ANALISIS FINANSIAL ALAT TANGKAP BAGAN DI DESA TATELI WERU KECAMATAN MANDOLANG KABUPATEN MINAHASA
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Nelayan Bagan
Komposisi umur
No. Kelompok
Umur (tahun) Responden
Persentase (%) 1. 30 - 45 1 20,00 2. 46 - 60 1 20,00 3. 61 ke atas 3 60,00 Jumlah 5 100,00
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Dari ke lima responden, terdapat 60% nelayan bagan yang berusia di kelompok umur 61 tahun ke atas yang lebih banyak dibandingkan kelompok usia yang lain. Hal ini dikarenakan pengalaman kerja yang lebih banyak dan yang telah mereka miliki sejak dahulu masih digunakan dalam usaha alat tangkap bagan hingga saat ini. Rentang usia ini pun dinilai telah mapan dari segi pencaharian karena semua responden sudah memiliki alat tangkap sendiri. Antusias bekerja dan tenaga yang
dimilikipun melebihi mereka yang tergolong masih muda.
Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Responden Persentase (%) 1. Tamat Sekolah Dasar 4 80,00 2. Tamat Sekolah Menengah Pertama 1 20,00 3. Tamat Sekolah Menengah Atas - -Jumlah 5 100,00
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Dari tabel tersebut, maka terlihat latar belakang pendidikan yang minim ini menjadi salah satu faktor penyebab mengapa mereka hanya hanya mampu berprofesi sebagai nelayan bagan.
Pengalaman kerja No. Pengalaman (tahun) Responden Persentase (%) 1. 1 - 5 1 20,00 2. 6 - 10 1 20,00 3. 11 - 15 ke atas 3 60,00 Jumlah 5 100,00
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Tabel tersebut mendeskripsikan bahwa sebagian besar bagan yang terdapat di lokasi penelitian telah cukup
lama dan secara tidak langsung
menjelaskan bahwa sebanyak 60% nelayan bagan di lokasi penelitian telah cukup berpengalaman dalam bidang usaha penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bagan.
Motivasi Kerja
Kelima responden tersebut
memiliki motivasi yang sama. Awal mereka menjadi nelayan bagan karena mereka melihat peluang besar untuk memanfaatkan sumberdaya ikan di laut dengan membuat alat tangkap berupa bagan. Tujuannya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.
Ukuran Keluarga
Keluarga merupakan kelompok yang paling penting dalam kesatuan masyarakat. Karena tediri dari laki-laki dan perempuan, perhubungan sedikit
banyak berlangsung lama untuk
menciptakan dan membesarkan anak. Jadi, keluarga dalam bentuk murni, merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak (Koentjaraningrat, 1994).
Ukuran anggota keluarga nelayan bagan
No. Jumlah anggota keluarga Jumlah Keluarga Persentase (%) 1. 1 - 5 3 60,00 2. 6 - 10 2 40,00 3. Lebih dari 10 - -Jumlah 5 100,00
Sumber : Data primer, Mei 2016
Sebenarnya nelayan bagan
memiliki anggota keluarga yang cukup banyak yaitu sekitar 6 sampai 10 orang bahkan bisa lebih. Akan tetapi banyak anggota keluarga dari mereka dalam hal ini anak-anak nelayan bagan, telah berkeluarga dan merantau jauh dari Desa Tateli Weru sehingga tidak lagi menjadi tanggungan kebutuhan hidup dari nelayan bagan tersebut. Itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab jumlah tanggungan.
Keadaan rumah
No. Jenis Rumah
Jumlah Responden Persentase (%) 1. Permanen 4 80,00 2. Semi permanen 1 20,00 Jumlah 5 100,00
Sumber : Data Primer, Mei 2016
Tabel tentang keadaan rumah di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden memiliki tingkat kesejahteraan hidup yang cukup baik dilihat dari keadaan rumah cukup memadai dan tergolong layak tinggal yaitu sebanyak 80%. Rumah permanen
yang dimaksudkan di sini adalah rumah yang terbuat dari dinding dan lantai beton, serta bangunan yang kokoh berdiri.
Analisis Finansial
Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan bagan terdiri dari ikan teri (Stolephorus sp) dan ikan malalugis kecil atau dalam bahasa Indonesia disebut ikan layang merah (Decapterus tabl).
Sifat dari ikan ini adalah hidup
bergerombol dan hanya ada pada musim tertentu. Jika jumlah tangkapan banyak, maka ikan akan dijual kepada kapal huhate (pole and line) ataupun kapal punae yang pada dasarnya membeli ikan dari nelayan bagan untuk keperluan sebagai umpan ikan tuna ataupun ikan besar lainnya. Sedangkan jika jumlah tangkapan hanya sedikit, maka mereka
menjualnya di pasar, lalu pasar
menjualnya ke pedagang pengumpul. Kapal huhate membeli ikan rata-rata seharga Rp.2.500.000 untuk setiap 3 ton ikan hasil tangkapan bagan. Artinya 3 ton ikan dihargai Rp.2.500.000 untuk setiap bak penampung ikan di
dalam kapal. Umumnya kapal ini
membeli ikan pada 1 bagan, untuk mengisi 2 bak penampung ikan yang mereka miliki. Dengan kata lain, setiap bagan menjual 6 ton ikan hasil panen bagan kepada 1 unit kapal huhate untuk mengisi 2 bak penampung mereka. Ketika tangkapan sedikit, maka hasil tangkapan yang dijual di pasar atau
kepada pedagang pengumpul bisa
dikenakan standar yaitu dengan harga Rp.200.000 untuk setiap 25 kilogram hasil tangkapan.
Untuk menganalisis finanasial yang terdapat pada alat tangkap bagan, maka dperlukan perhitungan jumlah
produksi dalam satu tahun. Total
produksi ikan per tahun diperoleh dengan perhitungan :
1 kapal = 2 palka ikan
1 palka = 7 ton (4 ton air dan 3 ton ikan). Artinya 1 kapal = 2 palka x 3 ton ikan
= 6 ton per kapal
1 palka dihargai Rp.2.500.000/3 ton ikan
Rata-rata 1 bagan memanen 6 ton tiap kali trip, atau setara dengan 2 palka seharga Rp.5.000.000 per panen.
Rata-rata bagan memanen 7,4 kali dalam 1 tahun.
1 tahun = 7,4 x 6 ton ikan = 44,4 ton ikan per tahun. = 44.400 kg ikan per tahun
Jadi keuntungan 1 tahun = Rp.5.000.000 x 7,4 kali panen
= Rp.37.000.000 Untuk mengetahui kalayakan dari alat tangkap bagan di Desa Tateli Weru digunakan analisis finansial.
Investasi (I) : Rp. 25.533.200
Biaya tetap (FC) : Rp. 6.843.026 Total penerimaan (TR): Rp. 37.000.000 Biaya tidak tetap (VC) : Rp. 9.369.326
Harga satuan : Rp. 2.500.000
Laba bersih : TR – VC = Rp.
37.000.000 - Rp. 9,369,326
= Rp.
27.630.674
Jadi Rp. 27.630.674 merupakan laba bersih per tahun untuk alat tangkap bagan.
Analisis Net Present Value (NPV) Untuk mencari nilai NPV, maka
harus diketahui nilai biaya dan
keuntungan dalam kurun waktu tertentu. Besarnya biaya pada awal pembuatan (tahun 0) adalah sama dengan biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama yaitu Rp. 25.533.200 atau sama dengan investasi awal. Sedangkan besarnya biaya untuk tahun-tahun selanjutnya
diasumsikan menjadi biaya yang harus dikeluarkan setiap tahunnya yaitu biaya
produksi tiap tahun mulai dari
Rp.9.369.326 yang dipastikan akan naik
setiap tahunnya. Hal ini pula berlaku pada keuntungan setiap tahun yang akan terus meningkat, sebagaimana biaya yang keluarkan.
Perhitungan nilai cost dan benefit
Tahun Cost (Rp.) Benefit (Rp.) Benefit Bersih
0 25.533.200 - 25.533.200 1 25.533.200 - 25.533.200 2 9.369.326 37.000.000 27.630.674 3 15.000.000 39.000.000 24.000.000 4 19.000.000 39.000.000 20.000.000 5 24.000.000 41.000.000 17.000.000 Jumlah 37.824.274
Nilai NPV diperoleh dari perkalian antara keuntungan bersih dikalikan dengan tingkat bunga (discount factor) sebesar 12% untuk sehingga didapat nilai NPV positif sebesar Rp. 13.134.379 pada rentang waktu 5 tahun.
Perhitungan pada tingkat bunga 12%
Tahun DF (12%) NPV PV Cost PV Benefit
0 - 25.533.200 1 0,8929 - 22.798.594 2 0,7972 22.027.173 7.261.955 29.496.400 3 0,7118 17.083.200 10.677.000 27.760.200 4 0,6355 12.710.000 12.074.500 24.784.500 5 0,5674 9.645.800 13.617.600 23.263.400 Jumlah 13.134.379 43.838.327 105.304.500
Benefit Cost Ratio (BCR) dalam hal ini merupakan merupakan hasil perbandingan antara PV Benefit dengan PV Cost.
Rumus BCR = 2,4
Ketika tingkat bunga dinaikkan menjadi 25%, maka nilai NPV berubah menjadi negatif. Dengan discount factor (DF) sebesar 25% namun tetap dalam periode waktu yang sama, nilai NPV berubah menjadi -Rp.2.225.229
Perhitungan pada tingkat bunga 25%
Tahun DF (25%) NPV PV Cost PV Benefit
0 - 25.533.200 1 0,8000 - 20.426.560 2 0,6400 17.683.631 5.829.969 23.680.000 3 0,5120 12.288.000 7.680.000 19.968.000 4 0,4096 8.192.000 7.782.400 15.974.400 5 0,3277 5.570.900 7.864.800 13.435.700 Jumlah -2.225.229 29.323.569 73.058.100
Analisis Internal Rate of Return (IRR) Rumus IRR = = = = = = 23,11%
Analisis Payback Period (PP) Payback Period =
=
= 0,9 tahun
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian usaha alat tangkap bagan di Desa Tateli Weru, Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahasa menunjukkan bahwa usaha bagan ini masih layak dilanjutkan, karena hasil yang menunjukan NPV > 0, yaitu senilai Rp. 13.134.379 dalam kurun waktu 5 tahun berdasarkan discount rate 12%, serta BCR senilai 2,4.
2. Tingkat hasil pengembalian internal (Internal Rate of Return) dari alat tangkap bagan diperoleh dengan cara
coba-coba (trial and error)
berdasarkan tingkat bunga (discount factor) pertama 12% dan tingkat bunga (discount factor) kedua 25% adalah 23,11%. Artinya tingkat hasil pengembalian internal dari tingkat
bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang
diharapkan di masa datang, atau
penerimaan kas, dengan
mengeluarkan investasi awal, maka akan mendapatkan 23,11% di masa yang akan datang.
3. Periode yang diperlukan untuk dapat
menutup kembali suatu periode
investasi adalah selama 0,9 tahun atau pada bulan ke 11 pada tahun tersebut. Sehingga dalam selang waktu tersebut, biaya investasi yang telah dikeluarkan dapat kembali dirasakan oleh nelayan bagan di Desa Tateli Weru.
Saran
1. Perawatan secara intensif perlu
dilakukan karena melihat hasil
penelitian yang menunjukkan
keadaan bagan yang banyak
kerusakan karena sering dibiarkan terapung selama menunggu musim ikan padahal keuntungan dari hasil
tangkapan menggunakan alat tangkap ini cukup menjanjikan.
2. Meskipun hasil penelitian terhadap alat tangkap bagan menunjukkan keadaan finansial yang baik, namun bila nelayan bagan di Desa Tateli Weru hanya bergantung pada mata pencaharian alat tangkap bagan ini saja, maka tidak akan mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga. Hal ini dikarenakan musim ikan yang tidak tetap, sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka perlu mencari penghasilan lain.
3. Keadaaan nelayan bagan pada
umumnya yang terlihat dari hasil penelitian sebaiknya diketahui oleh pemerintah setempat agar mendapat perhatian khusus, mengingat masih banyak nelayan bagan yang memiliki potensi untuk mendirikan usaha alat
tangkap nelayan bagan namun
terhalang oleh biaya modal yang diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Baskoro, M.S dan Suherman, A. 2007. Teknologi Penangkapan Ikan Dengan Cahaya. UNDIP. Semarang. 176 hal.
Brandt, A Von. 1984. Fish Cathing Methodes of the Word. Fao-Fishing News Books, Ltd. Famham-Surrey-England. 418 pp.
Dahuri, H.R., 2001. Paradigma Baru Pembangunan Indonesia Berbasis Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gittinger, J., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian.
Hamidi, 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Sosial dan Populer. PT. Gramedia Pustaka Jaya. Jakarta
Husnan, Suad dan Suwarsono. 2003. Studi Kelayakan Proyek. LJPP AMP
YKPN. Yogyakarta.
Husnan, S., dan Muhammad, S., 2000. Studi Kelayakan Proyek. UUP STIM YKPN. Yogyakarta.
Istijanto M.M, 2005. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016. Balai Pengembangan Bahasa.
Katiandagho, E. M. 1995. Penyuluh Perikanan. Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Koentjaraningrat, 1994. Pengantar Ilmu Antropogi. Rineke Cipta. Jakarta.
Lee, J.W. 2010.Pengaruh Periode Hari Bulan Terhadap Hasil Tangkapan dan Tingkat Pendapatan Nelayan Bagan Tancap di Kabupaten Serang. Tesis Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.
Mantjoro, 1995. Sosiologi Pedesaan Nelayan. Diktat Kuliah Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Mantjoro, E. 1980. Metodologi Penelitian. Pengantar Kuliah Metodologi Penelitian. FPIK Unsrat. Manado.
Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Pemerintah Desa Tateli Weru, 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menegah Periode 2014-2018.
Subani W dan Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Edisi Khusus Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Balai Penelitian Perikanan laut.BPPP, Dept. Pertanian. Jakarta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, Alphabet. Bandung. Undang-Undang RI Nomor 45 Tahun 2009 Tentang