• Tidak ada hasil yang ditemukan

JAWA BARAT

2. Hasil Estimasi Model

Hasil estimasi parameter model pengaruh ketimpangan distribusi pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat adalah ditunjukkan pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Hasil Estimasi Parameter Model Pengaruh Ketimpangan Distribusi Pendapatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LPP -5.750721 1.123413 -5.118973 0.0144* ILN(-1) -0.864896 1.571486 -0.550368 0.6204 IDN(-1) 10.96609 2.324458 4.717697 0.0180* GE 0.600155 0.106510 5.634712 0.0111* RG 0.025111 0.010114 2.482669 0.0891* DOT 0.892442 0.201908 4.420031 0.0215* DK -0.103453 0.074907 -1.381080 0.0261* C -83.22204 20.02101 -4.156736 0.0253* R-squared 0.963138 Adjusted R-squared 0.877126 S.E. of regression 0.034562 Sum squared resid 0.003584 Log likelihood 28.55265 Durbin-Watson stat 2.444072

Mean dependent var 19.01364 S.D. dependent var 0.098599 Akaike info criterion 3.736845 Schwarz criterion 3.447466 F-statistic 11.19777 Prob(F-statistic) 0.036363

Keterangan : * nyata pada taraf 10%

Berdasarkan hasil pendugaan dari Tabel 5.5 diatas maka, model persamaan memiliki koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0.9631 artinya bahwa variasi variabel endogennya (Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat) dapat dijelaskan secara linear oleh variabel bebasnya di dalam persamaan sebesar 96.31 persen, dan sisanya sebesar 3.69 persen dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar persamaan.

Dari hasil uji-F didapatkan bahwa variabel-variabel eksogen mampu menerangkan variabel endogen yang ditunjukkan oleh nilai P-value = 0.036363 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu sebesar sepuluh persen (α = 10%). Nilai ini menandakan bahwa persamaan diatas telah mendukung keabsahan model.

Dari uji-t menunjukkan ada enam variabel eksogen yang berpengaruh nyata/signifikan terhadap variabel endogennya, pada taraf nyata sepuluh persen. Variabel-variabel tersebut adalah laju pertumbuhan penduduk, investasi dalam negeri periode sebelumnya, pengeluaran pemerintah, ketimpangan distribusi pendapatan, dummy otonomi daerah dan dummy krisis ekonomi, sedangkan variabel lainnya yakni investasi luar negeri periode sebelumnya tidak signifikan mempengaruhi variabel tak bebasnya (pertumbuhan ekonomi Jawa Barat) pada taraf nyata sepuluh persen (α = 10%).

Dari hasil estimasi berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat berpengaruh negatif yang signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien sebesar -5.75 Artinya, jika laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat meningkat sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat akan turun sebesar sebesar 5.75 persen, dan sebaliknya, jika laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat turun sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat akan naik sebesar sebesar 5.75 persen, asumsi cateris paribus. Temuan ini sesuai dengan hipotesis dimana dengan peningkatan jumlah penduduk akan memperkecil pendapatan perkapita, dengan tanpa dibarengngi dengan SDM yang berdaya saing peningkatan laju

pertumbuhan penduduk akan membawa masalah baru yakni masalah ketenagakerjaan. Pertumbuhan penduduk tidak diimbangi dengan tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai akan meningkatkan pengangguran yang menjadi penghambat pembangunan.

Investasi luar negeri periode sebelumnya berpengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Modal dalam negeri yang tidak mencukupi dalam mencapai target pembangunan sehingga keberadan aliran dana dari luar negeri ke Jawa Barat sangat diharapkan keberadaannya dimana dalam hal ini adalah dalam bentuk investasi. Namun dari temuan ini bahwa aliran dana tersebut tidak signifikan dan tidak sesuai dengan teori ekonomi yang ada dimana investasi sebagai modal pembangunan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat disebabkan oleh investasi luar negeri yang kerapkali dibarengngi mesin-mesin yang tidak efektif untuk diterapkan dan sumber daya yang kurang memadai dalam menyerap aliran teknologi dari luar negeri. Fenomena ini juga dapat disebabkan oleh investasi luar negeri yang ditujukan pada sektor yang kurang efisien (non riil).

Investasi dalam negeri periode sebelumnya berpengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien sebesar 10.97. Artinya adalah jika investasi dalam negeri periode sebelumnya meningkat sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat naik sebesar 10.97 persen, dan sebaliknya jika investasi dalam negeri periode sebelumnya menurun sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat turun sebesar 10.97 persen. Temuan ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa investasi

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu variabel yang meningkatkan output yang mana hal ini ditunjukkan oleh pendekatan pengeluaran dimana output sebagai jumlah dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan net eksport. Peningkatan investasi dengan asumsi cateris paribus akan meningktakan output. Peningkatan output ini menunjukkan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Pengeluaran pemerintah Jawa Barat berpengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien sebesar 0.60. Artinya adalah jika pengeluaran pemerintah Jawa Barat meningkat sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat naik sebesar 0.60 persen, dan sebaliknya jika pengeluaran pemerintah Jawa Barat menurun sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat turun sebesar 0.60 persen. Pengeluaran pemerintah yang ditujukan pada pengeluaran produktif yakni pengeluaran yang ditujukan pada pengeluaran yang memberikan keuntungan ekonomi seperti pembangunan dan atau perbaikan infrastruktur akan meningkatkan produktifitas dan mendorong investor untuk menanamkan modalnya. Peningkatan investasi sebagai modal pembangunan pada akhirnya akan meningkatkan output/ pertumbuhan ekonomi.

Ketimpangan distribusi pendapatan penduduk Jawa Barat berpengaruh positif yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dengan koefisien sebesar 0.02. Artinya adalah jika ketimpangan distribusi pendapatan penduduk Jawa Barat meningkat sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat naik sebesar 0.02 persen, dan sebaliknya jika ketimpangan

distribusi pendapatan penduduk Jawa Barat menurun sebesar satu persen maka laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat turun sebesar 0.02 persen, asumsi cateris paribus. Temuan ini menunjukkan adanya trade-off antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan di Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan teori Kuznets dan Kaldor yang menyatakan bahwa ketidakmerataan distribusi pendapatan merupakan kondisi yang diperlukan bagi tercapainya peningkatan ekonomi. Ini berarti bahwa semakin tidak meratanya distribusi pendapatan suatu negara, semakin tinggi pula laju pertumbuhan ekonominya karena orang-orang kaya memiliki rasio tabungan yang lebih tinggi dari pada orang-orang miskin sehingga akan meningkatkan aggregate saving rate yang diikuti oleh peningkatan investasi sebagai modal pembangunan yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan otonomi daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa barat, artinya adalah setelah diterapkannya otonomi daerah maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Temuan empiris ini sesuai dengan tujuan otonomi daerah itu sendiri yakni perwujudan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab. Pada hakekatnya penerapan prinsip ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan pada pusat bagi pelaksanaan pembangunan daerah. Otonomi Daerah menurut UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, tiap daerah diberi kebebasan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan otonomi daerah kebijakan yang sentralis

digantikan dengan kebijakan yang desentralis tetapi dalam pengawasan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini suatu daerah dapat menentukan arah pertumbuhan ekonominya yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Artinya adalah krisis ekonomi menurunkan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan makroekonomi dan politik pada masa krisis berdampak pada terhambatnya pembangunan ekonomi Jawa Barat. Ketidakstabilan makroekonomi maupun politik ini akan meningkatkan resiko dan penilaian pasar yang semakin sulit dan melesukan investasi sebagai modal pembangunan. Kepercayaan investor baik dalam maupun luar negeri semakin rendah sehingga mengalihkan atau bahkan mencabut modalnya sehingga akan mengurangi produksi (Agregat Supply) dan meningkatkan harga, asumsi cateris paribus. Meningkatnya harga akan mengurangi daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Dokumen terkait