• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil analisis tanah yang digunakan dalam percobaan menurut kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983) menunjukan bahwa pH media (H2O) 4.0 (sangat rendah/masam); P2O5 10.0 - 13.2 ppm

(rendah); K2O 38.2 - 39.1 ppm (sedang); KTK 10.17 - 10.89 me/100 g (rendah),

kejenuhan basa 19 - 21 % (sangat rendah sampai rendah); dan kandungan Aldd 3.43 - 3.80 me/100 gram (Lampiran 2). Dengan sifat kimia seperti diuraikan di atas, kondisi tanah yang digunakan termasuk kategori tanah miskin dengan kandungan Al yang cukup tinggi. Kondisi tersebut sering ditemui pada lahan kering yang banyak tersebar di Indonesia.

Hasil pengukuran intensitas cahaya di dalam dan di luar rumah plastik disajikan pada Tabel 1. Pada kondisi tanpa naungan, intensitas cahaya yang masuk ke dalam rumah plastik hanya mencapai 175.7 Watt/m2 sampai 653.0 Watt/m2 atau sekitar 60 sampai 72 % dibandingkan dengan intensitas cahaya di luar rumah plastik, sedangkan pada tingkat naungan 50% intensitas cahaya yang masuk hanya 17 sampai 41 % dibandingkan dengan intensitas cahaya yang masuk di dalam rumah plastik.

Dari 15 genotipe yang digunakan terdapat 3 genotipe yang tidak dapat tumbuh karena daya kecambah benih yang sangat rendah. Ketiga genotipe tersebut adalah : B7291D-5M -12, S360F-PN-201 dan Dodokan.

Tabel 1 Intensitas cahaya matahari di dalam rumah plastik

Naungan Waktu Pengamatan

09.00 12.00 15.00

………..(Watt/m2) ………

0% 649.8 653.0 175.7 25% 301.2 (46.4) 414.8 (63.5) 114.7 (65.3) 50% 110.6 (17.0) 247.1 (37.8) 72.3 (41.1) Keterangan : angka dalam kurung merupakan persentase terhadap naungan 0%

Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan cekaman dan genotipe berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati dan sedangkan interaksi antara cekaman dan genotipe berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, jumlah anakan dan jumlah anakan produktif (Tabel 2).

Tabel 2 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh naungan, genotipe dan interaksinya terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil

Peubah Naungan (N) Genotipe (G) Interaksi N x G

KT F-hit KT F-hit KT F-hit Tinggi Tanaman 668.1 19.1** 443.7 12.6** 43.42 1.2 Jumlah Daun 19.3 0.0 339.7 57.2** 21.63 3.6** Jumlah Anakan 4.9 0.0 35.8 55.8** 0.99 1.6* Jumlah Anakan Produktif 14.6 0.0 23.4 51.6** 0.77 1.7* Bobot Gabah Total 111.5 46.3** 156.0 34.5** 4.52 1.0 Bobot Gabah Isi 46.9 18.9** 91.3 34.9** 2.04 0.8 Jumlah Gabah Isi 8731.6 127.2** 32418.6 41.5** 708.43 0.8 Persentase Gabah Isi 274.5 10.3** 840.0 14.1** 31.91 0.5

Keterangan : KT= Kuadrat Tengah; * = nyata pada taraf 5%; ** = nyata pada taraf 1%;

Tinggi Tanaman.

Pada kondisi cekaman ganda (pH rendah dan Al sedang), peningkatan intensitas naungan meningkatkan tinggi tanaman (Tabel 3). Hal ini terjadi pada semua genotipe kecuali pada Way Rarem yang menurun pada naungan 50% dan IRAT yang turun pada naungan 25%.

Tabel 3 Rata-rata tinggi tanaman genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

Rata-rata 0 25 50 B 149F-MR-7 99.53 100.53(101) 109.13(110) 103.07 f B-850 E3-TB 116.17 119.93(103) 119.07(102) 118.39 bc Danau Tempe 105.93 110.07(104) 112.23(106) 109.41 de C-22 102.03 114.43(112) 112.03(110) 109.50 de Jatiluhur 112.97 122.63(109) 127.47(113) 121.02 b TB 165E-TB-6 101.03 101.17(100) 115.47(114) 105.89 ef Way Rarem 114.07 116.20(102) 110.07(96) 113.44 cd Limboto 107.60 119.30(111) 124.83(116) 117.24 bc Gajah Mungkur 103.80 109.73(106) 114.67(110) 109.40 de IRAT 119.70 116.30(97) 122.40(102) 119.47 bc Krowal 103.60 112.10(108) 113.17(109) 109.62 de Grogol 121.93 128.53(105) 130.40(107) 126.96 a Rata-rata 109.03 c 114.24 b 117.58 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, pada kolom yang sama atau pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada

taraf 5%

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Pada tingkat naungan 50 % tinggi tanaman meningkat hampir mencapai 7.5 % jika dibandingkan dengan tanpa naungan. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Sing (2005) dan Sopandie et al. (2003) yang meneliti pengaruh cekaman intensitas cahaya rendah pada berbagai tahap pertumbuhan. Peningkatan tinggi tanaman ini berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk mendapatkan cahaya yang lebih banyak dengan cara memperpanjang ukuran sel (Taiz dan Zieger, 2002). Pada cekaman cahaya rendah akan menyebabkan peningkatan tinggi tanaman (Sing, 2005).

Jumlah Daun

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan memberi pengaruh yang berbeda pada genotipe yang diuji (Tabel 4). Pada genotipe yang toleran naungan, hanya genotipe B 149F-MR-7 dan TB 165E-TB-6 memperlihatkan jumlah daun yang semakin berkurang dengan peningkatan intensitas naungan, sedangkan genotipe Jatiluhur, Danau Tempe dan B-850 E3- TB jumlah daunnya justru bertambah. Pada genotipe yang peka naungan (Way

Rarem dan Limboto) lain jumlah daunnya bertambah sampai intensitas naungan 25% dan berkurang lagi pada intensitas naungan 50. Pada genotipe toleran kering (Gajah Mungkur dan IRAT), peningkatan intensitas naungan menurunkan jumlah daun (IRAT) sedangkan Gajah Mungkur jumlah daunnya tetap.

Tabel 4 Rata-rata jumlah daun genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

0 25 50

B 149F-MR-7 35.2 ghi 23.8 kl(68) 24.8 kl(70) B-850 E3-TB 42.2 b-f 43.7 ab(104) 43.0 ab(102) Danau Tempe 42.3 b-e 44.9 a(106) 43.5 ab(103) C-22 27.7 jk 26.8 jkl(97) 30.8 ij(111) Jatiluhur 35.5 ghi 36.9 fgh(104) 39.0 c-h(110) TB 165E-TB-6 31.2 ij 25.8 kl(83) 22.9 k(73) Way Rarem 39.3 c-h 40.4 b-g(103) 39.1 c-h(99) Limboto 38.9 c-h 39.9 b-g(103) 34.5 hi(87) Gajah Mungkur 37.3 fgh 37.3 e-h(100) 37.4 d-h(100) IRAT 42.6 bcd 39.1 c-h(92) 39.7 b-g(93) Krowal 41.1b-f 42.5 b-e(103) 40.5 b-g(98) Grogol 41.3b-f 45.3 a(110) 41.9 b-f(101)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 5%.

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Demikian pula pada genotipe toleran tanah masam (Krowal dan Grogol), memberikan respon yang berbeda pada jumlah daunnya. Jumlah daun merupakan salah satu peubah yang membedakan tanaman padi yang toleran dan peka terhadap naungan (Sulistyono et al., 1999). Jumlah daun yang lebih besar diduga dapat menangkap cahaya yang lebih besar.

Jumlah Anakan

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan pada genotipe B-850 E3-TB , C22, Jatiluhur, Way Rarem dan Krowal tidak merubah jumlah anakan (Tabel 5). Sedangkan pada genotipe yang lain jumlah anakan semakin berkurang. Pada intensitas naungan 50%, genotipe B 149F-MR-7 dan TB 165E-TB-6 penurunan jumlah daun sebanyak 27 dan 37%. Genotipe toleran kekeringan (Gajah Mungkur dan IRAT) memiliki jumlah anakan yang semakin sedikit dengan meningkatnya intensitas naungan. Pada genotipe toleran tanah

masam, hanya Krowal yang mampu mempertahankan jumlah anakan. Hal ini menunjukkan bahwa pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas cahaya menghasilkan respon yang berbeda terhadap jumlah anakan. Sulistyono et al., (1999) menyatakan bahwa peningkatan intensitas naungan menyebabkan jumlah anakan tanaman padi akan semakin berkurang. Jumlah anakan yang semakin berkurang secara tidak langsung akan mengurangi potensi hasil yang akan diperoleh.

Tabel 5 Rata-rata jumlah anakan genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

0 25 50

B 149F-MR-7 7.7 d-i 4.9 k (64) 5.1 k (66) B-850 E3-TB 9.9 a-e 10.2 abc(103) 9.9 a-d(100) Danau Tempe 10.8 ab 10.3 abc(95) 10.1 abc(93) C-22 4.9 k 4.8 k (98) 5.5 jk (112) Jati Luhur 8.4 c-g 8.2 c-h (98) 8.4 c-g (100) TB 165E-TB-6 6.6 f-k 4.9 k (74) 4.8 k (73) Way Rarem 9.3 a-e 9.3 a-e (100) 9.3 a-e (100) Limboto 8.6 b-f 8.6 a-f (100) 7.6 e-j (88) Gajah Mungkur 6.3 g-k 5.9 h-k (94) 5.8 ijk (92) IRAT 10.2 abc 9.0 a-e (88) 8.8 abc (86) Krowal 10.3 abc 11.0 a (107) 10.3 abc (100) Grogol 8.8 a-f 8.7 a-f (99) 7.7 d-j (87)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 5%.

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Jumlah Anakan Produktif

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan menyebabkan penuruan jumlah anakan produktif pada semua genotipe yang diuji. Semakin tinggi intensitas cekaman, jumlah anakan produktif semakin berkurang (Tabel 6). Genotipe B 149F-MR-7 dan TB 165E-TB-6 (toleran naungan) memperlihatkan penurunan jumlah anakan produktif yang banyak, sedangkan genotipe Jatiluhur, B 850 E3-TB, Way Rarem, Gajah Mungkur dan Krowal hanya sedikit mengalami penurunan jumlah anakan produktifnya. Dari data jumlah anakan dan jumlah anakan produktif terlihat bahwa genotipe Jatiluhur, B 850 E3- TB, Gajah Mungkur dan Krowal tetap mampu menghasilkan jumlah anakan yang

relatif sama dengan kondisi tanpa cekaman naungan. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe-genotipe tersebut mampu mempertahankan jumlah anakan produktifnya pada kondisi cekaman ganda. Sulistyono et al. (2002) menyatakan bahwa peningkatan intensitas naungan menyebabkan jumlah anakan padi gogo semakin berkurang.

Sampai dengan jumlah anakan produktif terlihat beberapa genotipe yaitu : B 850 E3-TB, Danau Tempe, Jatiluhur, Way Rarem, Gajah Mungkur, IRAT dan Krowal memperlihatkan respon yang mengindikasikan toleran terhadap cekaman ganda.

Tabel 6 Rata-rata jumlah anakan produktif genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase Naungan (%)

0 25 50

B 149F-MR-7 3.6 f-j 1.8 klm(50) 2.2 i-m(61) B-850 E3-TB 6.8 ab 6.6 abc(97) 5.7 a-d(84) Danau Tempe 6.9 ab 6.8 ab(99) 4.9 a-f(71) C-22 2.4 i-m 2.0 j-m(83) 1.9 j-m(79) Jatiluhur 5.0 a-f 4.8 b-g(96) 4.1 d-h(82) TB 165E-TB-6 2.8 h-m 1.4 l-m(50) 1.2 m(43) Way Rarem 5.6 a-e 4.8 b-g(86) 4.6 c-g(82) Limboto 6.0 a-d 5.7 a-d(95) 3.8 e-i(63) Gajah Mungkur 3.7 e-j 3.6 e-j(97) 3.2 g-l(86) IRAT 7.0 a 5.1 a-f(73) 5.1 a-f(73) Krowal 6.0 a-d 6.2 a-d(103) 5.7 a-d(95) Grogol 5.7 a-d 5.6 a-d(98) 3.7 e-i(65)

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada taraf 5%.

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Jumlah Gabah Isi

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan menyebabkan jumlah gabah isi/malai semakin berkurang pada semua genotipe yang diuji (Tabel 7). Pada kondisi cekaman ganda, genotipe B850 E3-TB, Danau Tempe, Limboto, IRAT dan Grogol memiliki jumlah bagah/malai yang banyak (lebih dari 200 butir). Penurunan jumlah gabah isi/malai ini terbesar terjadi pada genotipe Danau Tempe dan IRAT sedangkan penurunan terkecil ada pada genotipe Jatiluhur, Limboto, Way Rarem dan Gajah Mungkur. Sing (2005)

menyatakan bahwa pada intensitas cahaya rendah, gabah hampa semakin tinggi sehingga secara langsung mengurangi produksi padi. Pengaruh cekaman naungan sangat tergantung pada fase pertumbuhan padi. Jika cemakan naungan terjadi pada fase reproduktif akan berpengaruh terhadap kapasitas sink (jumlah gabah/malai). Bahkan jika cekaman naungan terjadi sampai memasuki fase pemasakan maka akan mengurangi hasil (Yoshida, 1981).

Tabel 7 Rata-rata jumlah gabah isi/malai genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

Rata-rata 0 25 50 B 149F-MR-7 145.33 111.00(76) 117.00(80) 124.44 d B-850 E3-TB 252.00 209.67(83) 191.67(76) 217.78 b Danau Tempe 201.67 183.67(91) 147.00(73) 177.44 c C-22 82.00 79.00(96) 73.00(89) 78.00 e Jatiluhur 112.33 113.33(101) 109.00(97) 111.56 d TB 165E-TB-6 133.67 117.33(88) 116.33(87) 122.44 d Way Rarem 132.00 128.00(97) 124.67(94) 128.22 d Limboto 217.00 236.33(109) 210.00(97) 221.11 b Gajah Mungkur 181.00 180.67(100) 166.33(92) 176.00 c IRAT 311.67 247.67(79) 234.67(75) 264.67 a Krowal 177.00 155.33(88) 144.33(81) 158.89 c Grogol 298.33 241.33(81) 242.00(81) 260.56 a Rata-rata 187.00 a 166.94 b 156.33 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, pada kolom yang sama atau pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada

taraf 5%

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Bobot Gabah Total

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan menurunkan bobot gabah total/tanaman pada semua genotipe yang diuji. Bobot gabah total berkurang secara nyata dengan semakin meningkatnya intensitas naungan (Tabel 8). Penurunan bobot gabah total mencapai 14.5 % pada naungan 25% dan 23.2 % pada naungan 50%.

Penurunan bobot gabah total terkecil terjadi pada genotipe B850 E3-TB, Jatiluhur, Way Rarem, Gajah Mungkur, IRAT dan Krowal, sedangkan penurunnya terbesar terjadi pada C22, Limboto dan Danau Tempe. Penurunan

jumlah gabah disebabkan karena intensitas cahaya yang rendah akan menyebabkan kehampaan gabah mengalami peningkatan (Sing, 2005). Chaturvedi et al. (1994) menyatakan bahwa strilitas yang tinggi pada padi dalam kondisi cahaya rendah disebabkan gangguan metabolism N dan akumulasi N terlarut di panikel, yang menyebabkan gangguan dalam proses pengisian biji. Tabel 8 Rata-rata bobot gabah total genotipe yang diuji pada berbagai tingkat

naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

Rata-rata 0 25 50 B 149F-MR-7 17.40 12.71(73) 12.45(71) 14.18 cd B-850 E3-TB 19.06 17.70(93) 15.27(80) 17.34 ab Danau Tempe 12.35 9.96(81) 7.47(61) 9.93 f C-22 6.68 4.22(63) 3.24(48) 4.71 h Jatiluhur 18.93 18.80(99) 17.70(93) 18.48 a TB 165E-TB-6 13.75 11.14(81) 11.03(80) 11.97 c Way Rarem 8.06 7.84(97) 7.11(88) 7.67 g Limboto 20.08 14.43(72) 11.20(56) 15.24 bc Gajah Mungkur 16.79 16.32(97) 14.37(86) 15.83 bc IRAT 19.72 16.61(84) 15.88(80) 17.40 ab Krowal 12.92 11.79(91) 12.19(94) 12.30 de Grogol 14.54 12.52(86) 10.58(73) 12.55 de Rata-rata 15.02 a 12.84 b 11.54 c

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, pada kolom yang sama atau pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada

taraf 5%

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Persentase Gabah Isi

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan menyebabkan penurunan persentase gabah isi (Tabel 9). Persentase gabah isi yang dihasilkan dalam percobaan ini tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan kondisi pada umumnya. Hal ini diduga karena tingkat cekaman ganda (pH rendah Al tinggi, kekeringan dan naungan) yang dialami oleh genotipe padi yang diuji. Persentase gabah isi pada intensitas naungan 25% tidak berbeda nyata dengan intensitas naungan 50%. Persentase gabah isi yang rendah disebabkan oleh kerusakan pada kecambah tepung sari, sehingga tidak mampu memproduksi biji (Sing, 2005).

Genotipe Jatiluhur mampu mempertahankan persentase gabah isi dengan bertambahnya intensitas naungan. Respon ini masih perlu diteliti lebih lanjut karena berbeda dengan respon genotipe lainnya.

Tabel 9 Rata-rata persentase gabah isi genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

Rata-rata

0 25 50

B 149F-MR-7 42.50 40.77(96) 42.25(99) 41.84 h B-850 E3-TB 72.93 69.68(95) 62.26(85) 68.29 ab Danau Tempe 59.18 58.47(99) 56.99(96) 58.21 cde C-22 54.59 49.85(91) 48.30(88) 50.91 efg Jatiluhur 52.09 54.53(105) 59.82(115) 55.48 def TB 165E-TB-6 49.71 46.31(93) 43.10(87) 46.37 gh Way Rarem 56.72 45.53(80) 44.73(79) 49.00 fgh Limboto 65.47 64.34(98) 62.30(95) 64.04 abc Gajah Mungkur 65.70 57.90(88) 60.96(93) 61.52 bcd IRAT 75.04 67.09(89) 71.34(95) 71.16 a Krowal 63.58 49.68(78) 53.39(84) 55.55 def Grogol 74.09 69.97(94) 67.85(92) 70.63 a Rata-rata 60.97 a 56.18 b 56.11 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, pada kolom yang sama atau pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada

taraf 5%

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Bobot Gabah Isi

Pada kondisi cekaman ganda, peningkatan intensitas naungan menyebabkan bobot gabah isi semakin berkurang. Produksi gabah tertinggi dihasilkan oleh genotipe IRAT yaitu 12.45 g rumpun-1 diikuti oleh B850 E3-TB

dan Jatiluhur, sedangkan produksi terendah diperoleh dari genotipe C-22 yaitu 2.56 g (Tabel 10). Jika dilihat dari penurunannya, maka genotipe Jatiluhur, Gajah Mungkur, Krowal dan B-850 E3-TB paling sedikit mengalami penurunan. Penurunan bobot gabah ini sejalan dengan penurunan persentasi gabah isi dan penurunan bobot gabah total. Sampai dengan bobot gabah isi yang dihasilkan terlihat beberapa genotipe yaitu : B-850 E3-TB, Jatiluhur, Gajah Mungkur dan Krowal memperlihatkan penampilan yang baik.

Dari analisis terhadap peubah yang diamati tampak bahwa pada kondisi cekaman ganda, peningkatan cekaman intensitas cahaya rendah akan direspon oleh genotipe padi dengan cara berbeda dibandingkan dengan respon tanaman padi jika hanya mengalami cekaman intensitas cahaya rendah saja. Pada kondisi cekaman ganda, masih terdapat genotipe toleran naungan yang masih mampu mempertahankan pertumbuhan dan hasil. Atienzaa et al. (2004) menyatakan bahwa tanaman barley yang diberi cekaman abiotik secara bersamaan akan memberikan respon yang berbeda dengan jika tanaman tersebut hanya mengalami satu cekaman saja.

Tabel 10 Rata-rata bobot gabah isi/tanaman genotipe yang diuji pada berbagai tingkat naungan

Genotipe Persentase naungan (%)

Rata-rata 0 25 50 B 149F-MR-7 7.34 5.58(76) 6.07(83) 6.33 d B-850 E3-TB 13.35 11.58(87) 11.15(83) 12.03 ab Danau Tempe 7.35 7.03(96) 4.25(58) 6.21 d C-22 3.63 2.12(58) 1.92(53) 2.56 e Jatiluhur 10.67 10.40(97) 10.59(99) 10.55 bc TB 165E-TB-6 6.77 5.14(76) 4.72(70) 5.54 d Way Rarem 5.24 3.58(68) 3.22(61) 4.01 e Limboto 12.49 9.25(74) 7.33(59) 9.69 c Gajah Mungkur 10.50 9.37(89) 9.64(92) 9.84 c IRAT 14.91 11.14(75) 11.29(76) 12.45 a Krowal 7.15 6.41(90) 6.23(87) 6.59 d Grogol 11.69 9.24(79) 8.53(73) 9.82 c Rata-rata 9.26 a 7.57 b 7.08 b

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama, pada kolom yang sama atau pada baris yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji DMRT pada

taraf 5%

Angka di dalam kurung adalah persentase terhadap naungan 0% (dibulatkan).

Hasil analisis terhadap beberapa peubah pertumbuhan dan komponen hasil terlihat bahwa beberapa genotipe seperti Jatiluhur, B850 E3-TB, Gajah Mungkur, IRAT, Krowal, Way Rarem dan Limboto memiliki tampilan yang baik seperti penurunan jumlah anakan, jumlah anakan produktif dan bobot gabah total yang lebih sedikit. Jika dilihat dari penurunan bobot gabah isi maka genotipe Jatiluhur, Gajah Mungkur, Krowal, B-850 E3-TB dan IRAT termasuk yang terbaik. Hasil perhitungan indeks sensitivitas terhadap bobot gabah isi (Tabel 11)

menunjukkan bahwa genotipe Jatiluhur dan Gajah Mungkur termasuk kategori toleran terhadap cekaman ganda dengan nilai indeks sensitivitas kurang atau sama dengan 0.5, sedangkan Krowal dan B850 E3-TB termasuk kategori moderat toleran terhadap cekaman ganda dengan nilai indeks sensitivitas kurang dari 1 (satu).

Tabel 11 Nilai indeks sensitvitas genotipe yang diuji pada beberapa peubah yang diteliti.

No Genotipe Bobot gabah isi/tanaman

25 50 1 B 149F-MR-7 1.3 0.9 2 B-850 E3-TB 0.7 0.9 3 Danau Tempe 0.3 2.3 4 C-22 2.3 2.6 5 Jatiluhur 0.1 0.0 6 TB 165E-TB-6 1.4 1.7 7 Way Rarem 1.7 2.0 8 Limboto 1.4 2.3 9 Gajah Mungkur 0.6 0.5 10 IRAT 1.4 1.3 11 Krowal 0.5 0.7 12 Grogol 1.2 1.5

Keterangan : Toleran IS ≤ 0.5; 0.5≤ IS≥ 1.0 Moderat Toleran; IS ≥ 1.0 Peka Untuk Genotipe Danau Tempe terlihat masih termasuk toleran pada intensitas naungan 25 %. Hal ini menunjukkan bahwa genotipe Danau Tempe masih dapat digunakan pada kondisi cekaman ganda tetapi pada intensitas naungan yang rendah (25%). Kondisi seperti ini mungkin dapat terjadi pada sistem pertanaman tumpangsari dimana tingkat naungan dengan tanaman pangan yang lain tidak terlalu besar.

SIMPULAN

Pada kondisi cekaman pH rendah Al tinggi, kekeringan dan naungan, genotipe padi gogo yang diuji memberikan respon pertumbuhan yang berbeda. Genotipe B 149F-MR-7, C 22 dan TB 165E-TB-6 memperlihatkan sifat peka terhadap cekaman ganda seperti terlihat dari penurunan yang besar pada jumlah anakan, anakan produktif dan bobot gabah isi yang rendah. Sedangkan Way

Rarem juga memperlihatkan sifat peka dari persentase gabah isi yang rendah serta produksi yang rendah.

Genotipe IRAT dan Limboto memiliki karakter yang cukup baik pada pada kondisi cekaman ganda seperti terlihat dari jumlah anakan produktif, jumlah gabah dan persentase gabah isi.

Genotipe Jatiluhur dan Gajah Mungkur memiliki sifat toleran terhadap cekaman ganda (pH rendah Al sedang, kekeringan dan naungan) sedangkan genotipe B-850 E3-TB dan Krowal memiliki sifat moderat toleran.

STUDI MEKANISME TOLERANSI GENOTIPE PADI GOGO TERHADAP

Dokumen terkait