• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Internal Peternak

Faktor internal peternak adalah umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengalaman beternak, skala usaha, lahan usaha dan pendapatan. Faktor internal yang diperoleh disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Faktor Internal Responden Peternak Jumlah

No. Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Umur (tahun) 21 – 36 23 32,9 37 – 50 28 40,0 51 – 70 19 27,1 2. Pendidikan Tamat SD 52 74,3

Tamat SLTP – Tamat SMU 17 24,3

Tamat Perguruan Tinggi (PT) 1 1,4

3. Pekerjaan Utama Petani 39 55,7 Peternak 2 2,9 Buruh Tani 18 25,7 Wiraswasta 6 8,6 Lain-lain 5 7,1

4. Pengalaman Beternak (tahun)

1 - 5 tahun 23 32,9 6 – 15 tahun 28 40,0 16 – 48 tahun 19 27,1 5. Skala Usaha (ST) 0 – 0,49 ST 24 34,2 0,50 – 0,98 ST 23 32,9 0,99 – 5,36 ST 23 32,9

6. Lahan Usaha (Ha)

0 – 0,3 Ha 26 37,1 0,4 – 0,7 Ha 24 34,3 0,8 – 2 Ha 20 28,6 7. Pendapatan/bln Rp. 200.000 – 400.000 24 34,3 > Rp. 400.000 – < 900.000 25 35,7 Rp. 900.000 – 2.300.000 21 30,0

Umur

Umur responden peternak berkisar antara 21-70 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar responden (40%) berumur antara 37–50. Umur termuda (32,9%) antara 21-36 dan umur responden tertua (27,1%) 51-70 tahun. Umur rata-rata responden adalah 44 tahun hal ini sesuai dengan jumlah terbanyak dari umur peternak yang berada pada selang 37-50 tahun.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak banyak pemuda tani di wilayah tersebut memilih untuk menjadi petani-peternak, karena mereka beranggapan pekerjaan lain lebih menjanjikan untuk hidup lebih sejahtera. Biasanya mereka memilih ibu kota Jakarta sebagai tempat mengadu nasib walaupun pekerjaan yang mereka dapatkan hanya sebagai kuli bangunan. Berbeda dengan mereka yang berumur muda, mereka yang berumur tua atau lanjut lebih memilih menggantungkan hidupnya di desa yaitu di bidang pertanian dan peternakan.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan berkaitan dengan ilmu pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan keahlian petani-peternak dalam menjalankan usaha taninya. Tingkat pendidikan responden dilihat berdasarkan pendidikan formal terakhir yang diperoleh. Sebaran tingkat pendidikan peternak adalah dari tamat SD sampai tamat Perguruan Tinggi (PT).

Mayoritas tingkat pendidikan responden 74,3% adalah lulusan Sekolah Dasar (SD). Responden yang memiliki tingkat pendidikan SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi (PT) masing-masing adalah 24,3% dan 1,4%. Dari informasi yang diperoleh alasan responden tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena selain faktor biaya, bagi responden asalkan bisa membaca dan menulis saja sudah cukup, selebihnya ilmu bisa didapat di mana saja selama ada kemauan untuk maju.

Pekerjaan Utama

Pekerjaan utama responden peternak yang ada di Kecamatan Caringin yakni petani, peternak, buruh tani, wiraswasta dan lain-lain (tukang ojek, guru). Dari Tabel 6 terlihat bahwa peternak yang bekerja sebagai petani adalah 55,7% merupakan jumlah terbesar dibandingkan dengan jenis pekerjaan lain. Sementara itu, untuk jenis pekerjaan utama terbanyak kedua adalah buruh tani dengan persentase

25,7%, jenis pekerjaan terbanyak ketiga adalah wiraswasta yaitu sebesar 8,6% yang merupakan pekerjaan utama beternak sebesar 2,9% diikuti oleh pekerjaan utama lainnya seperti ojek dan guru sebanyak 7,1%.

Selain pekerjaan utama, responden yang ada di Kecamatan Caringin memiliki pekerjaan tambahan dan termasuk beternak sebagai tambahan untuk meningkatkan penghasilan mereka. Jenis pekerjaan tambahan peternak tersebut cukup beragam, bahkan ada yang lebih dari satu jenis pekerjaan. Terdapat jenis-jenis pekerjaan tambahan yang didapatkan meliputi petani, peternak, wiraswasta dan lain-lain.

Tabel 7. Pekerjaan Tambahan Responden Peternak

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (jiwa) (%) 1. Tidak ada 9 12,9 2. Petani 5 7,1 3. Peternak 54 77,1 4. Wiraswasta 1 1,4 5. Lain-lain 1 1,4 Jumlah 70 100,0

Dari pekerjaan tambahan peternak tersebut, sebanyak 12,9% responden tidak mempunyai pekerjaan tambahan. Mayoritas responden (77,1%) memiliki pekerjaan tambahan sebagai peternak. Pekerjaan petani sebagai tambahan sekitar 7,1%, wiraswasta sebesar 1,4%, dan sebagai pengemudi 1,4%. Pada tabel di atas terlihat bahwa pekerjaan sebagai peternak merupakan pekerjaan yang memiliki jumlah dan persentase yang sangat tinggi, hal ini menunjukkan bahwa walaupun beternak menunjukkan persentasi yang tinggi namun bagi sebagian orang beternak masih menjadi pekerjaan sampingan belum menjadi pekerjaan utama.

Pengalaman Beternak

Dalam menjalankan usahanya, responden telah memiliki ilmu pengetahuan tentang cara beternak yang di peroleh dari keluarga secara turun temurun, selain itu pengalaman menjadi salah satu guru dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman beternak diukur dari sejak dimulainya usaha ternak domba sampai pada saat

dilakukannya penelitian ini. Pengalaman beternak yang dimiliki oleh peternak di Kecamatan Caringin bervariasi yaitu mulai dari 1tahun sampai 48 tahun.

Pada Tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar responden (40%) memiliki pengalaman beternak antara 6-15 tahun, (32,9%) responden memiliki pengalaman 1-5 tahun, dan 27,1% responden memiliki pengalaman beternak sekitar 16-48 tahun. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengalaman peternak memelihara domba yaitu dimulai ketika peternak berusia 12 tahun.

Skala Usaha

Kepemilikan ternak domba petani-peternak diukur dengan menggunakan Satuan Ternak (ST). Ternak domba jantan dewasa dengan betina dewasa: 0,14 ST, sedangkan jantan muda dan betina muda: 0,07 ST, dan domba anak-anak: 0,035 ST. Jumlah ternak domba berkisar antara 0-5,36 ST. Nilai 0 ST diperoleh karena pada saat penelitian dilakukan ada beberapa peternak yang baru saja menjual ternaknya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dari Tabel 6 terlihat bahwa sebagian besar responden (34,2%) memiliki skala usaha 0-0,49 ST, (32,9%) responden memiliki skala usaha 0,50-0,98 ST dan (32,9%) responden memiliki skala usaha sebanyak 0,99-5,36 ST. Tidak semua ternak yang dipelihara merupakan milik pribadi, ada sebagian peternak mendapatkan kesempatan menerima bantuan yaitu berupa domba guliran yang diberikan oleh Balai Besar Diklat Agribisnis Peternakan dan Kesehatan Hewan (BBDAPK) yaitu suatu instansi pemerintah, terletak di Cinagara, Kabupaten Bogor.

Lahan Usaha

Lahan usaha responden peternak terdiri dari luas lahan pertanian dan peternakan, luas lahan yang mereka gunakan untuk usaha peternakan dan pertanian yaitu 0 sampai 2 hektar. Sebagian besar lahan yang dimiliki peternak digunakan untuk lahan pertanian sedangkan lahan untuk peternakan ikut di dalamnya, selain itu sebagian peternak yang masih beternak secara tradisional lebih memilih memanfaatkan lahan pekarangan rumah.

Sebagian besar responden (37,1%) memiliki lahan antara 0-0,3 ha, (34,3%) peternak memiliki luas lahan 0,4-0,7 ha, dan (28,6%) peternak memiliki luas lahan

0,8-2 ha. Status kepemilikan lahan usaha petani-peternak sebagian besar adalah tanah garapan, bukan milik responden.

Pendapatan

Kondisi sosial ekonomi petani-peternak salah satunya dicirikan oleh tingkat pendapatan yang diperoleh dalam periode waktu tertentu. Informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh responden terdiri dari pendapatan yang berasal dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan yang mereka usahakan. Pendapatan peternak bervariasi yaitu antara Rp. 200.000 – 2.300.000, seperti yang terlihat pada Tabel 6. Sebagian besar responden (35,7%) mempunyai pendapatan Rp. 450.000 – 800.000, (34,3%) responden mempunyai pendapatan Rp. 200.000 – 400.000 dan 30% dari keseluruhan peternak memiliki pendapatan Rp. 900.000 – 2.300.000.

Faktor Internal Penyuluh

Faktor internal penyuluh terdiri dari umur, pendidikan, pengalaman menjadi penyuluh dan pendapatan. Faktor internal penyuluh lebih jelas dapat dilihat pada uraian dibawah ini.

Umur

Responden penyuluh (3 orang) masing-masing berumur 38, 43 dan 44 tahun. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyuluh lapangan baik itu yang bertugas di wilayah kecamatan Caringin maupun bukan lebih di dominasi oleh mereka yang memiliki usia di atas 30 tahun, dari informasi yang diperoleh hal tersebut terjadi karena selain mereka telah berpengalaman, sebagian besar penyuluh muda yang diharapkan dapat menggantikan posisi mereka dinilai belum siap pakai, sehingga perlu ada pembinaan dahulu sebelum mereka di terjunkan ke masyarakat.

Pendidikan Formal

Pendidikan formal terakhir yang dimiliki oleh ke tiga penyuluh yaitu Perguruan Tinggi (PT) Diploma III. Dua diantaranya adalah lulusan dari peternakan dan satu dari perikanan. Selain pendidikan formal para penyuluh membekali diri dengan mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan karier, seminar-seminar, lokakarya dan kegiatan lainnya yang mendukung pekerjaannya.

Pengalaman Menjadi Penyuluh

Pengalaman penyuluh dalam menjalankan tugasnya yaitu antara 11-19 tahun, tentu hal ini tidak semudah membalikan telapak tangan, dengan bekal pengalaman yang dimiliki inilah, mereka berkecimpung di dunia penyuluhan. Sebesar 33,3% penyuluh memiliki pengalaman menjadi penyuluh selama 11 tahun dan sebanyak 66,7% memiliki pengalaman menjadi penyuluh selama 19 tahun.

Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh oleh penyuluh sesuai dengan pangkat atau golongan yang dimiliki. Dari hasil penelitian terlihat bahwa besarnya pendapatan yang diterima oleh ke tiga penyuluh perbedaannya hanya sedikit. Pendapatan masing-masing penyuluh yaitu Rp. 925.000 sampai Rp. 1.400.00 per bulan.

Faktor Eksternal Peternak dan Penyuluh

Pada penelitian yang telah dilakukan, selain faktor internal yaitu berupa karakteristik responden peternak dan penyuluh, juga terdapat faktor ekternal dari peternak dan penyuluh yang diduga berpengaruh terhadap peran lembaga penyuluhan.

Faktor Eksternal Peternak

Faktor eksternal peternak terdiri dari peluang pasar dan kebijakan pemerintah tentang peternakan. Peningkatan pendapatan petani-peternak dapat dilihat dari kemampuan mereka memanfaatkan peluang pasar dengan adanya tujuan pemasaran yang jelas. Kecamatan Caringin berada pada daerah yang cukup strategis dalam mengembangkan usahatani, terutama pada pemasaran hasil-hasil pertanian dan peternakan. Keberadaan pasar induk yang ada dan pasar lokal di sekitarnya sangat menguntungkan bagi para petani dalam memasarkan hasil pertaniannya. Ada 4 titik yang menjadi sasaran utama petani-peternak dalam memasarkan produk pertaniannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Skor Peluang Pasar Menurut Tujuan Pemasaran No. Sasaran Pasar Total Skor Rataan Skor

1 Koperasi 83 1,2

2. Tengkulak 206 2,9

3. Pasar 160 2,3

4 Konsumen Langsung 154 2,2 Total Rataan Skor 2,2 Keterangan : Kisaran skor yang digunakan adalah :

3 = Mudah, 2 = Agak sulit, 1 = Sulit

Berdasarkan data pada Tabel 8 rataan skor yang diperoleh untuk sasaran pasar tengkulak adalah 2,9. Nilai ini memberi arti bahwa peternak lebih menyukai menjual produk usahanya kepada tengkulak, karena menjual ke tengkulak dinilai mudah dibandingkan yang lain.

Dari informasi yang diperoleh, alasan peternak memilih menjual ke tengkulak adalah ; pertama selain tingkat kemudahannya, kedua biaya yang dikeluarkan untuk transportasi kecil dibandingkan harus menjual secara langsung ke pasar, waktu yang ada bisa digunakan untuk aktivitas yang lain karena tidak usah repot-repot mencari pembeli dan yang terakhir adalah sarana dan fasilitas yang kurang memadai, seperti jalan yang rusak dan berbatu, sehingga menyulitkan kendaraan menjangkau tempat petani-peternak, belum adanya sarana telekomunikasi, seperti telepon.

Peran penyuluh sebagai sumber informasi, pendidik, membantu dalam hal pengambilan keputusan serta mencapai tujuan usaha dirasakan cukup membantu. Dalam hal pemasaran, penyuluh selalu memberikan informasi serta gambaran tentang keadaan pasar, harga produk dipasaran dan strategi pemasaran setiap pertemuan satu minggu sekali, yaitu setiap hari Kamis dan Jum’at sesuai dengan jadwal pertemuan pada setiap kelompok. Penilaian peternak terhadap peran penyuluh disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Skor Penilaian Responden Peternak Terhadap Peran Penyuluh

No. Aspek Yang Dinilai Total Skor Rataan Skor 1. Sumber Informasi 170 2,4 2. Pendidik 167 2,4 3. Membantu dalam 158 2,3 mengambil keputusan 4. Membantu dalam 152 2,2 mencapai tujuan

Total Rataan Skor 2,3

Keterangan : Kisaran skor yang digunakan adalah : 3 = Baik, 2 = Cukup Baik, 1 = Kurang

Pada Tabel 9 terlihat bahwa kelima aspek yang dinilai memiliki nilai rataan skor antara 2,2-2,4. Nilai total rataan skor yang diperoleh yaitu sebesar 2,3. Hal ini membuktikan bahwa peran penyuluh telah dijalankan dengan cukup baik, walaupun pada kenyataannya tidak sesuai dengan harapan, yaitu peternak lebih suka memilih tengkulak dibandingkan koperasi maupun pasar.

Selain peluang pasar, faktor eksternal kebijakan pemerintah ikut mempengaruhi peran lembaga penyuluhan. Perhatian pemerintah tidak hanya sebatas pada kebijakan harga, namun ada sisi lain yang kadang terlupakan. Maraknya kasus- kasus yang terjadi pada hewan ternak, menjadi momok yang menakutkan bagi peternak, seperti isu flu burung dan antraks. Pada saat penelitian dilakukan ditemukan satu kasus, seorang peternak menjual dan membakar ayamnya karena takut kena flu burung, padahal setelah diperiksa Petugas Penyuluhan Lapangan (PPL) tidak ditemukan penyakit tersebut. Ternak yang dipeliharanya sakit bukan karena flu burung, namun karena perubahan cuaca.

Minimnya informasi yang diperoleh menyebabkan peternak terlalu cepat mengambil kesimpulan, hal ini sangat merugikan peternak. Masalah ini tidak hanya menjadi pekerjaan rumah untuk pemerintah, namun berlaku pula bagi mereka yang berkecimpung di dunia peternakan, termasuk lembaga penyuluhan.

Tabel 10. Rataan Skor Penilaian Responden Peternak Terhadap Kebijakan Pemerintah

No. Aspek Yang Dinilai Total Skor Rataan Skor 1. Perhatian terhadap peternak 154 2,2 2. Kebijakan harga 168 2,4

Total Rataan Skor 2,3

Keterangan : Kisaran skor yang digunakan adalah : 3 = Baik, 2 = Cukup baik, 1 = Kurang

Berdasarkan data pada Tabel 10 kebijakan pemerintah, yakni perhatiannya terhadap masalah-masalah yang menimpa peternak dan kebijakan harga dinilai sudah cukupbaikoleh peternak, hal tersebut dapat terlihat dari nilai rataan skor sebesar 2,3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ketika ada kebijakan dari pemerintah untuk petani-peternak, penyuluh selalu menyampaikan informasi tersebut pada petani- peternak walaupun kebijakan tersebut masih dalam rumusan. Tujuan dari penyampaian kebijakan ini adalah agar petani-peternak tidak kaget apabila kebijakan yang dibuat oleh pemerintah benar-benar ditetapkan.

Salah satu peran lembaga penyuluhan dapat dikatakan efektif ketika informasi yang diberikan kepada peternak sesuai dengan kebutuhan peternak, dari hasil penelitian diperoleh bahwa kegiatan penyuluhan peternakan yang selama ini berjalan dinilai sesuai dengan kebutuhan perternak. Nilai total rataan skor yang diperoleh dari kelima aspek tersebut adalah 2,9 antara lain, rencana, materi penyuluhan, teknik atau metode penyuluhan, lokasi penyuluhan dan waktu penyuluhan. Hasil yang diperoleh dapat terlihat pada Tabel 11.

Tebel 11. Rataan Skor Penilaian Responden Peternak Terhadap Kegiatan Penyuluhan

No. Aspek Yang Dinilai Total Skor Rataan Skor

1. Rencana 210 3,0

2. Materi Penyuluhan 210 3,0

3. Teknik/metode penyuluhan 210 3,0 4. Lokasi penyuluhan 198 2,8

5. Waktu Penyuluhan 210 3,0

Total rataan skor 2,9

Keterangan : Kisaran skor yang digunakan adalah :

Faktor Eksternal Penyuluh

Faktor eksternal penyuluh yaitu terdiri dari dukungan pimpinan, baik Pemda maupun Dinas dan kebijakan pemerintah tentang kelembagaan penyuluhan. Dibawah ini ditampilkan bagan struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor.

Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan.

Terlihat pada bagan diatas bahwa UPTD Penyuluhan dan Pos Kesehatan Hewan merupakan unsur pelaksana operasional Dinas, yang dipimpin oleh seorang kepala UPTD, dan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas serta secara operasional dikoordinasikan oleh Camat. Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada penyuluh didapatkan bahwa dukungan pimpinan (kepala UPTD) terhadap apa yang mereka kerjakan dirasakan cukup baik, namun mereka menilai bahwa dukungan yang lebih justru mereka dapatkan dari Kecamatan, sedangkan perhatian dari Pemda maupun Dinas mereka rasakan kurang.

Bergulirnya Undang-Undang otonomi daerah membawa dampak terhadap kebijakan penyuluhan. Baik program, sistem, maupun kelembagaan penyuluhan tidak lagi menjadi kewenangan pemerintah pusat, melainkan daerah. Hal itu juga

KEPALA DINAS KEPALA UPTD KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL PELAKSANA

berdampak terhadap nasib penyuluh ke dalam keadaan yang baru. Masa transisi atau peralihan menyebabkan mereka harus bisa bergerak cepat menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Penyuluh menyukai organisasi dan tata kerja seperti dulu dibandingkan sekarang, dengan alasan bahwa ketika sebelum pelaksanaan otonomi daerah keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) serta jajaran penyuluhan langsung dikoordinir oleh kantor wilayah Departemen Pertanian yang memiliki koordinasi langsung dengan departemen pertanian sehingga eksistensinya sangat diperhatikan. Sebaliknya setelah otonomi daerah pengurusan pembangunan termasuk mengurus PPL diserahkan kepada pemerintah kabupaten, namun sangat disayangkan ternyata banyak bupati yang tidak mengerti akan pentingnya peranan PPL sehingga melupakannya.

Penyuluh juga mengharapkan wadah penyuluhan di Kabupaten Bogor dibuat menjadi satu wadah, anggaran penyuluhan ditingkatkan, alat peraga dilengkapi, proses naik pangkat dipermudah. Selain itu harapan lainnya adalah adanya regenerasi yaitu perekrutan penyuluh-penyuluh lapang baru dengan semangat yang tinggi, dilengkapi ilmu yang cukup untuk menggantikan para penyuluh yang sudah seharusnya pensiun, sehingga kegiatan penyuluhan dapat terus berjalan.

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Peternak dan Penyuluh dengan Kelembagaan Penyuluhan

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Peternak dengan Kelembagaan Penyuluhan

Hubungan masing-masing faktor internal dan eksternal responden peternak dengan kelembagaan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Peternak dengan Kelembagaan Penyuluhan

Kelembagaan Penyuluhan

Faktor Internal dan Peran lembaga Penyuluhan Intensitas Penyuluhan

Ekternal Peternak P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 Umur .344** .226 .065 .077 -.144 -.113 .031 -.251* .116 .222 -.270* Pendidikan -.330** -.184 -.091 -.240* .262* -.070 .267* .297* .085 -.285* .354* Pengalaman Beternak -.358** -.319** -.293* -.375** .312** .158 .383** .273* .438** .203 .157 Skala Usaha .130 .157 -.052 -.102 -.176 .076 .045 -.145 -.194 -.212 -.159 Lahan Usaha .067 .335** .212 .063 -.112 .310** -.094 -.216 .099 .194 -.224 Pendapatan -.190 .122 .193 .159 .151 .210 .414** .225 .320** .207 .246 Pekerjaan -.445** -.118 -.025 -.057 .236* -.180 .260* .304* .070 -.307** .417** Peluang Pasar .089 -.077 -.071 -.019 .191 -.061 .023 -.076 .176 .082 -.168 Kebijakan Pemerintah -.028 -.058 -.019 .155 .014 .155 -.147 -.160 .037 -.042 .010 Keterangan :

** = Hubungan nyata pada α =0.01 * = Hubungan nyata pada α = 0.05

P1 : Sebagai sumber informasi P7 : Kunjungan penyuluh

P2 : Sebagai pendidik P8 : Diskusi dengan penyuluh

P3 : Membantu mengambil keputusan P9 : Pemasaran produk

P4 : Membantu mencapai tujuan P10 : Hubungan penyuluh dengan

P5 : Kegiatan penyululan peternak

P6 : Pertemuan di kantor penyuluh P11 : Hubungan lembaga dengan

peternak

Hubungan Umur Peternak dengan Kelembagaan Penyuluhan

Umur peternak seperti terlihat pada Tabel 12, memiliki hubungan nyata positif (P<0.01) dengan peran lembaga penyuluhan yaitu sumber informasi. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tua umur peternak maka mereka sangat membutuhkan peran lembaga penyuluh yaitu sebagai sumber informasi, hal tersebut kemungkinan karena adanya kecenderungan bahwa semakin tua usia kemampuannya dalam beraktivitas terbatas, sehingga mereka merasa bahwa keberadaan penyuluh sangat membantu. Selain itu, keterbatasan sumber informasi peternakan seperti leaflet,

booklet, folder menjadi salah satu sebab peternak mengandalkan penyuluh sebagai sumber informasi.

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman secara keseluruhan, tidak ada hubungan nyata antara umur dengan peran kelembagaan penyuluhan sebagai pendidik, membantu mengambil keputusan dan membantu mencapai tujuan. Demikian pula hubungan antara umur dengan intensitas penyuluhan yang terdiri dari kegiatan penyuluhan, pertemuan di kantor penyuluh, kunjungan penyuluh, pemasaran produk dan hubungan penyuluh dengan peternak, tidak memiliki hubungan nyata.

Hubungan Pendidikan Peternak dengan Kelembagaan Penyuluhan

Hasil uji Rank Spearman antara pendidikan peternak dengan kelembagaan penyuluhan pada Tabel 12 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata positif (p<0.05) antara pendidikan dengan kegiatan penyuluhan, kunjungan penyuluh, diskusi dengan penyuluh dan hubungan lembaga dengan peternak pada intensitas penyuluhan. Hasil ini menunjukkan semakin tinggi pendidikan maka hubungan dengan kelembagaan penyuluhan semakin tinggi pula.

Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa peternak yang memiliki pendidikan tinggi tidak hanya memenuhi kebutuhanya akan informasi dari satu sumber saja, namun mereka mencari dari berbagai sumber. Peternak yang memiliki pendidikan tinggi tidak menutup diri dari kegiatan penyuluhan namun sebaliknya, dengan adanya kegiatan ini mereka bisa memanfaatkan sebagai ajang belajar, diskusi, sehingga peternak dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam usahanya dengan harapan apa yang diusahakan dapat meningkat.

Hubungan Pengalaman Beternak dengan Kelembagaan Penyuluhan

Pengalaman beternak keseluruhan peternak, seperti terlihat pada Tabel 12 memiliki hubungan nyata positif (P<0.01) dengan kegiatan penyuluhan, kunjungan penyuluh, pemasaran produk dan berhubungan nyata positif (P<0.05) dengan diskusi dengan penyuluh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman beternak peternak maka semakin tinggi hubungan dengan kelembagaan penyuluhan. Hal tersebut kemungkinan karena peternak ingin berbagi pengalaman dengan

peternak-peternak lainnya melalui penyuluhan karena mereka sudah lebih dulu merasakan manfaatya berusaha ternak. Selain itu, peternak yang telah berpengalaman ini keberadaannya membantu penyuluh, biasanya dijadikan contoh oleh peternak lain Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman secara keseluruhan, tidak ada hubungan nyata antara pengalaman beternak dengan pertemuan di kantor penyuluh, hubungan penyuluh dengan peternak dan hubungan lembaga dengan peternak, namun terdapat hubungan nyata negatif dengan peran kelembagaan penyuluhan sebagai sumber informasi, pendidik, membantu mengambil keputusan dan membantu mencapai tujuan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa lembaga penyuluhan belum berfungsi sebagaimana mestinya pasca otonomi daerah.

Hubungan Skala Usaha dengan Kelembagaan Penyuluhan

Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman secara keseluruhan menunjukkan bahwa skala usaha tidak memiliki hubungan nyata dengan kelembagaan penyuluhan, baik itu peran kelembagaan penyuluhan maupun intensitas penyuluhan. Hal ini berarti tidak ada kecenderungan yang menunjukkan bahwa semakin tinggi skala usaha peternak maka semakin tinggi hubungan dengan lembaga penyuluhan atau sebaliknya. Berdasarkan pengamatan di lapangan skala usaha yang dimiliki peternak mempengaruhi peternak mengenai cara pemeliharaan ternak. Rata-rata peternak memiliki skala usaha kecil. Hal tersebut dikarenakan beternak masih menjadi pekerjaan sampingan, namun dengan adanya kegiatan penyuluhan peternak merasa termotivasi untuk meningkatkan usaha ternak dombanya, terutama bagi peternak yang memiliki jumlah ternak sedikit mereka berusaha untuk dapat meningkatkan jumlah ternak yang diusahakan, baik itu dengan membeli, patungan dengan teman maupun memanfaatkan bantuan dari pemerintah melalui bantuan domba bergulir.

Hubungan Lahan Usaha dengan Kelembagaan Penyuluhan

Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman secara keseluruhan seperti terlihat pada Tabel 11, menunjukkan bahwa lahan usaha memiliki hubungan nyata positif (P<0.01) dengan peran kelembagaan yaitu sebagai pendidik dan pertemuan di kantor penyuluh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi luas lahan usaha yang dimiliki, maka semakin tinggi kebutuhannya akan penyuluh. Kunjungan kantor

memberi arti bahwa petani telah terangsang perlu mendapatkan informasi-informasi yang segera, sehubungan dengan usaha yang dilakukan, masalah yang segera harus diatasi atau lain-lain yang perlu ditangani tetapi kurang jelas dalam penjelasannya.

Berdasarkan hasil uji korelasi Rank Spearman secara keseluruhan, tidak ada hubungan nyata antara luas lahan usaha dengan peran kelembagaan penyuluhan sebagai sumber informasi, membantu mengambil keputusan dan membantu mencapai tujuan. Begitu juga hubungan antara luas lahan dengan intensitas penyuluhan tidak memiliki hubungan nyata.

Hubungan Pendapatan Peternak dengan Kelembagaan Penyuluhan

Pendapatan keseluruhan peternak, seperti terlihat pada Tabel 12, memiliki hubungan nyata positif (P<0.01) dengan kunjungan penyuluh dan pemasaran produk

Dokumen terkait