• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Pembibitan

Pembibitan kelapa sawit di Kebun Teluk Bakau terletak di Divisi II, tepatnya berada pada Blok E006 dengan titik kordinat Latittude 00011’24” N, Longittude 103035’29” E, dan Altittude 28 meter. Pada saat dilaksanakannya magang penulis melakukan kegiatan pengamatan di Divisi II, sedangkan pada kegiatan lain penulis ditempatkan pada Divisi I di Kebun Teluk Bakau yang 80% arealnya sudah dilakukan peremajaan. Sistem pembibitan yang digunakan oleh Kebun Teluk Bakau adalah sistem pembibitan dua tahap (double stage). Pada pembibitan dua tahap yang dilakukan, kecambah ditanam pada plastik babybag yang mempunyai ukuran 15 cm x 22 cm, tebal 0.10 mm dengan lubang perforasi sebanyak 24 buah untuk mengatur drainase pada pembibitan awal. Babybag yang diisi menggunakan media tanah lapisan atas (top soil) yang gembur, subur, bersih dari potongan kayu serta banyak mengandung bahan organik dan diambil dari lahan yang bebas serangan penyakit terutama penyakit ganoderma. Media tanah yang berada di Kebun Teluk Bakau adalah tanah gambut saprik yang diambil dari lapisan top soil sedalam 20-30 cm dari permukaan tanah.

Persiapan Pembibitan

Persiapan areal tanam dilakukan 1 tahun sebelum kedatangan kecambah. Sedangkan persiapan media tanam dilakukan 3 bulan sebelum kedatangan kecambah. Lokasi Pembibitan di Teluk Bakau Estate mempunyai topografi yang datar, dekat dengan sumber air, drainase baik dan tidak mudah tergenang, akses jalan baik, dan aman dari gangguan ternak dan binatang liar. Hal ini dikarenakan lahan yang ada di Perkebunan Teluk Bakau Estate adalah gambut.

Menurut ARM (2004) lokasi yang baik adalah topografi relatif datar, dekat sumber air, drainase baik dan tidak mudah tergenang, akses jalan baik, dan aman

dari gangguan ternak dan binatang liar. Dengan demikian, untuk lokasi Teluk bakau Estate sudah sesuai untuk pembibitan.

Persiapan pembibitan meliputi perhitungan jumlah kebutuhan bibit, lokasi pembibitan, tahapan pembibitan, dan media tanam. Perhitungan kebutuhan kecambah untuk luas 467 ha disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Kebutuhan kecambah. Luas areal : 467 ha Pokok/ha : 180 pokok

Jumlah Pokok : 72 000 pokok

Seleksi (Afkir)

a. Sisipan (penyulaman) 4 203 bibit 5%

b. Penanaman di PN 8 406 bibit 10%

c. Penanaman di MN 16 612 bibit 20%

Sub total afkir 29 421 bibit 35%

Jumlah Pokok 84 060 pokok

Total Kebutuhan Kecambah

113 481 kecambah

Kebutuhan bibit dihitung berdasarkan jumlah pokok/ha yang diterapkan oleh Kebun Teluk Bakau, yaitu 180 pokok/ha. Sehingga total kebutuhan kecambah yang akan ditanam untuk kebutuhan luas areal 467 ha adalah 113 481 kecambah (setelah penambahan 35% dari seleksi).

Pemilihan lokasi pembibitan di Kebun Teluk Bakau berada diatas tanah gambut yang berbeda dengan perusahaan perkebunan lainnya yang ada di tanah mineral. Hal ini menyebabkan beberapa perbedaan dan permasalahan baru terhadap kegiatan teknis budidaya dan manajemen tenaga kerja yang telah penulis temukan seperti air yang digunakan adalah air gambut yang terdapat pada kanal, potensi pH air yang berada di kanal berkisar 3-4, dan perlu kegiatan langsir polybag untuk menempatkan polybag yang telah diisi tanah yang berada di jalan utama ke titik-titik areal di pembibitan utama. Menurut Pahan (2006) di lahan tanah mineral, kegiatan pengisian dan penyusunan polybag langsung dilakukan di lapangan atau areal pembibitan dengan mencampur pasir ke dalam media. Namun di lahan gambut, pengisian media tidak menggunakan campuran pasir seperti halnya tanah mineral, hal ini karena tanah gambut memiliki porositas yang tinggi sehingga media ketika disiram tidak tergenang.

Beberapa hal yang menjadi penentuan lokasi pembibitan di Kebun Teluk Bakau pada Divisi II adalah sebagai berikut :

a. Dekat dengan sumber air dan drainase baik

b. Areal memiliki topografi datar dan terletak di tengah kebun c. Dekat dengan areal untuk penanaman dan mudah dijangkau

d. Areal jauh dari sumber hama dan penyakit, tersanitasi dengan baik dan terbuka, tidak terhalangi pohon besar atau bangunan

e. Perencanaan luas bibitan disesuaikan dengan rencana penanaman

Tahapan pembibitan di Kebun Teluk Bakau menggunakan sistem dua tahap (double stage), yang terdiri dari pembibitan awal (pre-nursery) selama kurang lebih 3 bulan pada polybag berukuran kecil dan kemudian dipindahkan ke pembibitan utama (main-nursery) dengan polybag berukuran lebih besar. Keuntungan menggunakan sistem dua tahap adalah sebagai berikut:

b. Tersedianya waktu untuk mempersiapkan pembibitan utama

c. Kualitas bibit lebih terjamin, karena proses seleksi lebih mudah dan teliti di setiap tahapnya

d. Seleksi yang ketat dapat mengurangi pemakaian tanah dan polybag berukuran besar.

Media tanam yang digunakan di Kebun Teluk Bakau adalah tanah yang berkualitas baik, yaitu tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 20-30 cm. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, gembur, serta bebas dari kontaminan (hama, penyakit, dan bahan kimia). Pengisian tanah ke babybag dilakukan setengah babybag terlebih dahulu dan kemudian dipadatkan, kemudian kembali diisi hingga penuh. Hal ini dilakukan karena gambut mempunyai sifat kering tidak berbalik (irreversible drying). Setiap polybag diberi pupuk RP (Rock Phospat) sebanyak 5 gramper babybag.

Pembibitan Awal (Pre-Nursery) Persiapan dan Penanaman Kecambah

Bedengan. Bedengan dibuat pada areal yang telah diratakan dengan ukuran lebar 1.2 m dan panjang 33 m untuk setiap bedengan. Tepi bedengan dilengkapi dengan papan atau kayu setinggi kurang lebih 10 cm agar babybag dapat disusun dengan tegak. Jarak antara bedengan adalah 80 cm berfungsi sebagai jalan pemeliharaan, pengawasan, dan pembuangan air yang berlebihan saat penyiraman atau waktu hujan. Bedengan ukuran 1.2 m x 33 m dapat memuat 5 376-5 418 bibit. Bagian dasar bedengan dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah untuk memperlancar drainase.

Naungan. Naungan di pembibitan awal berfungsi untuk mencegah sinar matahari secara langsung. Selain itu, naungan juga berfungsi untuk menghindari terbongkarnya tanah di babybag akibat terpaan air hujan. Pengaturan naungan di pembibitan awal disajikan pada (Tabel 1). Naungan dibuat dengan ukuran lebar 2 m dan panjang 35 m. Kontruksi naungan dibuat dari kayu bulat sebagai tiang dan atap. Paranet yang digunakan adalah paranet 70% (intensitas cahaya yang masuk 30% dan yang keluar 70%).

Penanaman Kecambah. Kecambah kelapa sawit yang telah diterima diusahakan segera ditanam pada polibeg yang telah disediakan. Keterlambatan penanaman akan mengakibatkan kerusakan atau kelainan pada kecambah tersebut, antara lain :

a. Bakal akar dan daun akan menjadi panjang sehingga mempersulit penanaman

b. Bakal akar dan daun akan mudah patah

c. Kecambah akan mengalami kerusakan karena terserang jamur d. Kecambah akan menjadi mati/kering karena kekerungan air

Kecambah yang ditanam adalah kecambah yang telah dapat dibedakan antara bakal daun (plumula) dan bakal akar (radikula). Plumula ditandai dengan bentuknya yang agak menajam dan berwarna kuning muda, sedangkan radikula berbentuk agak tumpul dan berwarna kecoklatan. Pada waktu penanaman harus diperhatikan posisi dan arah kecambah, plumula manghadap ke atas dan radikula menghadap ke bawah. Kecambah yang belum jelas bakal akar dan daunnya

dikembalikan kedalam kantong plastik dan disimpan dalam kondisi lembab selama beberapa hari untuk bisa ditanam.

Pemeliharaan Pembibitan Awal

Penyiraman. Penyiraman dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan secara hati-hati agar kecambah tidak terbongkar

atau akar-akar bibit muda muncul ke permukaan. Setiap bibit memerlukan 0.1–0.2 liter air pada setiap kali penyiraman. Apabila curah hujan >8 mm per hari

maka tidak perlu dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan dengan mesin pompa air yang kemudian dialirkan ke selang sumisansui 1 inchi. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 1 ha/HK selama 7 jam.

Pengendalian gulma. Pengendalian gulma yang tumbuh di kantong babybag perlu disiang secara manual dengan rotasi 1 minggu sekali. Pelaksanaan penyiangan biasanya diiringi dengan penambahan tanah pada babybag. Penyiangan juga ditunjukan untuk mencegah pengerasan permukaan tanah. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.

Pemupukan. Pemupukan menggunakan urea dengan konsentrasi 0.2% atau 2 gram/liter air. Pemupukan dilakukan secara folair application (melalui daun) menggunakan sprayer. Setiap liter larutan cukup untuk 1000 bibit. Frekuensi pemberian pupuk seminggu sekali. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.

Pengendalian hama dan penyakit. Hama yang umum menggangu bibit pre-nursery adalah semut, jangkrik, belalang, tikus, dan Apogonia sp. Sedangkan penyakit yang umum adalah Helminthosphorium sp, Antrchnosa, dan Blast. Penggunaan bahan kimia dalam pengendalian harus ekstra hati-hati karena bibit muda masih sangat peka. Cara pengaplikasian untuk hama menggunakan chypermethrin dengan konsentrasi 0.2% atau 2 cc/liter air yang kemudian disemprot ke atas babybag. Rotasi penyemprotan dilakukan 2 minggu sekali ketika serangan hama sudah terlihat. Untuk penyakit, biasanya diberikan metil tiofanat dengan rotasi penyemprotan seminggu sekali ketika serangan penyakit sudah terlihat. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 1 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK.

Seleksi bibit. Seleksi bertujuan untuk menghindari terangkutnya bibit abnormal ke tahap pembibitan selanjutnya. Bibit abnormal dapat disebabkan oleh faktor genetis, kesalahan kultur teknis atau serangan hama dan penyakit. Seleksi dilaksanakan saat pindah tanam. Tanaman normal pada umur 2.5 bulan, biasanya telah memiliki 3-4 helai daun dan telah sempurna bentuknya. Beberapa bentuk bibit abnormal yang harus dibuang/disingkirkan pada saat pelaksanaan seleksi, yaitu :

a. Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow-leaves) b. Bibit yang pertumbuhannya terputar (twisted)

c. Bibit yang tumbuh kerdil (dwarfish)

d. Bibit yang anak daunnya bergulung (rolled leaves) e. Bibit yang anak daunnya kusut (crinkled)

f. Bibit yang ujung daunnya membulat seperti mangkuk (collante) g. Bibit yang terserang penyakit tajuk (crown disesase)

Bibit abnormal yang telah terseleksi kemudian dimusnahkan dengan cara dicincang dan kemudian ditimbun kedalam tanah. Tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 2 orang dengan prestasi kerja 10 000 babybag/HK selama 7 jam.

Transportasi bibit. Pemindahan dan pengangkutan bibit dari pembibitan awal dilakukan pada saat bibit berumur 2.5-3 bulan dengan jumlah daun 3-4 daun. Bila areal pembibitan awal berdekatan dengan pembibitan utama maka bibit yang

akan ditanam dapat diangkut menggunakan kotak kayu dengan ukuran 70 cm x 50 cm x 20 cm yang diangkut dengan angkong, sedangkan pembibitan

awal yang berjauhan dengan pembibitan utama maka bibit yang akan ditanam dapat diangkut menggunakan bargas.

Pembibitan Utama (Main-Nursery) Persiapan dan Penanaman Bibit

Persiapan dan pengolahan tanah. Persiapan dan pengolahan tanah dilakukan dengan meratakan areal menggunakan alat berat berupa excavator. Tanah dikikis setebal kurang lebih 10 cm dari permukaan tanah. Tanah hasil kikisan dapat digunakan sebagai media tanam. Prosedur pembukaan areal pembibitan sama seperti prosedur pembukaan areal untuk pertanaman kelapa sawit.

Kebutuhan air. Faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan pembibitan adalah kemampuan menyediakan air untuk bibit dalam jumlah yang cukup dengan jaringan irigasi yang baik. Kebutuhan air di pembibitan bertambah sejalan dengan pertambahan umur bibit. Pada pembibitan utama, bibit akan tumbuh secara normal bila kebutuhan airnya terpenuhi, yaitu sebesar 2 liter/polybag. Volume air yang diberikan dengan sistem sprinkler di pembibitan utama harus memenuhi kebutuhan tersebut. Sistem penyiraman dengan sprinkler dianjurkan pada areal dengan ketersediaan sumber air yang cukup.

Pemasangan pipa untuk penyiraman sistem sprinkler. Penyiraman dengan sprinkler memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari sistem sprinkler adalah distribusi air yang lebih merata pada setiap bibit dan biaya operasional penyiraman lebih murah. Sedangkan kekurangannya dilihat dari mahalnya biaya investasi, kebutuhan air yang lebih banyak dan memungkinkan terjadinya penggenangan di areal pembibitan bila sistem drainasenya kurang berfungsi. Sistem penyiraman sprinkler terdiri dari beberapa komponen utama, meliputi jaringan pipa (pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi), nodzle sprinkler dan pompa air. Pada setiap pipa distribusi berisi 9 sprinkler. Jarak antara sprinkler satu dengan yang lainnya adalah 9 m. Areal pembibitan dibagi menurut pipa utama. Setiap pipa utama mencakup luasan 10 ha pembibitan. Setiap areal pipa utama dibagi dua, kiri dan kanan (A dan B). pembagian areal ditujukan untuk mengatur jadwal penyiraman.

Pemancangan. Pemancangan dilaksanakan bila pembuatan jaringan pipa penyiraman telah selesai. Pola tanam yang digunakan adalah pola tanam segi tiga sama sisi dengan jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm dengan jarak antar barisan

di pembibitan adalah 80 cm. Jumlah bibit dalam 1 blok (1 ha) dapat mencakup 12 500 bibit.

Pengisian tanah ke polybag. Tanah yang digunakan untuk pengisian polybag adalah tanah yang berada di permukaan tanah (top soil). Pengisian tanah dilakukan sampai 3 cm dari permukaan polybag. Rata-rata bobot tanah untuk setiap polybag 20 kg. Setelah pengisian, media perlu disiram setiap hari selama 7-10 hari sebelum penanaman. Tanah yang berasal dari lokasi dengan tingkat kesuburan yang baik akan sangat membantu pertumbuhan vegetatif bibit.

Pembuatan lubang pada polybag. Untuk mempercepat dan mempermudah pembuatan lubang pada media tanam di polybag perlu dibantu dengan alat khusus seperti bor tanah yang terbuat dari pipa paralon ¾ inchi. Kedalaman lubang disesuaikan dengan ukuran polybag kecil. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat persiapan transplanting adalah media tanam pada polybag perlu disiram air sampai jenuh sehari sebelumnya untuk mempermudah pembuatan lubang. Pembuatan lubang dengan alat tanam diusahakan pada bagian tengah permukaan tanah polybag agar petumbuhan akar tanaman merata, pada setiap lubang diberi pupuk NPKMg 15-15-6-4 sebanyak 50 gram.

Penanaman bibit (transplanting). Pengaturan tata letak bibit di pembibitan utama disesuaikan dengan tata letak di pembibitan awal yaitu dengan memperhatikan kode benih, asal, dan grub pertumbuhan. Kelancaran penanaman bibit ke main-nursery bergantung pada kecepatan membuat lubang tanaman di pembibitan utama, kecepatan mengangkut bibit dari pembibitan awal ke pembibitan utama dan kecepatan serta keterampilan menanam bibit tersebut. Bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam setelah kantong polybag kecil dibuang. Tanah disekeliling lubang ditekan padat merata, selanjutnya dilakukan penambahan tanah hingga sebatas leher akar. Bagian atas dari polybag setinggi 2-3 cm dibiarkan kosong sebagai tempat meletakkan pupuk, air ataupun mulsa pada saat diperlukan.

Pemeliharaan Pembibitan Utama

Penyiraman. Kebutuhan air di pembibitan utama adalah 2 literper polybag. Volume air tersebut dihitung dengan dasar curah hujan 12.5 mm per hari equivalaen 125 m3 air/ha areal. Bibit disiram dua kali sehari, pada pagi hari dan sore hari. Penyiraman tidak dilakukan bila curah hujan > 8 mm.

Pemberian mulsa. Pemberian mulsa dilakukan untuk mengurangi penguapan air maupun pupuk. Mulsa diberikan dalam bentuk sisa tandan tanaman sawit. Mulsa diletakkan disekeliling bibit dalam kantong setelah bibit berumur 2 bulan dengan ketebalan 1-2 cm.

Pemupukan. Pemupukan bibit kelapa sawit dilakukan menggunakan pupuk majemuk NPKMg. Penambahan unsur lain dilakukan jika terdapat gejala defisiensi. Jenis pupuk yang dipakai adalah jenis pupuk majemuk NPKMg 15-15-6-4 sampai umur lebih kurang 5 bulan dan selanjutnya dipakai pupuk majemuk NPKMg 12-12-17-2.

Hama dan penyakit. Beberapa hama yang umum dijumpai di pembibitan utama adalah kumbang tanduk, kumbang malam (Apogonia sp), belalang, ulat api, dan tikus. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan Cypermetrin 1% (150 g bahan aktif/liter) ke tanaman dengan interval 2 minggu sekali hingga hamanya menghilang. Pengendalian tikus dapat dilakukan dengan menggunakan

racun tikus. Penyakit yang umum dijumpai di pembibitan utama adalah penyakit daun Antracnose dan Culvularia. Bibit yang terserang Anthracnose memiliki gejala daun yang mongering mulai dari ujung hingga tepi-tepinya. Pengendalian Anthracnose dilakukan dengan fungisida. Rotasi penyemprotan 2 minggu sekali. Gejala penyakit Culvularia ialah bintik-bintik kuning di tengah daun. Bintik-bintik ini kemudian meluas dan warnaya berubah menjadi coklat. Bila dijumpai bibit dengan gejala tersebut, maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan memotong daun yang terserang dan membakarnya. Bila ditemukan gejala serangan yang lebih parah maka bibit tersebut harus disingkirkan dari pembibitan utama secepatnya dan kemudian dibakar.

Seleksi bibit. Perbedaan pertumbuhan bibit di pembibitan utama dapat disebabkan oleh faktor genetis dan perbedaan kultur teknis yang diterima masing-masing bibit. Kegiatan seleksi diharapkan hanya pada tanaman abnormal yang disebabkan oleh pengaruh faktor genetis, sehingga diusahakan tidak terdapat kesalahan kultur teknis yang dapat menyebabkan timbulnya tanaman abnormal. Seleksi di pembibitan utama dilaksanakan secara bertahap karena munculnya gejala sejalan dengan bertambahnya umur bibit. Seleksi dilaksanakan pada saat bibit berumur 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dilakukan seleksi saat ditemui bibit abnormal di luar waktu yang telah ditetapkan.

Beberapa faktor yang dapat memperbesar persentase bibit abnormal adalah: a. Kesalahan menanam pada saat pindah tanam dari pembibitan awal ke

pembibitan utama. Bila bibit ditanam terlalu dangkal maka pertumbuhan tanaman akan menggantung dan mudah rebah

b. Penyiraman kurang merata, terlalu deras atau tidak cukup penyiraman pada masing-masing tanaman. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan yang heterogen pada hamparan pembibitan yang sama.

c. Kesalahan dalam pemberian pupuk, herbisida, atau pemakaian obat-obatan. Tindakan ini dapat mengakibatkan daun terbakar

d. Penempatan jarak tanam yang terlalu rapat sehingga terjadi persaingan dalam memperoleh sinar matahari. Jarak tanam yang dianjurkan adalah segitiga sama sisi 90 x 90 x 90 cm.

e. Pemindahan bibit dari pembibitan awal terlalu cepat akan menimbulkan

scorching” sedangkan pemindahan bibit yang terlambat akan menimbulkan

pertumbuhan yang meninggi (etiolasi).

Persiapan bibit untuk penanaman di replanting. Bibit yang berumur 10-12 bulan telah siap untuk dipindahkan ke lapangan. Lebih kurang 15-20 hari sebelum diangkut dilakukan pemutusan akar-akar bibit yang telah menembus polybag. Untuk menjaga kondisi bibit agar tetap baik perlu dilakukan penyiraman yang intensif setelah proses pemutusan akar. Sebelum bibit diangkut ke bargas sebaiknya disiram dengan air untuk menghindari kekeringan jika beberapa hari setelah tanam tidak turun hujan. Dalam persiapan ini harus diperhatikan teknik pengangkutan bibit. Bibit diangkut tegak lurus dengan memegang bagian bawah polybag, bukan bagian daun ataupun batang.

Daya Tumbuh Kecambah Marihat S-MB

Faktor utama dalam penentuan produksi/ha adalah jenis tanah dan bibit yang berkualitas. Sehingga benih kecambah harus diperoleh dari produsen yang telah mendapat sertifikasi. Kecambah yang ditanam oleh Kebun Teluk Bakau adalah kecambah kelapa sawit unggul yang di rekomendasikan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) varietas D x P jenis Marihat SM-B. Menurut Pahan (2006) pertumbuhan dan vigor bibit sangat ditentukan oleh kecambah yang ditanam, morfologi kecambah, dan cara penanamannya. Daya tumbuh kecambah jenis Marihat SM-B pada pengamatan 3 MST disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Daya tumbuh kecambah jenis Marihat SM-B di pre-nursery Blok Total kecambah

(butir) Kecambah Mati (butir) Kecambah Hidup (butir) Daya Tumbuh (%) 1A 5 516 236 5 280 95.7 2A 5 390 201 5 189 96.2 3A 5 418 189 5 229 96.5 4A 5 418 176 5 242 96.7 5A 5 418 105 5 313 98.1 6A 5 376 261 5 115 95.1 7A 5 390 305 5 085 94.3 8A 5 376 214 5 162 96.1 9A 7 518 439 7 079 94.1 Rata-rata 95.9

Sumber: Pengamatan di lapangan. 2014

Dari data Tabel 5, diketahui bahwa daya tumbuh kecambah Marihat SM-B pada pengamatan 3 MST sangat tinggi yaitu sekitar 95.9%. Hal ini membuktikan bahwa kecambah jenis Marihat SM-B merupakan kecambah yang memiliki daya tumbuh yang sangat baik dan cocok sebagai bahan tanam. Jika dibandingkan dengan asumsi kebutuhan bibit saat kehilangan yang berjumlah 10%, maka jenis Marihat SM-B termaksud kedalam rekomendasi untuk bibit di pembibitan Kebun Teluk Bakau.

Persentase Bibit Abnormal di Pre Nursery

Faktor penyebab bibit kelapa sawit menjadi abnormal adalah karena adanya sifat genetis dari induknya (keturunan), perlakuan atau lingkungan (accidental) seperti salah tanam/terbalik, penananam terlalu dalam/dangkal, tanah terlalu padat, kurang pupuk, dan salah perawatan (Risza 2010). Pada saat proses seleksi di Kebun Teluk Bakau, penulis menemukan persentase bibit abnormal di pembibitan Kebun Teluk Bakau sebesar 5.9% (3 022 bibit) dari 50 820 bibit yang ditanam. Bibit abnormal yang ditemukan penulis saat proses seleksi adalah Greas leaf, Twister, Drawfish, Rolled leaf, Crinkled leaf, Collante leaf, dan Chimera. Di Kebun Teluk Bakau, persentase bibit abnormal selama 11 MST disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Persentase Bibit Abnormal Marihat SM-B Kelapa Sawit di pre-nursery. No Bedeng Jumlah bibit

(batang)

Jumlah bibit abnormal (batang) Persentase (%)

1 1 A 5 516 324 5.87 2 2 A 5 390 449 8.33 3 3 A 5 418 275 5.07 4 4 A 5 418 315 5.81 5 5 A 5 418 381 7.03 6 6 A 5 376 322 5.98 7 7 A 5 390 328 6.08 8 8 A 5 376 310 5.76 9 9 A 7 518 318 4.22 Rata-rata 335.7 5.9

Sumber: Pengamatan di lapangan.2014

Pertumbuhan Tinggi Bibit Marihat SM-B di Pembibitan Awal

Di Kebun Teluk Bakau kegiatan penanaman kecambah kelapa sawit dilakukan sehari setelah bibit sampai di kebun. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada kecambah seperti patahnya radikula dan plumula dikarenakan human eror. Pertumbuhan tinggi bibit kelapa sawit Marihat SM-B di pembibitan awal disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Pertumbuhan tinggi Bibit Marihat SM-B Kelapa Sawit di pre-nursery.

Umur (MST) Tinggi (cm) Tinggi (cm)

Pembanding* Rata-rata Stdev 1 - - - 2 1.5 0.4 1.9 3 3.7 0.7 4.1 4 5.8 1.1 5.9 5 8.6 1.2 8.2 6 10.9 1.5 9.6 7 13.4 1.9 11.4 8 16.2 2.6 13.1 9 18.9 2.7 14.0 10 20.9 2.5 16.2

Sumber: Pengamatan di lapangan. 2014 * Rosa. 2012

Menurut pengamatan Rosa (2012) untuk varietas Socfindo, terdapat perbedaan tinggi tanaman pada umur 6 MST hingga 10 MST untuk varietas SM-B di Kebun Teluk Bakau. PPKS (2000) menyatakan bahwa variasi pertumbuhan bibit dalam kelompok dapat terjadi karena variabilitas genetik, aplikasi pupuk yang tidak merata, penyiraman yang buruk serta variabilitas tanah.

Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) jaringan penyimpan makanan pada tanaman kelapa sawit disebut dengan endosperm. Endosperm pada kelapa sawit tidak pernah keluar dari cangkang, melainkan diserap oleh haustorium sebagai sumber energi untuk pertumbuhan perkecambahan. Pada saat 1 MST telah muncul akar, namun sumber makanan yang digunakan hanya berasal dari cadangan makanan sehingga pasokan energi benar-benar tercukupi hingga

minggu ke-4 untuk pemanjangan plumula dan radikula. Setelah minggu ke-5 bibit kelapa sawit mulai mengambil unsur hara dan mineral dari tanah sehingga pertumbuhan menjadi stabil. Terlihat bahwa pertumbuhan bibit kelapa sawit mengalami kenaikan tertinggi pada minggu ke-4 menuju ke-5 yaitu 5.8 cm menjadi 8.6 cm kemudian mengalami kenaikan yang stabil pada minggu ke-6 dan

Dokumen terkait