• Tidak ada hasil yang ditemukan

F. Kerangka Teori

2. Teori Gender

Konsep gender pertama kali diperkenalkan oleh para ilmuwan sosial dengan memberikan perbedaan antara perempuan dan laki-laki yang bersifat lahiriah dan yang merupakan hasil dari konstruksi budaya. Pembedaan antara laki- 15 P.Anthonius Sitepu.Loc.cit. 16 T.Irmayani.Loc.cit. 17 T.Irmayani.Ibid.

laki dan perempuan ini bermaksud untuk membedakan ciri-ciri manusia yang sudah tidak bisa diubah (kodrati) dan ciri-ciri manusia yang sewaktu-waktu dapat berubah (gender). Hal yang tidak bisa diubah ini sering dianggap sebagai seks, bagian dari manusia yang bersifat permanen, tidak dapat diubah ataupun ditukar. Pembedaan tersebut bermaksud agar dalam memahami konsep/defenisi mengenai gender harus terlebih dulu membedakan antara seks dan gender.

Secara historis, konsep gender pertama sekali dibedakan oleh sosiolog asal Inggris yaitu Ann Oakley yaitu ia membedakan antara gender dan seks18

Dari pemahaman mengenai gender secara historis, maka dapat ditarik sebuah pengertian mengenai gender tersebut. Gender adalah perbedaan peran, perilaku, perangai laki-laki dan perempuan oleh budaya / masyarakat melalui interpretasi terhadap perbedaan biologis laki-laki dan perempuan

. Seks dimaknai sebagai perbedaan secara biologis yaitu yang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin yang dimiliki oleh jenis kelamin tertentu (anatomi biologis). Seks inilah yang merupakan karakteristik manusia yang bersifat kodrati, permanen dan tidak dapat diubah. Sedangkan perbedaan secara gender identik dengan peranan, kemampuan, dunia pekerjaan diantara perempuan dan lak-laki dan semua itu bersifat tidak permanen, serta peranan, kemampuan, dan dunia pekerjaan tersebut tidak bisa dipastikan dimiliki/melekat oleh salah satu jenis kelamin, karena ini bisa dimiliki oleh perempuan dan laki-laki.

19

18

Harmona Daulay. Op.Cit. hal.3

. Gender juga

19

dapat diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggungjawab pada laki-laki dan perempuan sebagai hasil dari bentukan (konstruksi) sosial budaya yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.20

Sedangkan defenisi konsep gender menurut Mansour Fakih adalah :

“Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat perempuan dan laki-laki yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari tempat ke tempat yang lainnya, maupun berbeda dari suatu klas ke klas yang lainnya”21

Berdasarkan defenisi mengenai gender tersebut dapat dimaknai bahwasannya gender bersifat fleksibel. Kemudian konstruksi sosial dan budaya terhadap penciptaan perbedaan antara laki-laki dan perempuan nantinya akan dapat dikatakan sebagai identitas gender. Identitas gender ini biasa dikenal oleh manusia dimulai dari lingkungan keluarga, proses belajar, dan dari lingkungan masyarakat melalui kebudayaannya.

.

Teori gender ini membentuk ideologi gender yang membentuk Mind Set masyarakat atau terjadinya Streotipe yang membenarkan adanya perbedaan antara perempuan dan laki-laki yang akan menimbulkan rasa ketidakadilan bagi kaum perempuan. Meluasnya ideologi gender ini seperti tidak ada yang bisa menghalangi, hal ini didukung oleh adanya faktor budaya patriarkhi yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, kerena budaya patriarkhi dianggap sebagai budaya yang didukung oleh

20

Herien Puspitawati. 2012. Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: ITB Press. hal.1.

21

agama yang memang dalam agama terdapat perbedaan peran antara laki- laki dan perempuan.

Secara umum, patriarkhi dapat didefenisikan sebagai suatu sistem yang bercirikan laki-laki (ayah). Dalam sistem ini, laki-laki yang berkuasa untuk menentukan22

Ketidakadilan gender sering terjadi akibat kesalahpahaman memaknai gender, sehingga relasi antara perempuan dan laki-laki menjadi rusak. Relasi yang terbentuk dianggap menjadikan laki-laki sebagai subjek dan perempuan menjadi objek, yang artinya perempuan ditempatkan sebagai manusia kelas kedua. Hal ini berimplikasi pada adanya masalah- masalah terkait isu gender yang mengakibatkan ketidakadilan gender. Masalah ketidakadilan gender bentuknya adalah pandangan posisi subordinat terhadap perempuan, pandangan streotipe terhadap perempuan

. Adanya budaya patriarkhi ini seakan menjadi penyebab terjadinya disparitas gender. Padahal, gender bersifat netral terhadap perempuan dan laki-laki. Hanya saja, budaya patriarkhi ini yang selama ini membentuk kondisi sosial yang lebih menunjukkan peran laki- laki. Maksud dari konsep gender disini adalah untuk menimbulkan kesadaran kepada kaum perempuan bahwa kaum perempuan harus bangkit, sehingga apa yang disebut dengan kesetaraan dan keadilan gender dapat terwujud berkat perjuangan dari kaum perempuan itu sendiri.

22

dan laki-laki, beban ganda dari perempuan, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan.23

Dalam permasalahan yang sering muncul terkait gender yaitu munculnya anggapan publik bahwa perempuan merupakan makhluk yang tercipta hanya sebagai pendamping dan pelengkap dari laki-laki dengan lingkup bagian kerja diranah domestik. Oleh karenanya masalah gender ini secara lebih luas pada bidang politik dapat berdampak pada partisipasi perempuan yang tidak lagi independen, melainkan sudah dimobilisasi kaum laki-laki yang dianggap lebih mengetahui apa yang terbaik untuknya. Partisipasi perempuan yang dipengaruhi oleh kaum laki-laki ini sangat berpengaruh terhadap pilihan politiknya, karena perempuan cenderung memilih untuk bergantung pada perempuan, termasuk dalam mengikuti pilihan politik laki-laki.

Pembahasan mengenai gender, melahirkan tiga teori yaitu:

1. Teori Nurture

Menurut teori ini perbedaan laki-laki dan perempuan pada hakekatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Konstruksi sosial budaya selama ini menempatkan perempuan dan laki-laki dalam kelas yang berbeda. Laki-laki selalu lebih superior dibandingkan perempuan.

23

2. Teori Nature

Menurut teori nature, perbedaan laki-laki dan perempuan adalah kodrat yang harus diterima. Perbedaan biologis memberikan dampak berupa perbedaan peran dan tugas diantara keduanya. Terdapat peran dan tugas yang dapat dipertukarkan, tetapi ada pula yang tidak dapat dipertukarkan karena memang berbeda secara kodrat alamiah.

3. Teori Keseimbangan

Selain dua teori yang bertolak belakang tersebut, terdapat teori yang berusaha memberikan kompromi yang menekankan pada konsep kemitraan dan keharmonisan dalam hubungan laki-laki dan perempuan namun menuntut perlunya kerjasama yang harmonis antara keduanya.24

Di Indonesia, gender memiliki sejarah yang panjang dengan melalui perjuangan pergerakan perempuan di Indonesia. Perjuangan perempuan di Indonesia mengalami fase pasang-surut seiring perubahan rezim yang selalu berganti. Tokoh yang sangat terkenal dalam memperjuangkan gerakan perempuan adalah R.A Kartini. Beliau merupakan tokoh yang memperjuangkan kemerdekaan perempuan, bahkan bukan hanya ingin menjadikan perempuan sebagai sosok yang

24

Nur Heffina. 2011. Perempuan dan Politik.: Studi Tentang Kelompok Pendukung dan Penentang Undang-

Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi di Sumatera Utara..

mandiri, melainkan sebagai sosok yang bisa ikut serta bagi kemajuan bangsanya/masyarakatnya. Seperti apa yang ditulis oleh Kartini seperti berikut.

“Kecerdasan pikiran penduduk bumiputera tidak akan maju pesat bila perempuan ketinggalan dalam usaha itu, (yaitu) perempuan jadi pembawa peradaban”25

Dengan perjuangannya, R.A Kartini menjadi titik tolak yang menumbuhkan semangat kaum perempuan dalam menuntut keadilan dan kesetaraannya. Kesetaraan dan keadilan ini termasuk dalam bidang politik. Di dalam bidang politik, khususnya pada pelaksanaan pemilihan umum perempuan sudah mendapat pengakuan terkait hak pilihnya di bidang politik. Pengakuan terhadap hak pilih perempuan ini dimulai dari adanya Kongres perempuan pertamadi Yogyakarta pada tahun 1928 dan dilanjutkan dengan konvensi mengenai hak-hak politik perempuan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa pada 20 Desember 1952. Hal ini merupakan awal kesadaran bagi perempuan d Indonesia dalam bidang politik, sehingga pada tahun 1955 Indonesia melaksanakan pemilu yang untuk pertama kali memberikan hak pilih kepada perempuan.

.

Selanjutnya, pemerintah memberikan perbaikan-perbaikan dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan dengan maksud untuk memberikan hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum, salah satu kebijakan pemerintah yaitu kebijakan affirmative action dengan memberikan batasan minimal kuota

25

Artikel 1 Syahfitri Anita. 2006. Gerakan Perempuan:Tinjauan Sejarah .Jakarta : Sebagai Pengantar Diskusi Lingkar Studi Perempuan. hal.3.

30% keterwakilan perempuan untuk ikut serta sebagai kandidat dalam pemilihan umum.

Selain itu, permasalahan gender yang menjadi isu hangat lainnya yaitu di India, dimana India merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah panjang dalam perjuangan pergerakan perempuan. Awal perjuangan gerakan perempuan di India dimulai setelah India meraih kemerdekaannya pada 1947 yang pada saat itu pemerintahan Congres yang pada saat itu merupakan partai yang sedang berkuasa akan mengupayakan memenuhi janji-janjinya yang salah satunya yaitu mendeklarasikan UUD India mengenai kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, memberikan jalan bagi kaum perempuan untuk masuk ke dalam pemerintahan dan membentuk badan-badan administrasi yang membuka kesempatan pada perempuan.

Akan tetapi, apa yang dijanjikan pemerintah tidak sesuai dengan kenyataannya, sehingga muncul berbagai gerakan perempuan yang gencar menyuarakan keinginan mereka melalui kampanye-kampanye. Gerakan ini muncul sebagai bentuk protes para kaum perempuan terhadap bentuk kekerasan terhadap perempuan seperti yang dilakukan oleh gerakan Shahada pada akhir tahun 1960-an. Dari sejarah pergerakan perempuan di Indonesia dan India dapat disimpulkan bahwasannya sejarah kaum perempuan di kedua negara dimulai dari keinginan untuk memperoleh keadilan dan keseteraan serta kesempatan yang sama seperti apa yang diperoleh oleh kaum laki-laki. Oleh karena itu, kaum perempuan melakukan perjuangan dengan segala cara untuk dapat memperoleh

apa yang seharusnya kaum perempuan dapatkan, yaitu kedudukan yang sama dengan laki-laki sebagai sesama makhluk Tuhan yang tidak perlu dibedakan kedudukannya.

Alasan penulis memakai teori gender ini sebagai landasan untuk menjawab permasalahan dalam tema perilaku perempuan dalam pemilu legislatif 2014 yaitu teori gender sangat penting untuk dideskripsikan. Karena di dalam melakukan pembahasan mengenai kaitannya gender dengan politik, perlu adanya pemahaman mengenai konsep dasar gender itu, karena kata gender merupakan kata yang sudah sering didengarkan, tetapi mengenai pemahaman akan gender itu sendiri masih belum banyak dimengerti.

Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwasannya gender merupakan konsepsi yang mengharapkan kesetaraan status dan peranan antara laki-lai dan perempuan26. Kesetaraan dan keadilan gender penting untuk diperjuangkan agar tidak terjadi bias gender, karena masih sering perempuan dianggap sebagai kaum marjinal padahal perempuan bukan merupakan kaum yang sedikit jumlahnya. Streotipe dan mind set yang selama ini terbentuk juga seharusnya dijawab oleh kaum perempuan dengan kesadaran dan perjuangan mereka serta mampu membuktikan bahwasannya perempuan mampu bekerja di dunia politik, sehingga perempuan dan laki-laki memiliki kesetaraan peranan dan kemampuan.

26

Dokumen terkait