang berlereng datar sampai berombak ( 0 – 8 %). Bahan induknya tergantung dari bahan asalnya, biasanya mempunyai kedalaman efektif tanah (solum) yang dalam. Tanah ini berpotensi untuk pengembangan tanaman pertanian (sawah) dan perikanan apabila tersedia irigasi sepanjang tahun. Misalnya di Kecamatan Padarincang.

Tanah Regosol terdapat di daerah pantai atau perlembahan. Bertekstur kasar dan bahan induknya berskala dari batuan vulkanik atau reduksial sehingga daya simpannya terhadap air sangat rendah. Misalnya di Kecamatan Cinangka.

Tanah Latosol mempunyai solum dangkal sampai dalam dengan warna kuning sampai cokelat. Bahan induk vulkan atau plutonik, bersifat intermedier sampai biasa. Pada umumnya memiliki kesuburan tanah yang rendah sampai sedang sehingga tidak mudah tererosi dan tidak mudah longsor. Sedangkan tanah Glei (aqueptsi) meliputi tanah aluvial yang berupa sub recent deposit dan telah mengalami perkembangan profil yang lanjut dibandingkan dengan tanah aluvial biasa yang diklasifikasikan sebagai Glei Humik rendah, Hidromorfik Kelabu dan Planosol. Untuk daerah-daerah yang mempunyai irigasi yang cukup maka tanah glei ini cocok digunakan untuk padi sawah. Jenis tanah glei biasanya bertekstur ringan di bagian atas dan berat di bagian bawah, juga mempunyai kandungan besi dan mangan yang menyertai warna glei. Pada lahan sawah lapisan permukaan berkonsentrasi kuat dengan kadar air pada bagian bawah bajak membentuk profil, sedangkan persentase kuarsa lebih tinggi pada lapisan bajak.

Geologi

Jenis batuan yang terdapat di wilayah DAS Cidanau terdiri dari batuan vulkanik dan endapan aluvial. Penyebaran jenis batuan tersebut dari yang paling tua hingga yang paling muda adalah sebagai berikut :

1. Lava, Breksi dan Tufa Gunugn Danau

Satuan batuan lava terdapat disebelah Utara DAS Cidanau dengan sifat fisik berwarna kelabu tua hingga kehijauan, berbentuk aliran dan tonjolan, sedangkan breksi mempunyai fragment kerikil hingga bom dari andesit, basal dan berselingan dengan tufa dan lavayang berada di sebelah Timur wilayah tersebut. Penyebarannya di bawah 1 % dari luas wilayah yang ada. Umumnya diduga terbentuk jaman pleistosen awal dan endapan pada lingkungan darat.

2. Tufa Gunung Danau

Satuan batuan ini diendapkan secara selaras di atas lava, breksi dan tufa. Terletak di sebelah Barat wilayah studi dengan luas lebih kurang 1 % dan diduga berumur pleistosen tengah sampai dengan akhir dan diendapkan pada lingkungan darat.

40 3. Breksi dan Lava Gunung Tukung

Pengendapan batuan ini tidak selaras dengan tufa Gunung Danau. Lava berstruktur aliran, bersusun andesit, berada pada posisi mendatar dan vertikal serta mempunyai rongga udara. Breksi ini mempunyai fragment berukuran pasir hingga bom dengan massa dasar bahan firoklastik yang lebih halus. Komponennya adalah andesit, basal, kaca, obsidian dan batu apung. Batuan tersebut diendapkan di lingkungan darat dan diduga berumur pleistosen tengah sampai pleistosen akhir. Seberannya terletak di sekitar Gunung Tukung atau Barat Laut Cagar Alam Rawa Danau dengan luasan lebih kurang 15 % dari seluruh luasan wilayah.

4. Breksi dan Tufa Gunung Karang

Breksi gunung api terdiri dari fragment berukuran pasir sampai bom dengan bentuk menyudut tanggung. Komponennya berupa andesit, basal, obdisian dan batu apung dengan massa dasar bahan firiklastik yang lebih halus dan terdapat sisipan lava. Tufa berwarna putih keruh hingga kemerahan, berbutir kasar hingga halus sebagai penyelang breksi gunung api. Sebaran dari breksi dan tufa ini terletak di sebelah Selatan Cagar Alam Rawa Danau dengan luasan 25 % dari seluruh luasan wilayah.

5. Breksi dan Lava Gunung Karang

Satuan batuan ini terletak selaras di atas satuan batuan breksi dan tufa Gunung Karang. Breksi ini mempunyai sifat yang relatif sama dengan yang telah diuraikan di atas. Lava berwarna kelabu tua hingga merah kecoklatan, terdiri dari andesit dan basal mempunyai rongga udara, berstruktur aliran dasar setempat berbentuk lidah diantara breksi gunung api. Sebaran batuan ini di sebelah Tenggara dengan 15 % dari seluruh wilayah. Batuan gunung api karang yang terdiri dari breksi dan lava serta breksi dan tufa ini merupakan hasil erupsi Gunung Karang selama masa Pleistosen akhir hingga Holosen. 6. Lava dan Breksi Gunung Parakasak

Stratigrafi satuan batuan ini menopang selaras di atas breksi dan tufa Gunung Karang. Lava ini terdiri dari andesit dan basal sebagian terletak mendatar dan vertikal, retak-retak berongga udara dan permukaannyaseperti kerak roti yang berwarna merah cokelat, sebagai lidah lava dalam breksi gunung api. Breksi Gunung api berfragment ukuran pasir hingga bom, komponennya andesit, basal, obsidian dan batu apung dengan massa dasar tufa pasiran atau bahan piroklastik yang lebih halus. Batuan ini terpilah

buruk, bomnya tersebar tak teratur dan tidak merata, berselingan dengan tufa atau lava aliran. Sebarannya terletak di sebelah Selatan bagian tengah wilayah dengan luas lebih kurang 17 % dari luas seluruh wilayah.

7. Lava Gunung Parakasak

Lava ini di beberapa tempat menopang di atas satuan lava dan breksi Gunung Parakasak atau sebagai lidah lava pada breksi. Lava ini berwarna kelabu tua, terletak mendatar dan vertikal, retak-retak, berongga udara yang terdiri dari andesit dan basal. Satuan batuan ini terlihat relatif sempit di dekat kota Kecamatan Padarincang dengan luas sekitar 1 % dari luas wilayah.

8. Breksi Gunung Aseupan

Satuan batuan ini mempunyai fragment berukuran pasir sampai bom, dengan komponen andesit, basal, obsidian dan batu apung dengan massa dasar tufa pasiran atau batua piroklastik yang lebih halus. Fragmentnya terpilah buruk, bomnya tersebar tidak teratur dan tidak merata. Batuan ini berselingan dengan tufa atau lava aliran. Proses terbentuknya bersamaan dengan endapan hasil dari Gunung Parakasak, yaitu pada Holosen dan diendapkan pada lingkungan darat. Sebarannya di sekitar Gunung Aseupan atau pada wilayah di sebelah Barat Daya dengan luasan mencapai 15 %.

Topografi dan Bentuk Wilayah

Secara umum keadaan topografi DAS Cidanau berbentuk seperti cawan terbuka, dimana bagian tengahnya terhampar dataran yang dikelilingi oleh bukit -bukit curam di bagian Timur dan Utara. Sedangkan untuk bagian Barat dan Selatan relatif datar. Kelerengan di wilaya h DAS Cidanau dapat dibagi menjadi lima kelas seperti disajikan pada Tabel 11, yaitu :

Tabel 11. Kelas Kelerengan Wilayah DAS Cidanau

Kelas Kelerengan Kemiringan Lereng Persentase Luas Kemiringan Lereng

1 Datar 0 - 8 % 39.36

2 Landai 8 - 15 % 15.16

3 Agak curam 15 - 25 % 19.19

42 Pada wilayah yang memiliki topografi datar, sebagian besar air hujan akan meresap ke dalam tanah dan melakukan proses hidrolisa serta pencucian. Tanah permukaan akan lembab dan basah terutama pada lokasi yang memiliki curah hujan besar, jika bahan induknya sukar atau tidak dapat dirembesi air tanah dalam jangka panjang. Sedangkan pada kawasan yang memiliki topografi miring, proses erosi air akan semakin cepat sehingga dapat membatasi dalamnya solum.

Hidrologi

Siklus hidrologi dapat diklasifikasi ken ke dalam tiga kelompok besar, yaitu air hujan, air permukaan dan air tanah.

1. Sumberdaya Air Hujan

Kuantitas sumberadaya air hujan dapat diperkirakan dari jumlah curah hujan yang jatuh, kemudian dikaitkan dengan luas daerah tangkapannya. Jumlah curah hujan di DAS Cidanau dapat diketahui dari hasil rekaman curah hujan di wilayah DAS Cidanau, yaitu yang dijumpai di stasiun Padarincang, Ciomas, Pabuaran dan Mancak.

Dari data tersebut diketahui bahwa hujan rata-rata tahunan berjumlah 2.650 mm. Luas daerah tangkapan sebesar 2.620 Ha atau 22, 629 x 104 m2, dengan demikian kuantitas sumberdaya air huj an tahunan di DAS Cidanau sebesar 59,943 x 106 m2. 2. Sumberdaya Air Permukaan

Sumber air permukaan yang terdapat pada DAS Cidanau berupa air sungai dan air danau. Di dalam kawasan DAS Cidanau mengalir sungai dan anak sungai, yaitu : Sungai Cisalak, Sungai Cikalumpang, Sungai Cisumur, Sungai Cikarasak, Sungai Cibuntu, Sungai Cisaar, Sungai Ciapus, Sungai Cisumur, Sungai Cilahum, Sungai Cisaat, Sungai Ciomas, Sungai Cibarugbug, Sungai Cigalusun, dan Sungai Cirakah Gede.

Secara umum, sungai-sungai tersebut membentuk pola aliran sub dendritik (mendaun). Hampir sebagian besar sungai-sungai tersebut diatas bermuara ke Rawa Danau dengan aliran debit yang bervariasi sepanjang tahun tergantung musim. Edangkan satu-satunya sungai yang mengalir dari Rawa Danau ke laut adalah Sungai Cidanau yang merupakan catchment area hidrologi dan merpakan buffer untuk Sungai Cidanau. Sungai

Cidanau ini merupakan sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan air industri dan masyarakat di wilayah Kota Cilegon.

3. Sumberdaya Air Tanah

Air tanah adalah semua sumberdaya air yang dijumpai di bawah permukaan tanah yang dapat dipisahkan ke dalam tiga jenis, yaitu : (a) Air tanah tak tertekan, biasanya dijumpai pada lapisan pembawa air (akiufer) dimana bagian atasnya tidak ditutupi lapisan kedap air dan memiliki kedalaman kurang dari 18 m. Batasan ini dipertimbangkan dengan kemampuan manusia menggali sumur. (b) Air tanah tertekan, biasanya dijumpai pada sekuifer yang terletak diantara lapisan kedap air. Dan (c) Mata air, merupakan semua air tanah baik yang tertekan maupun tidak tertekan yang muncul secara alami dan mengalir dari daerah imbuh ke tempat pemunculannya karena gaya grafitasi.

Berdasarkan potensinya, air tanah yang berada di wilayah DAS Cidanau dibagi menjadi tiga bagia n, yaitu : Potensi Air Tanah Tinggi, Potensi Air Tanah Sedang dan Potensi Air Tanah Rendah.

1. Potensi Air Tanah Tinggi

Potensi ini biasanya terdapat di sebelah Timur DAS Cidanau atau di sebelah Selatan – Tenggara Cagar Alam Rawa Danau. Wilayah ini memiliki sistem akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar butir dan rekahan. Litologi penyusunnya terdiri atas breksi dan tufa sehingga dapat berfungsi sebagai akuifer yang baik.

Kondisi air tanah tak tertekan/dangkal, umumnya berkisar antara 4 – 12 m di bawah tanah (m bmt). Muka air tanah statis (M.A.S) sebesar 30 – 11.5 m bmt. Sifat fisik air tanah tak tertekan biasanya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa/tawar, harga daya hantar lisrik (DHL) sebesar 82 – 250 mikro mhos/cm, suhu antara 26° - 27°C, mempunyai nilai derajad keasaman (pH) antara 6.5 – 7 sehingga dapat dimanfaatkan sebagai air minum dengan kualitas yang baik.

Mata air juga dijumpai pada air tanah tinggi dengan debit yang bervariasi antara 1 lt/detik hingga 536 lt/detik. Mata air yang memiliki debit air besar adalah mata air Citudung (270 lt/detik), mata air Cirahab (300 lt/detik) dan mata air Cirahab Mohmal (300 lt/detik). Disamping itu masih banyak dijumpai rembesan-rembesan air tanah yang mempunyai debit kurang dari 1 lt/detik. Sifat fisik mata air ini tidak berwarna, tidak

44 27° C, pH antara 6 – 6,5 sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum atau air irigasi.

2. Potensi Air Tanah Sedang

Potensi ini terdapat di sebelah Selatan DAS Cidanau keculai di puncak bukit Gunung Parakasak, Gunung Karang dan lereng bukit Gunung Aseupan. Potensi ini juga menempati sebagian kecil wilayah Utara Barat Laut Cagar alam Rawa Danau.

Sistem akuifer yang terdapat di wilayah ini adalah sistem akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antara butir dan rekahan. Litologi penyusunnya terdiri dari breksi, tufa, dan lava dari hasil endapan Gunung Karang dan Gunung Aseupan yang memiliki sifat fisik kurang padu sehingga dapat bertindak sebagai akuifer yang baik.

Air tanah tak tertekan memiliki kedalaman yang bervariasi tergantung morfologinya, yaitu berkisar antara 3 – 9 m, M.A.S = 2,6 – 20.0 m bmt. Sedangkan mata air yang dijumpai pada potensi ini juga memiliki debit yang bervariasi kurang dari 1 lt/ detik hingga 308 lt/detik. Mata air yang memiliki debit lebih besar atau sama dengan 100 lt/detik adalah mata air Cikotak, Cisalak, Cibojong 1 (200 lt/detik), Cibojong 2 (150 lt/detik), Citaman (180 lt/detik), Cikalumpang (300 lt/detik) dan Cibulan (300 lt/detik). Sedangkan sifat fisik mata air tersebut umumnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, DHL antara 52 – 184 mikro mhos/cm, pH 6 -7, suhu 21,5° - 27° C sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Mata air tersebut selain dignakan untuk air minum, saat ini juga sudah digunakan untuk usaha air minum kemasan seperti yang disajikan pada Gambar 5 dan 6.

3. Potensi Air Tanah Rendah

Potensi ini dapat dijumpai di sebelah Selatan Gunung Parakasak dan Gunung Aseupan, disebalah Utara Cagar Alam Rawa Danau dan di arah kiri Sungai Cidanau. Di wilayah Selatan maupun Utara Cagar Alam Rawa Danau umumnya mempunyai topografi yang terjal dengan ketinggian 600 mdpl untuk di sebelah Selatan dan 200 m dpl di sebelah Utara.

Di sebelah Selatan, batuan penutupnya berupa breksi yang kurang padu sehingga merupakan daerah imbuhan air tanah yang baik, sedangkan di sebelah Utara, Barat dan Timur tersusun oleh batuan lava dan breksi padu sehingga sulit untuk meloloskan air.

Dataran Rawa Danau umumnya tersusun oleh pasir yamg merupakan hancuran batu gunung api disekitarnya sehingga pada umumnya daerah tersebut mempunyai air tanah jelek.

Gambar 5. Mata Air yang terdapat di PT Lima Heksa Perkasa desa Curug Goong Kecamatan Padarincang

46 Gambar 6. Industri Air Minum Refill dari Mata Air Cihujan Desa Cibojong.

Flora dan Fauna

Wilayah DAS Cidanau memiliki keanekaragaman hayati yang unik karena di dalamnya terdapat Cagar Alam Rawa Danau yang dilindungi. Keberadaan flora dan fauna yang terdapat di dalamnya berfungsi sebagai penyeimbang sehingga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan DAS tersebut serta memiliki hubungan yang saling mempengaruhi. Terjadinya peningkatan laju erosi, sedimentasi dan turunnya permukaan air tanah menunjukan bahwa keberadaan flora alami di kawasan tersebut sudah berkurang dibandingkan sebelumnya. Tanda terjadinya eutrofikasi akibat penggunaan pupuk anorganik yang berlebihan adalah meningkatnya jumlah eceng gondok, rumput lamera, kayambang dan lain- lain. Hal ini menunjkan indikator matinya

fauna mikroskopis penetralisir air sungai sehingga menyebabkan munculnya habitat baru yang dibarengi dengan biota baru.

Jenis-jenis flora yang tumbuh di sekitar kawasan DAS Cidanau selain yang sudah didomestifikasi antara lain : Bintaro (Carbera manghas), Bambu (Bambosa sp), Beuying (Ficus wilodo), Cakung (Hanguana Malayana), Dadap (Erythrina indica), Duren (Durio zibethinus), Gempol (Nandea cordatus), Ingas (Gluta renghas), Kantong semar (Nepenthes mirabilis), Kayu Apu (Pistia stratiotes), Kondang (Ficus variegata), Nibung (Oncospherma tigillarium), dan Tongtolok (Sterculia javanica). Sedangkan jenis-jenis fauna selain yang dibudidayakan oleh masyarakat, antara lain : Bangau Tong-Tong (Leptotilos javanicus), Blekok (Ardeola sp), Elang hitam (Spizaetus cirrhatus limnaetus), Elang putih (Elanus caenullus), dan Kokok beluk (Bubo ketepu).

Keadaan Sosial Ekonomi

1. Kependudukan

Perkembangan fisik, perekonomian dan kondisi sosial budaya di wilayah DAS Cidanau saat ini sudah sangat berkembang. Sarana jalan (aksesibilitas) yang menghubungkan antar desa di kawasan tersebut umumnya sudah saling tersambung sehingga berdampak pada perubahan jumlah penduduk di DAS Cidanau. Apalagi ditambah dengan tumbuhnya pusat-pusat ekonomi seperti pabrik air minum kemasan yang terdapat di Kecamatan Padarincang membuat perubahan keadaan sosial ekonomi di kawasan tersebut semakin signifikan.

Jumlah penduduk di kawasan DAS Cidana u berjumlah kurang lebih 133.213 jiwa dengan proporsi antara pria dan wanita 66.872 pria dan 66.341 wanita. Tingkat laju pertumbuhan penduduk di kawasan tersebut sekitar 3 % per tahun. Sedangkan berdasarkan struktur umurnya, jumlah penduduk di kawasan tersebut dapat dibagi ke dalam tiga golongan, yaitu : usia anak-anak (0 – 15 tahun) berjumlah 52.770 jiwa (39.61 %), sedangkan yang berusia produkstif (16 – 60 tahun) berjumlah 74.259 jiwa (55.74 %), dan sisanya berusia lanjut berjumlah 6.184 jiwa (4,6 %).

48 2. Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat di sekitar kawasan DAS Cidanau cukup bervariasi. Sebagian besar masyarakat berprofesi sebagai petani dan pedagang, selain itu juga berprofesi sebagai guru, pegawai negeri, pedagang, pertukangan atau pemilik penggilingan padi. Jumlah penduduk yang memiliki mata pencaharian sebesar 68 % dari usia produktif dan lansia. Dari jumlah tersebut 33 % penduduk bermata pencaharian sebagai petani, sisanya adalah usaha sampingan lain seperti peternakan ayam ras dan perikanan yang merupakan usaha kedua terbesar setelah pertanian.

3. Kepemilikan dan Penggunaan Lahan

Secara umum masyarakat di kawasan DAS Cidanau bermata pencaharian sebagai petani (33 %) dengan luas lahan pertanian mencapai 75 %. Luas lahan pertanian yang dimiliki atau digarap oleh petani bervariasi, yaitu rata-rata di bawah 1 Ha dan terbanyak rata-rata antara 0.2 – 0.5 Ha. Saat ini sebagian dari luas lahan sawah yang ada di DAS Cidanau terjadi perubahan kepemilikan akibat tekanan ekonomi dan hutang piutang. Banyak masyarakat dari luar desa-desa di kawasan tersebut membeli lahan- lahan sawah atau perkebunan untuk investasi semata mengingat kawasan DAS Cidanau berjarak relative dekat dengan pantai Anyer. Lahan- lahan tersebut biasanya dialokasikan untuk villa atau tempat penginapan.

Sebagian besar lahan yang terdapat di DAS Cidanau digunakan untuk sawah maupun perkebunan. Lahan sawah yang ada dimanfaatkan untuk menanam padi maupun palawija secara bergiliran dan sistem pengairan yang ada biasanya menggunakan irigasi teknis dan non teknis, seperti aliran sungai maupun mata air yang banyak terdapat di lokasi tersebut. Pemanfaatan lahan sawah baik yang beririgasi teknis maupun non teknis seluas 5.193,35 Ha dan tanah tegalan yang dijadikan sawah tadah hujan seluas 1.235 Ha. Sedangkan luas kebun rakyat dan hutan rakyat yang terdapat di kawasan tersebut sebesar 3.309 Ha. Pemanfaatan lahan untuk sawah di kawasan DAS Cidanau disajikan pada Gambar 7. Sedangkan pemanfaatan lahan untuk hutan rakyat disajikan pada Gambar 8.

50 Gambar 8. Pemanfaatan Lahan untuk Jati (Tectona grandis) di DAS Cidanau

4. Pendidikan

Mudahnya sarana dan prasarana jalan menyebabkan pendidikan menjadi faktor penting yang harus diusahakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah DAS Cidanau. Banyaknya alat transportasi yang terdapat di sekitar kawasan ikut mendorong motivasi masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat berhubungan erat dengan kemampuan masyarakat dalam menyerap teknologi baru dan melakukan inovasi- inovasi dalam kehidupannya.

Sarana pendidikan yang terdapat di kawasan tersebut cukup bervariasi. Taman kanak-kanak berjumlah tujuh unit, Sekolah Dasar 109 unit, SMP sebanyak 15 unit, SMU sebanyak 5 unit dan madrasah dijumpai sebanyak 129 unit. Selain itu, juga ditemukan cukup banyak pesantren yang dikelola oleh secara pribadi di kawasan DAS Cidanau.

Berdasarkan tamatan pendidikannya, jumlah penduduk ya ng berusia diatas usia produktif yang telah menyelesaikan pendidikan dasar sebesar 71 % dan sebesar 1 % tidak

menamatkan pendidikan dasarnya. Sedangkan jumlah penduduk yang buta huruf sebesar 12,91 %.

5. Sarana dan Prasarana Perekonomian

Sarana dan prasarana perekonomian sangat penting dalam menunjang kehidupan masyarakat di sekitar DAS Cidanau. Sarana dan prasarana ekonomi seperti bank, warung, pasar, alat telekominikasi- informasi, transportasi dan aksesibilitas (jalan) yang

Dokumen terkait