• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yayasan Emong Lansia (YEL)- HelpAge Indonesia adalah organisasi non-profit berbasis masyarakat, didirikan pada tanggal 29 Mei 1996 di Jakarta oleh Steven King mewakili HelpAge Internasional, Mr. Cho Ki Dong (HelpAge Korea), Ibu Joyce Sosrohadikusumo dan Dr. Tony Setiabudhi, PhD. Terdaftar pada kantor Pemerintah Propinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial dengan nomor: 06.12160.118/076.6-B. Tujuan dari YEL untuk meningkatkan kualitas hidup warga usia lanjut yang memungkinkan mereka hidup secara terhormat. Visi dari YEL adalah lanjut usia sehat, mandiri, dan sejahtera sedangkan misi YEL adalah meningkatkan kualitas hidup warga lanjut usia secara berkesinambungan.

Program kerja yang dilakukan yaitu, home care, sponsor a grandparent, policy advokasi, access to helath services, pelatihan ITCOA, emergency relief and rehabilitation, dan informasi. Home care merupakan kunjungan ataupun pendampingan di rumah bagi lanjut usia yang rentan, sakit, kesepian, dan tinggal sendiri. Pilot project home care dilakukan di Tegal Alur yang kemudian diadopsi oleh Pemerintah, khususnya Departemen Sosial RI, menjadi Program Nasional pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah (Home Care) dengan SK Menteri Sosial RI No. 67/HUK/2006. Alasan diadopsinya program home care ini dikarenakan beberapa hal seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk mendirikan sebuah panti jompo (panti werdha), sumber daya manusia yang terbatas serta budaya Indonesia sendiri yang menganggap bahwa kurang pantas memasukan orangtua ke panti jompo. Hingga saat ini penyelenggaraan home care dibawah binaan YEL tidak saja dilakukan di Tegal Alur, tetapi juga dilakukan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD).

Sponsor a grandparent berupa penggalangan dana untuk pelayanan sosial, terutama bagi lanjut usia yang kurang mampu di bidang pangan, sandang, kesehatan, spiritual, perbaikan tempat tinggal, olah raga dan rekreasi. Policy advokasi berupa Lokakarya Nasional yang menghasilkan Rencana Aksi Nasional (RAN) 2003-2008 dan Komisi Nasional Lanjut Usia dengan Keputusan Presiden No. 52 tahun 2004.

Yayasan Emong Lansia pun menyelenggarakan access to health services/ pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dimaksudkan adalah

YEL sebagai fasilitator untuk membuka jejaring dengan puskesmas atau rumah sakit setempat sehingga lansia dapat melakukan pengobatan secara gratis. Pelatihan ITCOA (International Training Center on Aging) ditujukan bagi lanjut usia dan bagi mereka yang terlibat langsung dalam pelayanan baik lokal maupun internasional. Emergency relief and rehabilitation berupa bantuan sosial bencana dan sesudahnya sedangkan dalam bidang informasi, YEL menerbitkan majalah “Gerbang Lansia” secara berkala untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan lanjut usia itu sendiri untuk bersama-sama menanggulangi masalah yang dihadapi.

Struktur organisasi YEL:

Dewan Penangggung Jawab (Board of Trustees) 1. Ketua : Ibu Y.S. Nasution

2. Anggota : Ibu Soepardjo Roestam Ibu BRA Mooryati Soedibyo Dr. Tony Setiabudhi, PhD Dewan Penasehat (Board of Advisor)

1. Ibu Prof. Dr. Tri Budi W. Rahardjo 2. DR. Dr. Nugroho Abikusno, MSc. PhD 3. Bapak Dick S. Sapi-ie

Dewan Pelaksana

1. Ketua : Ibu Eva Sabdono, MBA 2. Wakil Ketua : Ibu Dida Soerodjo 3. Bendahara : Ibu Elfy B Santoso 4. Humas : Ibu Murniyati Arisandi Bidang Umum 1. Drs. Sofyan Manurung 2. H. Azhari Sekertaris 1. Siti Rahmawati 2. Sundari

Home Care di Tegal Alur Latar Belakang Penyelenggaraan Home Care

Home care adalah bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lansia lansia yang rentan, sakit, kesepian, dan tinggal sendiri dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis

keluarga. Latar belakang diadakannya pilot project home care di Indonesia adalah mengingat kesepakatan antara pemerintahan Korea dan ASEAN Secretariat untuk mengembangkan home care sebagai pilot project di sepuluh negara anggota ASEAN melalui HeplAge Korea dan HelpAge Internasional. Pilot project home care di Indonesia dilaksanakan oleh YEL (HelpAge Indonesia), di Kelurahan Tegal Alur, Jakarta Barat mulai 1 Oktober 2003 hingga Maret 2006 dengan bantuan dana dari HelpAge Korea. Pemilihan tempat di Kelurahan Tegal Alur merupakan hasil rekomendasi Lokakarya Nasional tahun 2002 bersama Komnas Lansia. Lokakarya Nasional yang dihadiri kelompok sosial dan kelompok kesehatan memilih Tegal Alur sebagai daerah percontohan karena Tegal Alur merupakan daerah IDT (Inpres Desa Tertinggal). Lansia yang tinggal di daerah IDT rentan tinggal sendirian karena anak atau keluarga lainnya sibuk dengan aktivitas perekonomian.

Tahapan Penyelenggaraan Kegiatan Home Care

Proses penyelenggaraan home care di Tegal Alur meliputi sosialisasi, seleksi calon pendamping, pemantapan pendamping, pendataan lansia calon penerima layanan, implementasi program, serta monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Penyelenggaraan home care diawali dengan proses sosialisasi. Sosialisasi dilakukan setelah penentuan lokasi, pada tahun 2004, kepada pihak pemerintah daerah mulai dari walikota, dinas sosial, kecamatan dan kelurahan serta organisasi-organisasi sosial yang peduli pada lansia seperti PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), PMI (Palang Merah Indonesia) dan PKK. Tahapan kedua yang dilakukan adalah seleksi calon pendamping yang berasal dari masyarakat sekitar dan anggota organisasi-organisasi sosial peduli lansia. Awal pendataan terdaftar sejumlah 125 orang yang kemudian diseleksi dan diterima sebanyak 40 orang pendamping.

Selanjutnya pendamping yang telah terpilih diberikan pelatihan pertama oleh ITCOA. Pelatihan yang diberikan kepada pendamping dilakukan dengan dua cara yaitu berupa pemberian teori dan praktek lapang. Tenaga pendamping harus mempunyai pengetahuan dasar tentang teknik-teknik pendampingan dan perawatan lansia (non medis) untuk dapat memberikan pelayanan terhadap lansia antara lain:

a. permasalahan yang dihadapi lansia baik mental maupun fisik b. teknik komunikasi

d. pengetahuan dasar tentang asuhan keperawatan (non medis) e. metode pekerjaan sosial

f. pengetahuan tentang gizi

Praktek lapang dilakukan setelah pemberian teori dilakukan. Praktek lapang ini ditujukan untuk meningkatkan keterampilan para pendamping. Pendamping terlebih dahulu magang di tempat-tempat yang menyediakan pelayanan lansia seperti panti jompo lansia. Pelatihan pendamping tahap kedua selanjutnya dilakukan bekerjasama dengan BKBI (Balai Keluarga Berencana Indonesia), BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional).

Tahapan kegiatan penyelenggaraan home care selanjutnya adalah pendataan lansia calon penerima layanan oleh pendamping. Pendataan awal diperoleh sebanyak 520 orang lansia calon penerima layanan. Jumlah tersebut kemudian disesuaikan dengan jumlah pendamping dan keterbatasan pelayanan serta persyaratan lansia peserta, hingga terpilih 60 orang lansia yang terdaftar sebagai lansia peserta.

Tahapan terpenting dalam penyelenggaraan home care adalah implementasi program. Penyelenggaraan pelayanan home care perlu didukung oleh fasilitas dalam bentuk saranan dan prasarana yang memadai. Fasilitas ini perlu disediakan untuk mempermudah dan mempercepat pelayanan. Berdasarkan surat Lurah Tegal Alur No. 153/I.864 tanggal 5 Agustus 2004, YEL mendapatkan izin penggunaan beberapa ruangan yaitu ruang kantor gedung dan aula kantor kelurahan lama. Tempat tersebut menjadi Pusat Kegiatan Lanjut Usia (PKLU) Kelurahan Tegal Alur. Sarana penunjang yang dilengkapi yaitu pembuatan kamar mandi, penyediaan kursi lipat, meja tulis, white board serta perlengkapan lain yang dibutuhkan sejalan dengan peningkatan pelayanan kepada lansia. Pemeliharaan kebersihan tempat tersebut dilaksanakan oleh pendamping dalam bentuk piket harian di PKLU.

Tahapan terakhir dalam penyelenggaraan home care adalah proses monitoring, evaluasi, dan pelaporan. Monitoring adalah proses pemantauan yang dilakukan secara terarah mengenai proses dan kemajuan pelayanan home care untuk menemukenali faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelayanan, dilakukan secara berkala setiap minggu. Monitoring dilakukan saat pertemuan rutin seluruh pendamping dengan koordinator lapangan dilakukan secara rutin setiap minggu. Pertemuan tersebut membahas berbagai kendala yang ditemui selama proses pendampingan dan kemajuan pelayanan yang ada.

Evaluasi adalah proses menghitung, mengukur dan menilai proses pelayanan dan hasilnya terhadap pelayanan home care. Tujuannnya adalah teridentifikasinya proses dan hasil pelayanan (keluaran, pencapaian hasil, manfaat dan dampaknya). Evaluasi dilakukan secara bersama-sama antara YEL dengan koordinator lapang serta pendamping. Evaluasi dampak dari pilot project home care pernah dilaksanakan pada tahun 2006, menilai apakah pelayanan memenuhi kebutuhan masyarakat. Responden pada evaluasi dampak ini dipilih secara acak, terdiri dari lansia, keluarga lansia, pendamping, anggota masyarakat, puskesmas, kepala lurah dan kepala RW/RT. Evaluasi dampak ini menilai lima aspek khusus, yaitu mengukur:

1. berapa banyak orang tahu tentang adanya program 2. penerimaan layanan dari sudut pandang budaya 3. tingkat kepuasan pelayanan

4. tingkat pentingnya perawatan rumah yang dilakukan bagi lansia miskin 5. dampak program itu sendiri

Hasil evaluasi dampak pilot project home care di Tegal Alur adalah pelayanan yang dilaksanakan YEL memuaskan bagi lansia dan pihak lain yang terlibat seperti keluarga, pendamping, masyarakat sekitar serta aparat pemerintah. Evaluasi ini dengan jelas menunjukkan bahwa seluruh masyarakat yang terlibat dalam pelayanan ini memiliki minat yang sama dalam kesejahteraan lansia dan mendukung semua kegiatan yang dilaksanakan. Kegiatan ini adalah upaya yang diselenggarakan oleh, dari dan untuk masyarakat dengan peran aktif pemerintah daerah.

Pelaporan merupakan pendokumentasian pelayanan home care secara teknis maupun administratif yang disusun secara lisan maupun tertulis. Laporan secara lisan biasanya dilakukan saat pertemuan mingguan pendamping dengan koordintator lapang. Kemudian, setiap bulannya pendamping melaporkan secara tertulis kondisi umum lansia peserta kepada koordinator lapang. Koordinator lapang nantinya akan menyusun laporan hasil kinerja secara tertulis kepada pimpinan YEL.

Sasaran Pelayanan Home Care

Sasaran pelayanan home care ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Sasaran langsung adalah lanjut usia (berusia 60 tahun lebih), miskin, tinggal sendiri, terlantar dan mengalami masalah dengan kesehatan atau aktivitasnya. Lansia yang akan menjadi peserta tidak hanya memenuhi

persyaratan yang telah ditentukan, tetapi juga harus mendapatkan surat izin dari keluarga lansia atau kepala RW/RT setempat bagi lansia yang tinggal sendiri. Jumlah lansia yang menjadi peserta home care dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Pada awal pelaksanaan, sebanyak 60 lansia terdaftar sebagai peserta home care. Kemudian, pada tahun 2009 jumlah peserta berjumlah 80 orang lansia. Hingga saat ini pelayanan home care di Tegal Alur baru dilakukan di 13 RW dari 16 RW yang ada di kelurahan Tegal Alur dengan jumlah lansia peserta 75 orang. Perubahan jumlah lansia ini disebabkan oleh berubahnya jumlah pendamping serta beberapa lansia yang sudah meninggal.

Sasaran tidak langsung pelayanan home care adalah keluarga, masyarakat serta berbagai kelembagaan baik pemerintah maupun organisasi sosial yang peduli terhadap lansia. Keluarga dalam hal ini diharapkan menjadi lebih peduli terhadap lansia. Pendamping memotivasi keluarga lansia untuk merawat lansia seperti yang dilakukan pendamping.

Kelembagaan pemerintah maupun organisasi sosial menjadi salah satu pihak penting yang menjadi sasaran pelayanan home care. Hal ini berkaitan dengan proses kerja sama atau kemitraan yang akan dijalin antara YEL dengan kelembagaan tersebut untuk mendukung terlaksananya pelayanan home care. Hingga saat ini berbagai lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah seperti Departemen Sosial (Depsos), walikota, kecamatan, kelurahan, RW/RT serta Puskesmas setempat sudah menjalin kerjasama dengan baik. Selain itu, organisasi-organisasi sosial seperti PSM (Pekerja Sosial Masyarakat), PMI (Palang Merah Indonesia) dan PKK ikut juga terlibat dalam proses penyelenggaraan pelayanan home care di Tegal Alur disamping beberapa pihak lain yang tidak ingin nama atau institusinya disebutkan.

Jenis Pelayanan Home Care

Jenis pelayanan home care yang dilaksanakan di Tegal Alur mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pada awal pendirian tahun 2004, pelayanan dipusatkan pada pelayanan sosial, pendampingan lansia di rumah. Pendampingan ini berupa kunjungan yang dilakukan pendamping ke rumah lansia satu kali dalam satu minggu untuk mendengar berbagai cerita atau keluhan yang dialami lansia. Jika lansia tinggal sendiri atau mengalami keterbatasan mobilitas, pendamping membantu lansia melakukan aktivitas keseharian atau kegiatan rumah tangga seperti membersihkan ruangan tempat tinggal lansia.

Tahun 2009, pelayanan yang diberikan tidak hanya pelayanan sosial, akan tetapi juga diberikan pelayanan lainnya. Bentuk pelayanan yang dilaksanakan berupa pelayanan kesehatan. Pendamping bertugas menemani ke puskesmas atau merujuk ke rumah sakit bila lansia perlu dirawat. Pemberian bantuan pun diberikan berupa alat bantu bagi lansia yang membutuhkan antara lain, kursi roda, tongkat, kaca mata. Pelayanan juga ditujukan untuk meningkatkan gizi lansia peserta meskipun sifatnya terbatas, yaitu dengan pemberian sembako (beras, susu, biskuit, mie instan) secara berkala setiap satu bulan satu. Selain itu, diadakan pula kegiatan ramah lansia tingkat RW, senam lanjut usia serta pemberian pinjaman modal Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

Kegiatan ramah lansia tingkat RW dilakukan satu kali dalam satu bulan. Kegiatan rutin yang dilakukan pada kegiatan ramah lansia adalah pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan oleh dokter yang diutus dari puskesmas, sedangkan untuk kegiatan tambahan seperti pemberian keterampilan beragam setiap bulannya tergantung kepada pendamping. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan adalah pemeriksaan umum seperti tekanan darah dan penimbangan berat badan. Apabila hasil pemeriksaan dokter menunjukkan bahwa lansia sakit atau lansia menyatakan berbagai keluhan yang dialaminya, dokter akan memberikan obat secara gratis kepada seluruh lansia yang mengikuti pemeriksaan tersebut. Bahkan jika pemeriksaan dianggap cukup parah, dokter akan memberikan surat pengantar untuk melakukan pemeriksaan lanjutan ke puskesmas atau rumah sakit daerah.

Senam lansia dilakukan setiap satu kali dalam satu minggu. Senam lansia dipimpin oleh seorang instruktur senam yang juga pendamping home care. Pemberian pinjaman modal UEP diberikan pada lansia yang masih produktif atau keluarga lansia sejumlah Rp 500.000,00. Pemberian modal UEP kepada keluarga lansia dengan harapan keuntungan dari usaha yang dijalankan dapat membantu lansia. Jenis usaha yang dijalankan sebagian besar berada pada lingkup usaha makanan. Tidak ada mekanisme ketat yang mengatur sistem pengembalian pinjaman modal UEP. Lansia atau keluarga lansia dapat mengembalikan pinjaman sesuai kemampuan lansia membayar baik dari segi besarnya uang yang dibayarkan maupun waktu pengembalian.

Tahun 2010, YEL atas dukungan PT Sido Muncul dalam rangka Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) telah memberikan bantuan perbaikan kamar lansia kepada 10 orang lansia peserta home care. Sebanyak 14 orang lansia

mendapatkan bantuan program Jaminan Sosial Lanjut Usia (JSLU) dari Depsos berupa uang sejumlah Rp 300.000,00 per bulan.

Pendamping Home Care

Pelayanan home care didampingi oleh para pendamping yang ditunjuk dan memenuhi syarat untuk membantu para lansia. Kriteria para pendamping ini diantaranya, berbadan sehat, tinggal di wilayah pelayanan, usia 21-55 tahun, pendidikan minimal SD, telah memiliki pengalaman melayani atau merawat lansia, dan mempunyai motivasi untuk merawat lansia. Selain itu, kriteria yang harus dipenuhi adalah telah lolos dalam seleksi baik secara lisan (wawancara) maupun tulisan yang kemudian bersedia mengikuti pelatihan secara penuh dan bersedia menjadi pendamping selama satu tahun dengan mengunjungi lansia minimal satu jam sekali seminggu.

Tugas pendamping adalah melakukan penelaahan serta pengungkapan masalah dan kebutuhan, menghubungkan lansia dengan sumber pelayanan dan mendampingi lansia dalam kegiatan lansia yang secara terprogram dibuat oleh YEL. Informasi yang perlu diketahui oleh pendamping adalah berbagai permasalahan dan kebutuhan lanjut usia baik fisik, psikososial maupun mental spriritual yang kemudian dilaporkan dalam bentuk jurnal setiap minggunya.

Dalam rangka perbaikan pelayanan kepada lansia, YEL juga melakukan perbaikan pelayanan bagi pendamping. Pendamping secara bergantian diberikan kesempatan memperoleh pelatihan yang diselenggarakan oleh Depsos, Depkes RI. Studi banding juga dilakukan ke Sukabumi, tempat yang menyelenggarakan home care. Selain itu, beberapa kegiatan yang ditujukan bagi lansia seperti kegiatan senam lansia dan pemberian bantuan modal usaha (UEP) juga diberikan bagi pendamping.

Pekerjaan sebagai pendamping home care merupakan pekerjaan sosial tanpa bayaran apapun. Pendamping yang sebagian besar berasal dari kader, PKK atau PSM mendapat kartu berobat gratis dari kelurahan untuk 17 rumah sakit DKI Jakarta. Selain itu, sebagai penghargaan kepada pendamping, YEL biasanya memberikan tunjangan hari raya (THR) setiap tahunnya. Tunjangan ini bukan berupa uang, tetap biasanya berupa makanan, pakaian, rompi, kerudung atau sajadah yang tiap tahunnya diberikan berbeda.

Jumlah pendamping dari awal pelaksanaan home care sampai sekarang mengalami perubahan. Pada awal pendirian terdapat 40 orang pendamping yang berasal dari kader, PKK, PMI, PSM. Kemudian pada tahun berikutnya, beberapa

pendamping dari PMI mengundurkan diri dengan alasan jarak atau transportasi yang jauh. Pada tahun 2008, jumlah pendamping hanya 22 orang kemudian bertambah menjadi 30 orang pada tahun 2009. Pada saat penelitian dilaksanakan, tahun 2010, jumlah pendamping terdaftar sebanyak 35 orang. Terdapat beberapa alasan yang mendasari pengunduran diri seorang pendamping, antara lain dengan alasan sakit-sakitan, pindah domisili, meninggal atau karena alasan transportasi yang dirasa jauh. Satu pendamping bertugas mendampingi dua orang lansia, tetapi saat ini dikarenakan jumlah pendamping berkurang maka terdapat beberapa pendamping yang mendampingi lebih dari dua lansia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pendamping mengenai motivasi, kendala pendampingan serta persepsi mengenai kegiatan yang telah dilakukan YEL, diperoleh pendapat yang hampir serupa. Seluruh pendamping menyebutkan bahwa motivasi mereka untuk menjadi pendamping adalah untuk membantu sesama, terutama lansia. Pendamping merasa tergerak hati nuraninya untuk menolong lansia yang berada di daerahnya karena mereka merasa senang jika bisa berbagai kebahagiaan dengan para lansia. Selama proses pendampingan, para pendamping merasa tidak ada hambatan. Respon yang diterima pendamping baik dari lansia maupun dari keluarga lansia cukup baik karena mereka merasa senang ada yang memperhatikan dan mendukung mereka. Persepsi para pendamping terhadap pelayanan yang telah dilaksanakan oleh YEL cukup bagus. Para pendamping berharap kedepannya kegiatan pelayanan home care dapat berlangsung secara kontinu dan lebih ditingkatkan pelayanannya.

Penyelenggaraan home care ini mengalami berbagai kendala. Kendala yang dihadapi antara lain transportasi pendamping belum ada, jumlah pendamping yang terbatas sedangkan jumlah lansia yang memerlukan pendampingan masih banyak, serta hambatan dalam hal dana.

Peserta dan Bukan Peserta Home Care

Selama proses penyelenggraan home care di Tegal Alur, berbagai pelayanan yang diselenggarakan oleh YEL ternyata tidak hanya menjangkau lansia peserta tetapi juga menjangkau lansia bukan peserta home care. Beberapa pelayanan yang diselenggarakan oleh YEL dapat diikuti baik oleh lansia peserta maupun bukan lansia peserta home care. Tabel di bawah

menunjukkan perbedaan pelayanan yang diperoleh lansia peserta dan bukan peserta home care:

Tabel 4 Perbedaan pelayanan yang diperoleh lansia peserta dan bukan peserta home care

Jenis Pelayanan Home care

Peserta Bukan peserta

Pelayanan kunjungan dari pendamping 1x/minggu

Pemeriksaan kesehatan 1x/bln

Kegiatan ramah lansia (pelatihan kerajinan tangan)

Pengobatan gratis ke puskesmas

Pemberian modal UEP

Perbaikan kamar lansia

Pemberian JSLU dari Depsos

Pemberian sembako 1x/bulan

Senam lansia 1x/minggu

Keterangan: “√”: ya, “−“: tidak

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa pelayanan kesehatan 1x/bulan, kegiatan ramah lansia, pengobatan gratis ke Puskesmas, pemberian JSLU dari Depsos dan senam lansia 1x/minggu dapat diperoleh baik oleh lansia peserta maupun bukan peserta home care. Pengajuan JSLU yang dilakukan oleh pendamping tidak hanya ditujukan bagi lansia peserta home care. Lansia yang miskin, sakit-sakitan, sudah tidak berdaya serta mendapatkan makanan dari pemberian orang lain, menjadi sasaran utama calon penerima bantuan JSLU meskipun lansia tersebut tidak terdaftar sebagai peserta home care.

Pelayanan kunjungan pendamping 1x/minggu, pemberian modal UEP, perbaikan kamar lansia, dan pemberian sembako 1x/bulan hanya diperoleh oleh lansia peserta home care. Hal ini dikarenakan keterbatasan pendamping dan dana untuk bisa menjangkau seluruh lansia yang ada di Tegal Alur. Meskipun demikian, hal ini tetap menunjukkan bentuk kepedulian YEL terhadap lansia, meskipun lansia tersebut tidak terdaftar sebagai peserta home care meningat kondisi lansia yang secara psikologis mudah merasa iri atau tersinggung jika ada lansia lain yang mendapatkan perhatian lebih.

Penyelenggaraan Home Care di Negara Lain

Penyelenggaraan home care di Indonesia, seperti sudah dijelaskan sebelumnya, merupakan bentuk kerja sama antara pemerintah Korea (HelpAge Korea) dengan negara ASEAN untuk mengembangkan home care sehingga model pelayanan yang diberikan didisain sesuai dengan yang diselenggarakan di Korea dan tetap disesuaikan dengan kebutuhan lokal, sumbedaya yang ada, dan budaya masing-masing negara. Model home care yang berhasil dilakasanakan di Korea adalah volunteer based home care (Volunteer-based home help services)

sehingga HelpAge Korea diminta untuk mengembangkan model tersebut di ASEAN.

Penyelenggaraan home care di Korean dimulai pada tahun 1982, diselenggarakan oleh NGO (non-goverenment organization) HelpAge Korea dengan bantuan dana dari HelpAge Internasional, ditujukan untuk mendukung lansia miskin dan membutuhkan dukungan. Pertama kali dilakukan dengan memperkenalkan pendamping (relawan) untuk mengurus lansia yang mengalami imobilitas, berpendapatan rendah, dan dapat melakukan beberapa perawatan pribadi sendiri. Home care ditujukan bagi lansia miskin, rentan, dan terisolasi agar bisa hidup mandiri di masyarakat. Pelayanan yang diberikan berupa bantuan untuk pekerjaan rumah tangga, perawatan pribadi, pertemanan dan menjalankan tugas-tugas lainnya. Pemerintah Korea sendiri baru mengadopsi home care menjadi kebijakan nasional pada tahun 1989 dan kemudian dikembangkan secara nasional dengan bantuan NGO.

Penyelenggaraa home care di negara ASEAN adalah NGO yang peduli dengan lansia, baik didanai ataupun tidak oleh pemerintah. Tujuan utama home care adalah untuk membantu lansia yang rentan untuk terus bisa hidup di keluarga dan masyarakat, baik secara mandiri atau bersama dengan keluarga

Dokumen terkait