• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil

Konsumsi Ransum

Ransum yang dikonsumsi sudah dikonversikan dalam bentuk bahan kering (total bahan kering dari rumput lapangan dan konsentrat).

Tingkat konsumsi (Voluntary feed intake) adalah jumlah makanan yangn dapat dikonsumsi oleh hewan bila makanan tersebut diberikan secara ad libitum. Dari hasil penelitian diperoleh rataan konsumsi ransum kelinci seperti yang tertera pada Tabel 6.

Tabel 6 Rataan konsumsi ransum kelinci selama penelitian (g/ekor/minggu) Perlakuan Rataan ± Sd K1 380.10 ± 23.06 K2 372.96 ± 14.71 K3 377.13 ± 12.12 K4 378.24 ± 22.38 K5 378.29 ± 21.94

Dari Tabel 6 diatas terlihat bahwa tingkat konsumsi rataan yang terbesar adalah pada perlakuan K1 (10% tepung ikan + 0% tepung keong mas) yaitu sebesar 380,10 g/ekor/minggu, dan terkecil adalah pada perlakuan K2 (7,5% tepung ikan + 2,5% tepung keong mas) yaitu sebesar 372.96 g/ekor/minggu. Tabel

rataan konsumsi ransum kelinci secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 11.

Pertambahan Bobot Badan

Rataan pertambahan bobot badan kelinci selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Rataan pertambahan bobot badan kelinci selama penelitian (g/ekor/minggu) Perlakuan Rataan ± Sd K1 157.32 ± 21.92 K2 138.32 ± 15.41 K3 148.88 ± 14.42 K4 130.10 ± 17.72 K5 157.44 ± 21.25

Dari Tabel 7 di atas diketahui bahwa rataan pertambahan bobot badan yang tertinggi adalah pada perlakuan K5 yaitu sebesar 157.44 g/ekor/minggu dan yang terendah adalah pada perlakuan K4 yaitu sebesar 130.10 g/ekor/minggu. Tabel rataan pertambahan bobot badan kelinci secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 12.

Konversi Ransum

Konversi Ransum pada penelitian ini dihitung dalam bentuk bahan kering. Rataan konversi ransum selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan konversi ransum kelinci lokal selama penelitian Perlakuan Rataan ± Sd K1 3.80 ± 0.74 K2 3.46 ± 0.94 K3 3.75 ± 0.85

Sri Julferina Br Tarigan : Pemanfaatan Tepung Keong Mas Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum K4 3.74 ± 0.63

K5 3.56 ± 0.69

Dari Tabel 8 di atas rataan konversi ransum kelinci yang tertinggi adalah pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3.80 dan yang terkecil pada perlakuan K2 yaitu sebesar 3.46. Tabel rataan konversi ransum kelinci secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 13.

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemanfaatan tepung keong mas substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap setiap parameter penelitian yang diukur maka dilakukan analisis keragaman.

Konsumsi Ransum

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung keong mas substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap konsumsi ransum kelinci selama penelitian, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Analisis keragaman konsumsi ransum kelinci jantan selama penelitian (g/ekor/minggu) SK DB JK KT F hit F tabel .05 .01 Perl 4 142.923 35.73075 0.095tn 2.67 4.43 Galat 20 7513.059 375.65295 Total 24 7655.982 Keterangan: kk= 5.13% tn= tidak nyata

Berdasarkan analisis keragaman diketahui bahwa pemanfaatan tepung keong mas substitusi tepung ikan dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum meskipun dari Tabel 6 dapat dilihat adanya perbedaan angka

rataan konsumsi ransum. Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum disebabkan karena konsumsi ransum tiap kelinci tidak jauh berbeda karena umur, lingkungan dan kondisi tubuh dari kelinci yang hampir sama. Sesuai dengan pendapat dari Parakkasi (1993) yang menyatakan perbedaan konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: bobot badan, umur, dan kondisi tubuh yaitu normal atau sakit, stress yang diakibatkan oleh lingkungan dan tingkat kecernaan ransum.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini lebih rendah dari hasil penelitian Ginting (2001) yang menggunakan objek kelinci jantan lepas sapih dengan pemberian beberapa level tepung keong mas dengan rataan konsumsi 417.76 g/ekor/minggu. Perbedaan ini disebabkan karena pada penelitian Ginting tepung keong mas tidak dicampur dengan ransum, sedangkan pada penelitian ini keong mas dicampurkan ke dalam ransum sehingga memiliki kandungan nutrisi yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Anggorodi (1995) yang menyatakan konsumsi ransum dipengaruhi oleh kesehatan ternak, palatabilitas, mutu ransum dan tata cara pemberian.

Pertambahan Bobot Badan

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung keong mas substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap pertambahan bobot badan kelinci, maka dilakukan analisis keragaman seperti yang tertera pada Tabel 10.

Tabel 10. Analisis keragaman pertambahan bobot badan kelinci

SK DB JK KT F hit F tabel .05 .01 Perl 4 2973.25518 743.313795 2.22tn 2.67 4.43 Galat 20 6685.72932 334.286466

Sri Julferina Br Tarigan : Pemanfaatan Tepung Keong Mas Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum Keterangan: kk= 2.49%

tn= tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis keragaman diketahui bahwa pemanfaatan tepung keong mas substitusi tepung ikan dalam ransum berpengaruh tidak nyata terhadap pertambahan bobot badan kelinci meskipun secara biologis perlakuan K5 memberikan pertambahan bobot badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Hasil penelitian ini tidak memberikan pengaruh yang nyata, dikarenakan pertambahan bobot badan kelinci ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Sebagai faktor internalnya adalah genetik kelinci, dimana kelinci yang digunakan pada penelitian ini berasal dari bangsa yang sama. Faktor eksternalnya yaitu konsumsi ransum, penyakit, kondisi lingkungan. Dimana konsumsi ransum kelinci pada penelitian ini tidak jauh berbeda. Sesuai dengan pendapat dari Leslay (1978) yang menyatakan pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi pertambahan bobot badan adalah genetik, faktor lingkungan, dan penyakit serta interaksi faktor genetik dan lingkungan.

Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari penelitian ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertambahan bobot badan pada penelitian Ginting (2001) dimana pertambahan bobot badan yang diperoleh adalah 54.46 g/ekor/minggu. Perbedaan ini disebabkan karena kualitas ransum yang dipergunakan pada penelitian ini bagus, karena tepung keong mas dicampur dengan bahan pakan lain sehingga kandungan nutrisinya lebih lengkap. Sesuai dengan pendapat dari Yumiarty (1991) yang menyatakan Pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas ransum.

Konversi Ransum

Konversi ransum memberikan penilaian terhadap efisiensi penggunaan ransum oleh kelinci dengan adanya pertambahan bobot badan yang baik.

Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung keong mas substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap konversi ransum, maka dilakukan analisis keragaman yang tertera pada Tabel 11.

Tabel 11. Analisis keragaman konversi ransum kelinci selama penelitian SK DB JK KT F hit F tabel .05 .01 Perl 4 0.416936 0.104234 0.170tn 2.67 4.43 Galat 20 12.19324 0.609662 Total 24 12.610176 Keterangan: kk= 21.33% tn= tidak nyata

Hasil analisa keragaman pada Tabel 11 menunjukan hasil yang tidak nyata, yang berarti perlakuan K1, K2, K3, K4, dan K5 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi ransum.

Tidak adanya pengaruh yang nyata antar perlakuan terhadap konversi ransum, dapat disebabkan oleh mutu ransum yang hampir sama. Sehingga tidak ada perbedaan yang nyata dalam konsumsi ransum maupun pertambahan bobot badannya. Dari hasil penelitian Ginting (2001) diperoleh angka konversi ransum 8.37, angka konversi ransum yang cukup tinggi ini disebabkan karena konsumsi ransum tidak seimbang dengan pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Sedangkan pada penelitian ini rataan konversi ransum yang diperoleh adalah 3.66. Perbedaan ini dapat disebabkan karena mutu ransum yang diberikan pada kelinci tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1997) yang menyatakan

Sri Julferina Br Tarigan : Pemanfaatan Tepung Keong Mas Sebagai Substitusi Tepung Ikan Dalam Ransum tidaknya mutu ransum ditentukan oleh seimbang tidaknya zat gizi pada ransum itu dengan yang diperlukan oleh tubuh ternak. Ransum yang kekurangan salah satu unsur dari zat gizinya akan mengakibatkan kekurangan zat gizi yang diperlukan tubuhnya.

Dari angka konversi ransum dapat diketahui pakan mana yang lebih efisien digunakan. Tabel 8 memperlihatkan bahwa rataan konversi ransum selama penelitian adalah 3.66. Konversi tertinggi terdapat pada perlakuan K1 yaitu sebesar 3.80, dan konversi ransum terendah yaitu pada perlakuan K2 sebesar 3.46. Berarti perlakuan K1 tidak cukup efisien digunakan sebagai pakan ternak kelinci. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lestari (1992) yang menyatakan angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan ransum, yaitu angka konversi ransum semakin besar maka penggunaan ransum kurang ekonomis.

Rekapitulasi Hasil Penelitian

Untuk melihat hasil penelitian yang dilakukan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, konversi ransum kelinci jantan lepas sapih maka dilakukan rekapitulasi yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rekapitulasi hasil penelitian pemanfaatan tepung keong mas sebagai substitusi tepung ikan dalam ransum terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum kelinci

Perlakuan Konsumsi Ransum P. Bobot Badan Konversi Ransum (g/ekor/minggu) (g/ekor/minggu) K1 380.10tn 157.32tn 3.80tn K2 372.96tn 138.32tn 3.46tn K3 377.13tn 148.88tn 3.75tn K4 378.24tn 130.10tn 3.74tn K5 378.29tn 157.44tn 3.56tn Keterangan : tn= tidak nyata

Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan K1, K2, K3, K4 dan K5 memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum.

Dokumen terkait