• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.5.Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan salah satu cara yang dilakukan dalam proses penelitian untuk menghasilkan satu penelitian yang valid dan dapat dibuktikan kebenarannya. Adapun tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini, yaitu:

1. Tahap Awal (Pra Penelitian)

Tahap awal pra penelitian dilakukan di lokasi penelitian yang berada di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar dan Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar. Pada pra penelitian, peneliti lebih dulu meminta izin kepada Kepala Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan untuk melakukan penelitian di lokasi tersebut dengan mengajukan surat ijin pra penelitian dari Dekan FISIP USU. Tujuan peneliti melakukan pra penelitian adalah untuk mendapatkan lingkungan dengan populasi yang memiliki tingkat heterogenitas yang tinggi.

2. Pelaksanaan pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian kepustakaan, merupakan penelitian yang mempelajari dan mengumpulkan data-data dan literatur serta sumber bacaan yang relevan dan mendukung proposal ini. Penelitian kepustakaan berguna untuk mencari data-data sekunder yang memiliki kaitan atau hubungan dengan penelitian.

b. Penelitian lapangan, merupakan pengumpulan data secara langsung dengan menyebarkan kuesioner kepada responden sehingga diperoleh data primer sebagai hasil dari penelitian. Dalam upaya memperoleh data mengenai fungsi media dalam pembentukan opini publik, maka peneliti menyebarkan kuesioner kepada masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar. Penyebaran kuesioner dilakukan kepada 56 orang responden yang dipilih melalui tehnik random sampling.

4.6.Langkah-Langkah Mengolah Data

Selanjutnya, tahap-tahap dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

a. Penomoran kuesioner, kuesioner yang telah dikumpulkan kemudian diberi nomor responden. Dalam penelitian ini, sampel berjumlah 56 orang, nomor responden yang digunakan adalah 2 digit, yaitu dari 01 sampai 56.

b. Coding, proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak yang ada di kuesioner kedalam bentuk angka untuk mempermudah pengisian ke dalam Foltron Cobol.

c. Editing, merupakan pemeriksaan kembali seluruh jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban serta menghindari kesalahan dalam pengisian data.

d. Inventarisasi variabel, yaitu memindahkan data mentah yang diperoleh ke dalam lembar Foltron Cobol sehingga memuat seluruh data dalam satu tabel. e. Tabulasi data, merupakan proses pemindahan data dari lembaran FC ke dalam

tabel tunggal yang disajikan secara lengkap dan rinci dengan kategori frekuensi, persentase dan uraian yang disertai dengan analisis data.

4.7.Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal merupakan suatu analisis yang dilakukan dengan cara membagi variabel ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.

Data Umum Responden Tabel 4.1 Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi %

Pria 22 39,3

Wanita 34 60,7

Total 56 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 22 responden (39,3%) berjenis kelamin pria dan 34 responden (60,7%) berjenis kelamin wanita. Berdasarkan keterangan tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini berjenis kelamin wanita. Peneliti melakukan penyebaran kuesioner mulai dari siang hari, dimana biasanya para lelaki yang merupakan kepala rumah tangga tidak di rumah, sehingga yang lebih banyak berada di rumah pada saat itu adalah ibu-ibu. Tabel 4.2 Usia Usia Frekuensi % 21-30 29 51,8 31-40 41-50 14 13 25,0 23,2 Total 56 100 Sumber: P2/FC.4

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 29 responden (51,8%) yang berusia 21-30 tahun, 14 responden (25,0%) yang berusia 31-40 tahun dan 13 responden (23,2%) yang berusia 41-50 tahun. Dari keterangan tersebut, digambarkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini berusia 21-30 tahun, yang menunjukkan bahwa responden pada umumnya berusia produktif. Dari segi usia ini, peneliti menganggap bahwa responden memiliki tingkat pemahaman yang baik terhadap topik penelitian.

Tabel 4.3 Pendidikan Pendidikan Frekuensi % Tidak Bersekolah 3 5,4 SD 2 3,6 SMP 1 1,8 SMA 18 32,1 Perguruan Tinggi 32 57,1 Total 56 100 Sumber: P3/FC.5

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 3 responden (5,4%) yang tidak bersekolah, 2 responden (3,6%) yang pendidikan SD, 1 responden (1,8%) yang pendidikan SMP, 18 responden (32,1%) yang pendidikan SMA dan 32 responden (57,1%) yang pendidikan perguruan tinggi. Dari tabel di atas tampak mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir dari Perguruan Tinggi. Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti dapat memberi kesimpulan kalau sebagian besar yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pemahaman dan wawasan yang luas. Dengan demikian responden akan dapat memberikan jawaban yang baik terhadap pertanyaan yang diberikan peneliti melalui kuesioner yang dibagikan.

Tabel 4.4 Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi % Pelajar/Mahasiswa 16 28,6 Pegawai Negeri 5 8,9 Pegawai Swasta 14 25,0 Wirausaha 19 33,9 Dan Lain-lain 2 3,6 Total 56 100 Sumber: P4/FC.6

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 16 responden (28,6%) yang berstatus pelajar/mahasiswa, 5 responden (8,9%) yang pekerjaannya pegawai negeri, 14 responden (25%) yang pekerjaannya pegawai swasta, 19 responden (33,9%) yang pekerjaannya wirausaha dan 2 responden (3,6%) yang memiliki pekerjaan di luar dari opsi yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar memiliki pekerjaan yang beragam dengan perbandingan persentase yang hampir sama, dimana responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki pekerjaan wirausaha. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kondisi lingkungan XIX yang sebagian wilayahnya merupakan daerah ruko, sehingga banyak orang yang membuka usaha di lingkungan tersebut. Misalnya, usaha laundry, grosir, warung internet, rumah makan, warung kopi, salon, M-Kios, toko roti, toko pakaian dan jenis wirausha yang lain. Dengan adanya keberagaman pekerjaan dan usaha yang dimiliki reponden, maka hal tersebut akan membantu peneliti dalam menggambarkan bagaimana fungsi media massa dalam membentuk opini pada masyarakat yang heterogen.

Tabel 4.5

Frekuensi Menonton Pemberitaan Tentang BBM

Frekuensi % >12 kali 17 30,4 6-12 kali 19 33,9 <6 kali 20 35,7 Total 56 100,0 Sumber: P5/FC.7

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 reponden terdapat 17 responden (30,4%) yang lebih dari 12 kali mengikuti pemberitaan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi, 19 responden (33,9%) yang 6-12 kali mengikuti pemberitaan mengenai kebijakan BBM, dan 20 responden (35,7%) yang kurang dari 6 kali mengikuti pemberitaan mengenai kebijakan BBM. Hal ini

menggambarkan bahwa intensitas sebagian besar responden dalam mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM tidak begitu tinggi. Penulis menduga hal itu dapat disebabkan oleh jumlah responden yang sebagian besar merupakan perempuan dan memiliki pekerjaan selain sebagai ibu rumah tangga. Sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM di televisi. Akan tetapi secara keseluruhan, tampak lebih dari 60% responden dalam penelitian ini yang sepertinya memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam mengikuti pemberitaan tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM. Alasannya, karena menurut sebagian besar responden, pemberitaan mengenai kebijakan Pemerintah terkait BBM memberikan informasi yang penting bagi mereka. Hal itu disebabkan BBM yang sudah menjadi salah satu kebutuhan yang harus mereka penuhi.

Tabel 4.6

Stasiun Televisi Sebagai Sumber Pemberitaan Frekuensi % RCTI 17 30,4 TV One 20 35,7 Trans7 1 1,8 Indosiar 0 0 Metro TV 14 25,0 Global TV 0 0 Trans TV 0 0 MNC TV 2 3,6 Antv 0 0 SCTV 2 3,6 TVRI 0 0 Deli TV 0 0 Total 56 100 Sumber: P6/FC.8

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 reponden terdapat 17 responden (30,4%) yang sering menggunakan stasiun televisi RCTI sebagai sumber informasi terkait BBM, 20 responden (35,7%) yang sering menggunakan stasiun televisi TV One sebagai sumber informasi terkait BBM, 1 responden (1,8%) yang sering menggunakan stasiun televisi Trans7 sebagai sumber informasi terkait BBM, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Indosiar sebagai sumber informasi, 14 responden (25%) yang yang menggunakan stasiun televisi Metro TV sebagai sumber informasi terkait BBM, , 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Global TV sebagai sumber informasi, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Trans TV sebagai sumber informasi, 2 responden (3,6%) yang menggunakan stasiun televisi MNC TV sebagai sumber informasi terkait BBM, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi ANTV sebagai sumber informasi, 2 responden (3,6%) yang menggunakan stasiun televisi SCTV sebagai sumber informasi terkait kebijakan BBM, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi TVRI sebagai sumber informasi, 0 responden (0%) yang sering menggunakan stasiun televisi Deli TV sebagai sumber informasi tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Mayoritas responden memilih TV One sebagai sumber informasi adalah karena menurut sebagian responden TV One merupakan televisi berita yang memiliki intensitas yang tinggi dalam menayangkan pemberitaan dibandingkan stasiun televisi lain. Responden juga berpendapat kalau mereka lebih sering melihat informasi atau pemberitaan terkait BBM melalui stasiun televisi tersebut.

Tabel 4.7 Keakuratan Pemberitaan Frekuensi % Sangat Akurat 15 26,8 Akurat 36 64,3 Kurang Akurat 4 7,1 Tidak Akurat 1 1,8 Total 56 100,0 Sumber: P7/FC.9

Keakuratan suatu pemberitaan merupakan merupakan kedalaman penyampaian fakta yang disertai dengan data-data akurat dari sumber yang bisa dipercaya yang digunakan oleh wartawan dalam menyajikan berita pemberitaan tersebut. Keakuratan pemberitaan di suatu media dapat menjadi indikator dalam mengukur kredibilitas sebuah media atau organisasi media yang menyiarkan berita itu Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 15 responden (26,8%) yang menyatakan bahwa informasi tentang kebijakan BBM di televisi sangat akurat, 36 responden (64,3%) yang berpendapat akurat, 4 responden (7,1%) yang berpendapat kurang akurat dan 1 orang (1,8%) yang berpendapat tidak akurat. Mayoritas responden berpendapat bahwa pemberitaan di televisi akurat karena dalam menyajikan berita, televisi yang mereka jadikan sebagai sumber pemberitaan menyajikan data-data yang mendukung pemberitaan tersebut. Contohnya, pemberitaan mengenai kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga serta pembatasan BBM bersubsidi akibat naiknya harga minyak dunia dan besarnya APBN negara. Dalam menyajikan pemberitaan mengenai kedua hal tersebut, responden berpendapat kalau stasiun televisi turut menyertakan data-data atau informasi tentang harga minyak dunia yang sedang naik saat ini serta besar jumlah Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara yang mengakibatkan besarnya pengeluaran negara.

Tabel 4.8 Keobjektifan Pemberitaan Frekuensi % Sangat Objektif 13 23,2 Objektif 39 69,6 Kurang Objektif 2 3,6 Tidak Objektif 2 3,6 Total 56 100,0 Sumber: P8/FC.10

Keobjektifan pemberitaan adalah penyajian berita berdasarkan fakta dan data yang sebenarnya, serta tidak dimanipulasi. Keobjektifan pemberitaan juga menyangkut pernyataan atau kesimpulan yang disampaikan berdasarkan bukti-bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, sehingga dapat dicek kebenarannya. Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 13 responden (23,2%) yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang kebijakan BBM di televisi sangat objektif, 39 responden (69,6%) yang menyatakan objektif, 2 responden (3,6%) yang berpendapat kurang objektif dan 2 responden (3,6%) yang menyatakan tidak objektif. Dari hasil penelitian ini dapat digambarkan kalau mayoritas responden berpendapat stasiun televisi memberikan pemberitaan yang objektif. Informasi yang menjadi pemberitaan memang sesuai dengan fakta di lapangan. Dalam menyajikan pemberitaan mengenai BBM, responden berpendapat stasiun televisi yang bersangkutan melakukan konfirmasi tentang isi pemberitaan terhadap pihak-pihak yang bersangkutan dengan kebijakan BBM tersebut. Misalnya, penyajian pernyataan dari Menteri Perekonomian terkait rencana pemerintah untuk melakukan kenaikan serta pembatasan BBM bersubsidi. Masyarakat juga berpendapat pemberitaan tentang BBM di stasiun televisi termasuk objektif karena mareka dapat membuktikan kebenaran dari isi pemberitaan tersebut dari sumber informasi lainnya.

Tabel 4.9 Kenetralan Pemberitaan BBM Frekuensi % Sangat Netral 9 16,1 Netral 27 48,2 Kurang Netral 19 33,9 Tidak Netral 1 1,8 Total 56 100,0 Sumber: P9/FC.11

Kenetralan suatu pemberitaan adalah ketidakberpihakan pemberitaan terkait terhadap pihak tertentu. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden

terdapat 9 responden (16,1%) yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang kebijakan BBM di stasiun televisi sangat netral, 27 responden (48,2%) yang menyatakan netral, 19 responden (33,9%) yang menyatakan kurang netral dan 1 responden (1,8%) yang menyatakan tidak netral. Dari hasil penelitian peneliti di lapangan, dapat digambarkan kalau sebagian besar responden berpendapat kalau media tidak mendukung pihak manapun dalam menyajikan pemberitaan tentang BBM. Mereka berpendapat demikian karena menurut mereka media memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Media juga menyalurkan pendapat dari pihak manapun, tanpa mendukung pihak tertentu. Meskipun di sisi lain, tidak sedikit juga responden yang berpendapat kalau media mendukung salah satu pihak dalam memberikan pemberitaan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Beberapa responden berpendapat kalau ada media yang menyudutkan pihak-pihak yaitu pemerintah, yang membuat kebijakan tentang BBM itu dan menaikkan lawan dari pihak-pihak tersebut.

Tabel 4.10 Kejelasan Pemberitaan Frekuensi % Sangat Jelas 13 23,2 Jelas 36 64,3 Kurang Jelas 7 12,5 Tidak Jelas 0 0,0 Total 56 100 Sumber: P10/FC.12

Kejelasan pemberitaan adalah pemberitaan yang isinya memuat 5W+1H, yaitu what (apa), who (siapa), when (kapan), where (dimana), why (mengapa) dan how (bagaimana). Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 13 responden (23,2%) yang menyatakan bahwa pemberitaan tentang kebijakan BBM di stasiun televisi sangat jelas, 36 responden (64,3%) yang menyatakan jelas, 7 responden (12,5%) yang menyatakan kurang jelas, dan 0 responden (0%) yang menyatakan informasi tentang BBM di televisi tidak jelas. Masyarakat

berpendapat kalau mereka memperoleh informasi yang jelas dari stasiun televisi yang mereka gunakan sebagai sumber informasi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar masyarakat yang dapat memahami pemberitaan-pemberitaan yang dilakukan media terkait kebijakan tersebut dan mengetahui dengan jelas apa isi, alasan atau perkembangan yang berkaitan dengan kebijakan BBM itu. Seperti, kapan kebijakan tersebut akan diterapkan, siapa saja yang harus mengikuti kebijakan tersebut apa yang menjadi alasan pemerintah untuk membuat kebijakan tersebut serta bagaimana pemerintah akan menerapkan kebijakan tersebut di masyarakat. Tabel 4.11 Keberlanjutan Pemberitaan Frekuensi % Sangat Berkelanjutan 19 33,9 Berkelanjutan 24 42,9 Kurang Berkelanjutan 11 19,6 Tidak Berkelanjutan 2 3,6 Total 56 100,0 Sumber: P11/FC.13

Keberlanjutan pemberitaan di sini berarti kemampuan media massa televisi untuk menyajikan pemberitaan tentang BBM secara berkala, tanpa memberhentikan pemberitaan tersebut di satu waktu tertentu. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 19 responden (33,9%) yang menyatakan bahwa memberikan informasi yang sangat berkelanjutan tentang kebijakan BBM di televisi, 24 responden (42,9%) yang menyatakan berkelanjutan, 11 responden (19,6%) yang menyatakan kurang berkelanjutan dan 2 responden (3,6%) yang menyatakan tidak berkelanjutan. Hal itu dapat digambarkan dari pengamatan peneliti di lapangan yang menggambarkan bahwa responden penelitian dapat mengikuti dengan baik perkembangan tentang kebijakan pemerintah terkait BBM di televisi. Mereka juga berpendapat kalau sampai saat ini, terdapat satu atau dua stasiun televisi yang masih menyajikan pemberitaan mengenai BBM, contohnya

bagaimana penerapan kebijakan tersebut di masyarakat dan perkembangannya di masyarakat. Salah satu stasiun televisi tersebut adalah TV One.

Tabel 4.12

Penyajian Informasi Terbaru Tentang BBM Frekuensi % Selalu Memberikan Informasi Terbaru 31 55,4 Memberikan Informasi Terbaru 22 39,3 Kurang Memberikan Informasi Terbaru 1 1,8 Tidak Memberikan Informasi Terbaru 2 3,6

Total 56 100,0

Sumber: P12/FC.14

Yang dimaksud dengan penyajian informasi terbaru adalah kemampuan televisi untuk terus meng-update atau menyajikan perkembangan terbaru tentang BBM. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 31 responden (55,4%) yang menyatakan bahwa televisi selalu memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM, 22 responden (39,3%) yang menyatakan bahwa televisi memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM, 1 responden (1,8%) menyatakan bahwa televisi kurang memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM dan 2 responden (3,6%) menyatakan televisi tidak memberikan informasi terbaru tentang kebijakan pemerintah terkait BBM. Hampir semua responden berpendapat televisi selalu menyajikan informasi terbaru tentang BBM. Hal itu dapat digambarkan pada saat penelitian, dimana masyarakat berpendapat masih ada stasiun televisi yang terkadang masih memberitakan mengenai BBM. Selain itu, hal itu dapat dilihat dari mayoritas responden yang masih mengetahui perkembangan terakhir tentang kebijakan pemerintah terkait BBM.

Tabel 4.13

Pengaruh Pemberitaan BBM Terhadap Pendapat Masyarakat Frekuensi % Sangat Berpengaruh 10 17,9 Berpengaruh 35 62,5 Kurang Berpengaruh 8 14,3 Tidak Berpengaruh 3 5,4 Total 56 100,0 Sumber: P13/FC.15

Yang dimaksud dengan pengaruh informasi terhadap pendapat masyarakat adalah bagaimana dampak atau pengaruh informasi yang disajikan televisi tentang kebijakan BBM terhadap pembentukan pendapat masyarakat tentang pemberitaan kebijakan mengenai BBM itu. Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 10 responden (17,9%) yang menyatakan bahwa informasi yang disampaikan televisi sangat berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka dalam menilai pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM, 35 responden (62,5%) yang menyatakan bahwa bahwa informasi di televisi berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM, 8 responden (14,3%) menyatakan bahwa informasi di televisi kurang berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM dan 3 responden (5,4%) menyatakan informasi di televisi tidak berpengaruh dalam membentuk pendapat mereka terhadap pemberitaan kebijakan pemerintah terkait BBM. Secara umum, dapat digambarkan kalau informasi tentang BBM berpengaruh bagi responden. Melalui pemberitaan di televisi, mereka dapat melihat dampak baik atau buruk dari kebijakan pemerintah tersebut bagi kehidupan mereka. Itulah sebabnya pendapat sebagian besar masyarakat Lingungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar dipengaruhi oleh informasi yang ada di televisi. Hal itu juga sesuai dengan teori fungsi media massa dalam pembentukan opini publik, seperti yang disampaikan McQuail. Informasi-informasi yang berkembang di media massa, dalam penelitian ini yaitu televisi, berpengaruh dalam membentuk pendapat masyarakat. Demikian

juga R.P. Abelson yang menyampaikan kalau berita-berita yang dipublikasikan di media dapat berperan sebagai pembentuk opini masyarakat.

Tabel 4.14

Pendapat Masyarakat Terhadap Kebijakan Pemerintah Terkait BBM Setelah Melihat Pemberitaan di Televisi

Frekuensi % Sangat Setuju 3 5,4 Setuju 27 48,2 Kurang Setuju 19 33,9 Tidak Setuju 7 12,5 Total 56 100,0 Sumber: P14/FC.16

Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 3 responden (5,4%) yang menyatakan sangat setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM setelah melihat pemberitaan tentang kebijakan tersebut di televisi, 27 responden (48,2%) berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut setelah mereka mengikuti pemberitaan dari televisi, 19 responden (33,9%) kurang setuju terhadap kebijakan pemerintah terkait BBM dan 7 responden (12,5%) tidak setuju terhadap kebijakan tersebut setelah mereka mengikuti informasi dari televisi. Sebagian besar responden berpendapat setuju terhadap kebijakan tersebut setelah mereka melihat alasan pemerintah untuk melakukan kenaikan atau pembatasan BBM bersubsidi melalui pemberitaan di televisi. Mereka berpendapat kebijakan pemerintah untuk melakukan menaikkan harga atau membatasi BBM bersubsidi memang sudah sesuai apabila melihat harga minyak dunia yang memang sedang naik saat ini. Responden juga berpendapat kalau merupakan hal yang wajar bagi Pemerintah untuk membuat kebijakan tersebut karena mereka berpendapat biaya yang dibutuhkan untuk membeli, mengolah minyak mentah sampai pada mendistribusikannya sudah jauh melewati batas harga BBM yang ada saat ini. Responden juga berpendapat setuju karena mereka merasa kebijakan itu dapat membantu mengurang beban belanja dan hutang negara yang semakin bertambah

sampai sekarang. Walaupun tidak sedikit juga masyarakat yang bependapat tidak setuju karena mereka merasa kebijakan tersebut hanya akan merugikan mereka.

Tabel 4.15

Keadilan Televisi dalam Menampung Pendapat Frekuensi % Sangat Adil 7 12,5 Adil 39 69,6 Kurang Adil 8 14,3 Tidak Adil 2 3,6 Total 56 100,0 Sumber: P15/FC.17

Keadilan televisi untuk menampung pendapat adalah kemapuan televisi untuk seimbang dalam menerima dan menyalurkan pendapat dari semua pihak terkait BBM. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 7 responden (12,5%) yang menyatakan bahwa pemberitaan di stasiun televisi sangat adil dalam menampung pendapat dari semua pihak terkait kebijakan pemerintah tentang BBM, 39 responden (69,6%) menyatakan pemberitaan di stasiun televisi adil dalam menampung pendapat dari semua pihak, 8 responden (14,3%) menyatakan stasiun televisi kurang adil dalam menampung pendapat dari semua pihak terkait BBM dan 2 responden menyatakan bahwa pemberitaan di stasiun televisi tidak adil dalam menampung pendapat dari semua pihak terkait kebijakan pemerintah tentang BBM. Sebagian besar masyarakat berpendapat setuju karena mereka melihat kalau pemberitaan yang ada di stasiun televisi menerima atau menyampaikan pendapat dari siapapun, dari kalangan atau pihak manapun tentang kebijakan Pemerintah terkait BBM. Mereka tidak melihat adanya usaha dari televisi untuk mencegah individu atau organisasi tertentu dalam menyampaikan pendapatnya.

Tabel 4.16

Pemberitaan Penerapan Kebijakan BBM Frekuensi %

Ya 40 71,4

Tidak 16 28,6

Total 56 100,0

Sumber: P16/FC.18

Dari tabel di atas, terlihat bahwa dari 56 responden terdapat 40 responden (71,4%) yang menyatakan bahwa stasiun televisi masih melakukan pemberitaan tentang penerapan kebijakan pemerintah terkait BBM di masyarakat dan 16 responden (28,6%) menyatakan stasiun televisi tidak memberikan pemberitaan tentang penerapan kebijakan pemerintah terkait BBM di masyarakat. Pemberitaan penerapan kebijakan BBM bertujuan untuk menyampaikan atau menggambarkan bagaimana penerapan kebijakan tersebut dalam masyarakat. Sehingga masyarakat dapat melihat sendiri apakah kebijakan tersebut diterapkan sesuai dengan informasi yang disampaikan kepada mereka tentang kebijakan itu atau penerapan kebijakan tersebut ternyata tidak sesuai dengan apa yang disampaikan si pembuat kebijakan, dalam hal ini pemerintah, kepada mereka. Kemudian, masyarakat dapat menilai apakah kebijakan tersebut sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini serta dapat melihat dampak baik atau buruknya kebijakan tersebut bagi mereka. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan, sebagian besar masyarakat Lingkungan XIX Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar berpendapat mereka dapat melihat sendiri bagaimana penerapan kebijakan tersebut serta melihat bagaimana dampak baik dan buruk dari penerapan kebijakan tersebut bagi masyarakat secara langsung melalui pemberitaan di televisi.

Tabel 4.17

Pengaruh Pemberitaan Penerapan BBM Terhadap Pendapat Masyarakat Frekuensi % Sangat Berpengaruh 8 14,3 Berpengaruh 35 62,5 Kurang Berpengaruh 7 12,5 Tidak Berpengaruh 6 10,7 Total 56 100,0 Sumber: P17/FC.19

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 56 responden terdapat 8 responden (14,3%) menyatakan pemberitaan tentang penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM sangat berpengaruh terhadap pendapat mereka dalam menilai pemberitaan dari kebijakan tersebut, 35 responden (62,5%) menyatakan penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM yang disampaikan televisi berpengaruh terhadap pendapat mereka terkait pemberitaan kebijakan tersebut, 7 responden (12,5%) menyatakan penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM di televisi kurang berpengaruh terhadap pendapat mereka terkait pemberitaan kebijakan tersebut dan 6 responden (10,7%) menyatakan penerapan kebijakan pemerintah di masyarakat terkait BBM tidak berpengaruh terhadap pendapat mereka terkait pemberitaan kebijakan tersebut.

Dokumen terkait