• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat fisik dan Kimia Air dan Sedimen Kedalaman Air

Kedalaman air laut di muara sungai Kahayan dan Katingan dipengaruhi ketinggian pasang surut dan bentuk topografi dasar laut. Menurut Tri Atmodjo (1999) pasang surut di- wilayah Kalimantan Tengah termasuk tipe campuran yang condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal). Berdasarkan data Pasang Surut yang dikeluarkan oleh Hidrografi ALRI tahun 2005-2006 bahwa ketinggian permukaan laut pada waktu air pasang di muara Sungai Kahayan sekitar 3.26 m (Zo = 163 cm), sedangkan ketinggian air pasang di muara Sungai Katingan sekitar 3.34 m (Zo = 167 cm). Hal itu menunjukkan bahwa kedalaman air di wilayah stasiun 1 muara sungai Kahayan dan Katingan dapat mencapai ketinggian 7 m lebih, sedangkan kedalaman air di wilayah stasiun 2 dapat mencapai ketinggian 12 m lebih. Dasar laut di muara Sungai Kahayan dan Katingan termasuk kategori landai dengan sedimen berlumpur. Kedalaman air laut (5.03 m) waktu surut di- muara Sungai Kahayan lebih dalam dibandingkan muara Sungai Katingan(4.09 m). Air laut (4.41 m) di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan lebih dalam dibandingkan muara

42

Gambar 8 Kondisi fisik dan kimia air lut dan sedimen di muara Sungai Kahayan serta Katingan: (a) Kedalaman air (m). (b) Kecepatan arus (mg/det). (c) Kandungan

padatan tersuspensi total (mg/l). (d) Suhu air laut (0C). (e) Salinitas (‰). (f) Kandungan oksigen terlarut (mg/l). (g) Reduks dalam air laut dan sedimen

(mV). (h) pH air laut dan sedimen. 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

K e d a la m a n a ir l a u t (m ) 0.42 0.43 0.44 0.45 0.46 0.47 0.48 0.49 0.50 0.51 0.52 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

K e c e p a ta n a ru s (m /d e t) 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 120.00 130.00 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun

Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

K a n d u n g a n t o ta l P a d a ta n T e rs u s p e n s i (m g /k g b k ) 29.00 29.50 30.00 30.50 31.00 31.50 32.00 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun

Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

S u h u a ir l a u t (o C ) 5.50 10.50 15.50 20.50 25.50 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun

Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

Sa li n ita s (o /o o ) 6.20 6.30 6.40 6.50 6.60 6.70 6.80 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

K a n d u n g a n O k s ig e n t e rl a ru t d a la m a ir l a u t (m g /l ) -90.00 -40.00 10.00 60.00 110.00 160.00 210.00 260.00 310.00 360.00 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

R e d o k s d a la m a ir d a n s e d im e n ( m V )

Air laut Sedimen

5.7 5.9 6.1 6.3 6.5 6.7 6.9 7.1 7.3 7.5 St 1 St 2 St 1 St 2 Stasiun Stasiun Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

p H d a la m a ir l a u r d a n S e d im e n

Air laut Sedimen

b a c d e f g e h

43

Sungai Katingan (2.52 m). Air laut (5.67m) di wilayah stasiun 2 muara Sungai Katingan lebih dalam dibandingkan muara Sungai Kahayan (5.64m) (Gambar 8a). Kedalaman air laut di- wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan dan Katingan lebih dalam dibandingkan wilayah stasiun 1. Hal ini menunjukkan bahwa air laut di muara sungai tersebut semakin dalam ke- arah laut terbuka dan semakin surut ke arah litoral. Dorongan aliran air sungai dan gelombang laut ke muara sungai menyebabkan sedimen tererosi mengendap disekitar muara sungai. Dasar pantai yang landai menyebabkan padatan tersuspensi total mengendap di sekitar muara sungai. Hal ini menyebabkan mulut sungai mengalami pendangkalan. Pendangkalan muara sungai banyak dipengaruhi oleh topografi dasar sungai, bentuk muara sungai, arus sungai dan pantai dan tingkat erosi di wilayah hulu dan sedimen disekitar muara.

Kecepatan Arus

Kecepatan arus air di muara Sungai Kahayan dan Katingan dipengaruhi oleh ketinggian permukaan air sungai dan laut pada waktu air pasang surut serta bentuk topografi dasar laut. Kecepatan arus air laut (0.44 m/det) di muara Sungai Katingan lebih tinggi dibandingkan muara Sungai Kahayan (0.51 m/det). Kecepatan arus di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan dan Katingan lebih lambat dibandingkan stasiun 2 (Gambar 8b). Kecepatan arus di muara Sungai Katingan sangat dipengaruhi oleh arus lintas dari teluk Sebangau ke teluk Sampit atau sebaliknya antara musim angin barat dan tenggara. Kecepatan arus air sungai dan laut keluar masuk mulut sungai sangat berpengaruh terhadap kandungan total padatan tersuspensi, suhu air, salinitas, kandungan oksigen terlarut, pH. Kecepatan arus di wilayah stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan stasiun 1. Kecepatan arus air sungai dan pasang surut laut berperan penting dalam percampuran massa air sungai dan laut, penyebaran logam berat dan fito-zooplankton di muara sungai. Percampuran massa air tawar dan laut menyebabkan perbedaan salinitas. Perbedaan salinitas sangat berpengaruh terhadap kehidupan biota air tawar dan laut murni.

Kandungan Padatan Tersuspensi Total

Kandungan padatan tersupensi total dalam air sangat tergantung tingkat erosi dan kelimpahan mikroorganisme dalam air. Kandungan padatan tersuspensi total (107.84 mg/l) di muara Sungai Katingan lebih tinggi dibandingkan muara Sungai Kahayan (87.63 mg/l).

44

Erosi dan limbah kegiatan manusia sangat berpengaruh kelimpahan plankton. Aliran air sungai dari wilayah hulu sangat besar berperannya dalam pengangkutan padatan tersuspensi total ke muara sungai. Kandungan padatan tersuspensi total di wilayah stasiun 2 lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 (Gambar 8c). Kandungan padatan tersuspensi total dalam air laut di muara Sungai Kahayan dan Katingan lebih tinggi dibandingkan ambang batas baku mutu air laut (80 mg/l) untuk kepentingan biota laut (Menteri Negara Lingkungan Hidup 2004). Namun hal ini tidak menunjukkan penurunan kelimpahan individu dan komposisi genus fito-zooplankton, kecuali makrobentos. Menurut Scott (1978), kandungan padatan tersuspensi total dapat menghambat cahaya matahari masuk ke dalam air. Kondisi demikian dapat mengganggu proses fotosintesis pada sel fitoplankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat bagian kolom air yang mengandung padatan tersuspensi total sangat rendah. Kondisi demikian sangat bermanfaat bagi fitoplankton.

Suhu Air

Suhu air laut berpengaruh terhadap kegiatan enzim, metabolisme dan konsumsi oksigen oleh biota laut. Menurut Hitchcock et al. (1987), perubahan suhu laut berpengaruh terhadap kandungan oksigen dalam air dan metabolisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu air laut (31.090C) di muara Sungai Kahayan cenderung lebih tinggi dibanding-kan muara Sungai Katingan (29.39 0C). Suhu air laut (31.52 0C) di wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan cenderung lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 (30.67 0C). Suhu air laut (29.50 0C) di wilayah stasiun 1 muara Sungai Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 2 (29.28 0C) (Gambar 8d). Pada umumnya biota laut tropis memiliki daya adaptasi dan toleransi optimum lebih tinggi dibandingkankan biota subtropis. Suhu air tidak jauh

berbeda dibandingkan ambang batas baku mutu air laut untuk kepentingan biota laut (28-30 0C) (Menteri Negara Lingkungan Hidup 2004). Suhu air laut dan intersitas cahaya

matahari yang masuki ke dalam air laut dipengaruhi kecerahan atmosfir dan hembusan angin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu (>31 0C) di muara Sungai Kahayan tidak mengganggu struktur komunitas plankton dan makrobentos. Suhu air laut sangat berpengaruh terhadap kelimpahan biota laut (Carvalho dan Fernandes 2006). Hembusan angin yang terus menerus menyebabkan sirkulasi air laut dan pelepasan panas ke udara lebih cepat. Kondisi demikian menyebabkan suhu air di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan lebih dingin dibandingkan stasiun 2.

45

Salinitas

Salinitas air laut (18.53 ‰) di muara Katingan lebih tinggi dibandingkan muara Sungai

Kahayan (16.97 ‰). Salinitas (22.77 ‰) di wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan lebih

tinggi dibandingkan stasiun 1 (11.17 ‰). Salinitas (24.86 ‰) di wilayah stasiun 2 muara Sungai Katingan lebih tinggi dibandingkan stasiun 1 (12.19 ‰) (Gambar 8e). Salinitas air laut di muara Sungai Kahayan dan Katingan berada dalam kisaran ambang batas baku mutu air laut untuk pentingan biota laut (0-34 ‰) (Menteri Negara Lingkungan Hidup 2004). Salinitas air laut pada musim kemarau dan musim hujan di muara sungai Kahayan dan Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan musim hujan. Penyebaran biota laut di muara sungai berkaitan dengan salinitas. Menurut Shuhong (2006), penyebaran dan pola makan harian ikan dipengaruhi salinitas. Keragaman salinitas berperan penting bagi habitat pemijahan, pemeliharaan dan pembesaran anak ikan. Salinitas sangat berpengaruh terhadap struktur komunitas makrobentos (Bekmurzayev 1992) dan perkembangan anak ikan estuaria dan laut yang memijah di muara sungai (Bennett et al. 2002). Menurut Boltachev dan Valovaya (1974), salinitas berperan penting dalam aspek ekologis. Biota estuaria dapat berkembang pada salinitas 18-20 ‰ (Conides dan Glamuzina 2006). Salinitas yang paling cocok untuk peletakan telur biota laut lebih kecil dari 8 ‰ (Zhou dan

Yafen 2006). Molusca laut tidak toleran terhadap salinitas rendah (Rayner 1979).

Kandungan Oksigen Terlarut

Kandungan oksigen terlarut dalam air dipengaruhi suhu, difusi dan fotosintesis pada fitoplankton. Oksigen dalam air berperan penting bagi pernapasan sel organ tubuh biota laut. Kandungan oksigen terlarut (6.49 mg/l) di muara Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan (6.41 mg/l). Kandungan oksigen terlarut di wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan dan Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 1 (Gambar 8f). Hal demikian menunjukkan bahwa kandungan oksigen muara sungai Kahayan dan Katingan cukup tersedia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan oksigen dalam air laut di muara Sungai Kahayan dan Katingan lebih tinggi dibandingkan ambang batas baku mutu air laut untuk kepentingan biota laut (>5 mg/l) (Menteri Negara Lingkungan Hidup 2004). Hembusan angin dan gelombang laut berperan penting dalam proses difusi oksigen di udara dengan permukaan air laut. Tersedianya oksigen dalam air laut sangat berpengaruh terhadap kegiatan biota (Valverde at al. 2006).

46

Potensial Reduks dalam Air dan Sedimen

Hasil pengukuran potensial reduks dalam air laut (342 mV) di muara Sungai Katingan cenderung lebih tinggi dibandingkan muara Sungai Kahayan (328 mV). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa kimia yang terkandung dalam air laut dalam kondisi teroksidasi. Peristiwa oksidasi menyebabkan senyawa kimia yang terkandung dalam air laut melepaskan ion positif yang digunakan untuk mengikat oksigen, sehingga membentuk senyawa hidroksida yang bersifat basa (OH-). Hasil pengukuran potensial reduks dalam air laut (331 mV) di-

wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 2 (324 mV). Oksidasi kimia air laut (362 mV) di wilayah stasiun 1 muara Sungai Katingan

cenderung lebih tinggi dibandingkan stasiun 2 (321 mV) (Gambar 8g). Hal ini menunjukkan bahwa unsur atau senyawa kimia yang terkandung dalam air melepas ion dan diikat oleh unsur oksigen untuk membentuk senyawa hidroksida (OH-) yang bersifat basa. Hal ini menyebabkan pH perairan netral fan basa.

Senyawa kimia yang terkandung di dalam sedimen muara Sungai Kahayan dan

Katingan dalam kondisi tereduksi. Hasil pengukuran potensial reduks dalam sedimen (-76.71 mV) di muara Sungai Kahayan tidak berbeda nyata dibandingkan muara Sungai

Katingan (-47.00 mV). Potensial reduks dalam sedimen (-78.08 mV) di wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 1 (-75.33 mV). Potensial reduks dalam sedimen (-53.42 mV) di wilayah stasiun 1 muara Sungai Katingan tidak berbeda nyata dibandingkan stasiun 2 (-40.58 mV) (Gambar 8g). Hal ini menunjukkan bahwa senyawa kimia yang terkandung didalam sedimen melepaskan ion hidrogen (H+). Peristiwa pelepasan ion kimia dari dalam partikel sedimen menyebabkan senyawa kimia lepas ion dalam air. Peristiwa pengikatan dan pelepasan oksigen dan hidrogen ke dalam air menyebabkan sifat zat kimia dalam sedimen berubah. Perombakan bahan organik dalam sedimen menyebabkan pelepasan unsur atau senyawa kimia dalam air. Proses perombakan bahan organik dalam air dan sedimen melibatkan dua unsur hidrogen dan sulfur (H2S) yang bersifat asam dan toksik terhadap biota laut. Perombakan bahan organik dalam sedimen menyebabkan hidrogen terlepas ke dalam air interstisial dan diikat sulfur sehingga membentuk senyawa H2S. Peristiwa pelepasan ion H+ dalam air interstisial menyebabkan pH asam. Dalam poses pelepasan dan pengikatan unsur kimia menyebabkan unsur kimia lainnya melepas ikatan dan mengikat unsur lain yang yang

47

sesuai dengan pasangannya. Menurut Mallet et al. (2006), perombakan bahan organik oleh mikroba menyebabkan senyawa kimia terlepas ke dalam air dan membentuk senyawa yang bersifat asam. Hal ini berpengaruh terhadap perkembangan komunitas biota perairan.

pH Air dan Sedimen

Hasil pengukuran pH air laut (pH 7.26) di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan (pH 7.25). pH air laut (pH 7.27) di wilayah stasiun 1

muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 2 (pH 7.25). pH air (pH 7.27) di wilayah stasiun 2 muara Sungai Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan

stasiun 1 (pH 7.23) (Gambar 8h). Hal ini menunjukkan bahwa garam dalam air laut berfungsi sebagai larutan penyangga. Garam yang terkandung dalam air laut mengandung campuran asam dan basa lemah yang dapat mengatur pH air laut agar tetap basa. pH air laut di muara kedua sungai masih berada dalam kisaran ambang batas baku mutu air laut (pH 7-8) untuk kepentingan biota (Menteri Negara Lingkungan Hidup (2004). Hal ini menunjukkan bahwa air laut berperan penting dalam mengatur pH air sungai yang memasuki laut agar tetap netral dan basa. Padahal pH air sungai jauh lebih rendah (pH<5) dibandingkan air laut. Menurut Schnitzer (1997), Anwar dan Sudadi (2007), gambut mengandung senyawa humik dan fulvik yang bersifat asam. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pH air sungai. Namun setelah air sungai bercampur dengan air laut menyebabkan sifat berubah menjadi netral hingga basa (pH > 7).

Hasil pengukuran pH sedimen (pH 6.10) di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan (pH 6.03). pH sedimen (pH 6.11) di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 2 (pH 6.09). pH sedimen

(pH 6.12) di wilayah stasiun 1 muara Sungai Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan

stasiun 2 (pH 5.93) (Gambar 8h). Kegiatan mikroba anerobik dalam sedimen dapat menyebabkan pH lebih kecil dari 7. Biota laut umumnya sangat sensitif terhadap perubahan pH. Turunnya pH sedimen (pH< 7) sangat berpengaruh terhadap komunitas makrobentos.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan lingkungan perairan oleh kegiatan munusia di wilayah hulu menyebabkan kandungan padatan tersuspensi total dalam air meningkat, sedimen tereduksi, pH sedimen rendah dan pendangkalan muara sungai. Meningkatnya kandungan padatan tersuspensi total dalam air laut berpengaruh terhadap struktur komunitasfito-zooplankton.

48

Struktur Komunitas Plankton dan Makrobentos Kelimpahan dan Komposisi Fitoplankton

Hasil analisis kelimpahan dan komposisi individu genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan dan Katingan disajikan pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan individu genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan jauh lebih rendah dibandingkan muara Sungai Katingan. Komposisi genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan total padatan tersuspensi kurang berpengaruh terhadap kelimpahan dan komposisi individu genus fitoplankton menurun. Komposisi genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan. Hal demikian menunjukkan kandungan padatan tersuspensi total dan suhu air tidak menyebabkan kelimpahan individu genus dan komposisi genus fitoplankton menurun. Kelimpahan individu genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan lebih rendah dibandingkan muara Sungai Katingan.

Tabel 1 Kelimpahan dan komposisi individu genus fitoplankton (ind/l) di muara Sungai Kahayan dan Katingan

Kelimpahan dan komposisi

No Taksa St 1 St 2 Muara S. Kahayan

genus individu genus individu genus individu

Muara Sungai Kahayan

01 Bacillariophyceae 46 10 734 45 13 282 47 12 008 02 Dinopohyceae 16 1 469 15 1 031 16 1 250 03 Cyanophyceae 5 264 6 311 6 288 04 Chlorophyceae 5 89 4 91 5 90 05 Chrysophyceae 1 4 1 47 1 25 Kelimpahan genus (S) 73 - 71 - 75 -

Kelimpahan individu genus (ind/l) - 12 560 - 14 762 - 13 661

Muara Sungai Katingan

01 Bacillariophyceae 45 20 292 47 12 166 47 16 229 02 Dinopohyceae 16 1 412 16 845 16 1 128 03 Cyanophyceae 6 397 5 294 6 346 04 Chlorophyceae 4 148 5 131 5 139 05 Chrysophyceae 1 54 1 92 1 73 Kelimpahan genus (S) 72 - 74 - 75 -

Kelimpahan individu genus (ind/l) - 22 303 - 13 528 - 17 915

Hasil penelitian kelimpahan individu genus fitoplankton di wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan cenderung lebih tinggi dibandingkan wilayah stasiun 1, sedangkan kelimpahan individu genus fitoplankton di wilayah stasiun 1 muara Sungai Katingan lebih tinggi dibandingkan stasiun 1. Kondisi demikian menunjukkan bahwa suhu air di wilayah

49

stasiun 2 muara Sungai Kahayan dipengaruhi langsung oleh suhu laut, sedangkan suhu air wilayah stasiun 1 dipengaruhi oleh hembusan air laut. Suhu air tidak berpengaruh terhadap kelimpahan individu dan komposisi genus fitoplankton. Plankton pada umum mengikuti aliran air sungai dan laut ke muara Sungai Kahayan. Dalam perjalanannya aliran air sungai atau laut, sebagian fitoplankton mengalami kematian karena tidak dapat beradaptasi dengan salinitas. Kondisi demikian menyebabkan kelimpahan individu genus fitoplankton di- wilayah stasiun 1 jauh lebih rendah dibandingkan stasiun 2. Salinitas air laut di wilayah stasiun 1 muara Sungai Katingan jauh lebih tinggi dibandingkan muara Sungai Kahayan. Kondisi demikian terjadi karena muara Sungai Katingan jauh menjuruk ke laut terbuka dibandingkan muara Sungai Kahayan. Pertemuan air Sungai Katingan dan air laut di wilayah stasiun 1 menyebabkan kalimpahan individu genus fitoplankton jauh lebih tinggi dibandingkan stasiun 2.

Keanekaragaman, Penyebaran dan Dominansi Fitoplankton

Hasil analisis keanekaragaman, penyebaran dan dominansi individu genus fito-plankton di muara Sungai Kahayan dan Katingan disajikan pada Tabel 2. Keanekaragaman individu genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan dan Katingan relatif tinggi dengan penyebaran kurang merata dan tidak didominansi individu genus Coscinodiscus dan

Biddulphia (Lampiran 3). Keanekaragaman, penyebaran dan dominansi individu genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan. Hal demikian menunjukkan bahwa kandungan total padatan tersuspensi, suhu air laut dan salinitas di muara Sungai Kahayan dan Katingan tidak mengganggu keaneka-

Tabel 2 Keanekaragam (H’), penyebaran (E), dominansi (D) individu genus fitoplankton di muara Sungai Kahayan dan Katingan

No. Deskripsi Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

01 Kelimpahan individu genus (N) (ind/l) 13 661 17 915

02 Kelimpahan genus (S) 75 75

03 Keanekaragaman individu genus (H’) 3.58 3.33

04 Penyebaran individu genus (E) 0.58 0.54

05 Dominansi individu genus (D) 0.22 0.26

Stasiun

St 1 St 2 St 1 St 2

01 Kelimpahan individu genus (N) ind/l 12 560 14 762 22 303 13 528

02 Kelimpahan genus (S) 73 71 72 74

03 Keanekaragaman individu genus (H’) 3.25 3.35 2.99 3.32

04 Penyebaran individu genus (E) 0.53 0.54 0.48 0.55

50

ragaman, kemerataan penyebaran, dominansi individu genus fitoplankton. Keaneka-ragaman individu genus fitoplankton di wilayah stasiun 1 dan 2 relatif tinggi dengan penyebaran merata dan tidak didominansi individu genus Biddulphia dan Coscinodiscus

(Lampiran 2). Kandungan padatan tersuspensi total, suhu dan salinitas tidak banyak berpengaruh terhadap keanekaragaman, kemerataan penyebaran, dominansi individu genus fitoplankton di wilayah stasiun 1 dan 2 muara Sungai Kahayan serta Katingan. Keanekaragaman, kemerataan penyebaran dan dominansi individu genus fitoplankton di- wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan dan Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedalaman air laut, kecepatan arus, kandunganpadatan tersuspensi, suhu air dan salinitas tidak mengganggu keanekaragaman, penyebaran dan dominansi individu genus fitoplankton. Menurut Kerrison et al. (1988), perubahan struktur komunitas plankton dapat digunakan sebagai indikator pencemaran lingkungan. Kelimpahan plankton dapat digunakan sebagai indikator pencemaran (Davis 1978).

Kelimpahan dan Komposisi Zooplankton

Kelimpahan individu dan komposisi genus zooplankton di muara Sungai Kahayan serta Katingan disajikan pada Tabel 3. Kelimpahan individu genus zooplankton di muara Sungai Kahayan lebih tinggi dibandingkan muara Sungai Katingan. Komposisi genus zooplankton di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi total, suhu air laut di muara Sungai Kahayan tidak berpengaruh terhadap kelimpahan individu dan komposisi genus fitoplankton. Namun kandungan padatan tersuspensi total di muara Sungai Katingan mulai berpengaruh terhadap kelimpahan individu genus fitoplankton. Hal demikian terpantau dari kelimpahan individu genus fitoplankton.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelimpahan individu genus zooplankton di- wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan dan Katingan lebih rendah dibandingkan stasiun 2. Hal ini menunjukkan bahwa salinitas sangat berpengaruh terhadap kelimpahan individu genus zooplankton. Menurut Neale dan Bayly (1974), salinitas sangat berpengaruh terhadap kelimpahan individu genus zooplankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salinitas di wilayah stasiun 1 yang lebih rendah dibanding stasiun 2 muara Sungai Kahayan dan Katingan. Zooplankton yang ditemukan di wilayah stasiun 2 muara Sungai Kahayan

51

Tabel 3 Kelimpahan dan komposisi individu genus zooplankton (ind/l) di muara Sungai Kahayan dan Katingan

Kelimpahan dan komposisi

Taksa St 1 St 2 Muara S. Kahayan

genus individu genus individu genus individu

Muara Sungai Kahayan

01 Ciliata (Protozoa) 14 3 724 13 3 952 14 3 838 02 Sarcodina 12 856 12 6 736 12 3 796 03 Hydrozoa (Coelentrata) 10 172 10 1 708 11 940 04 Crustacea 8 290 7 276 8 283 05 Scyphomedusae 2 46 2 36 2 41 06 Urocordata (Tunicata) 2 30 2 40 2 35 07 Rotatoria 1 24 1 18 1 21 08 Tentaculata 1 20 1 14 1 17 09 Sagittoidea 1 4 1 1 1 3 Kelimpahan genus (S) 51 - 49 - 52 -

Kelimpahan individu genus (ind/l) - 5 166 - 12 781 - 8 974

Muara Sungai Katingan

01 Ciliata (Protozoa) 14 3 492 14 3 788 14 3 640 02 Sarcodina 12 674 12 2 310 12 1 492 03 Hydrozoa (Coelentrata) 9 264 11 334 11 299 04 Crustacea 8 238 7 482 8 360 05 Scyphomedusae 2 40 2 66 2 53 06 Urocordata (Tunicata) 2 32 2 94 2 63 07 Rotatoria 1 42 1 40 1 41 08 Tentaculata 1 12 1 46 1 29 09 Sagittoidea 1 8 1 8 1 8 10 Holothuidea 1 12 - - 1 6 Kelimpahan genus (S) 51 - 51 - 53 -

Kelimpahan individu genus (ind/l) - 4 814 - 7 168 - 5 991

dan Katingan termasuk zooplankton laut murni, sedangkan di wilayah stasiun 1 sebagian zooplankton air tawar. Hal demikian menunjukkan bahwa zooplankton laut kebenyakan tidak toleran terhadap salinitas rendah seperti di wilayah stasiun 1. Zooplankton air tawar yang terbawa aliran air sungai ke muara tidak dapat hidup lebih lama karena pengaruh salinitas yang lebih tinggi. Komposisi genus zooplankton di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan dan Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan stasiun 2. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan padatan tersuspensi total, suhu air dan salinitas tidah menyebabkan perubahan komposisi genus zooplankton. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa

kelimpahan individu dan komposisi genus fitoplankton lebih tinggi dibandingkan zooplankton (Tabel 1, 3). Hal ini menunjukkan bahwa salinitas air di muara sungai yang lebih rendah

menyebabkan kelimpahan individu dan komposisi genus zooplankton jauh lebih rendah dibandingkan fitoplankton.

52

Keanekaragaman, Penyebaran dan Dominansi Zooplankton

Hasil analisis keanekaragaman, penyebaran, dominansi individu genus zooplankton di muara Sungai Kahayan dan Katingan disajikan pada Tabel 4. Keanekaragaman, kemerataan penyebaran dan dominansi individu genus zooplankton di muara Sungai Kahayan serta Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai Katingan. Keanekaragaman individu genus zooplakton di wilayah muara Sungai Kahayan dan Katingan relatif tinggi dengan penyebaran merata dan tidak didominansi individu genus

Hexacontium dan Tintinnopsis (muara Sungai Kahayan); Prorodon, Globigerina dan

Tintinnopsis (muara Sungai Katingan) (Lampiran 5). Keanekaragaman individu genus zooplankton di wilayah stasiun 1 muara Sungai Kahayan dan Katingan tidak jauh berbeda dibandingkan Stasiun 2. Keanekaragaman individu genus zooplankton d wilayah stasiun 1 dan 2 muara Sungai Kahayan dan Katingan relatif tinggi dengan penyebaran merata dan tidak didominansi individu genus Tintinnopsis (stasiun 1), Hexacontium dan Tintinnopsis (stasiun 2 muara Sungai Kahayan); Hexacontium dan Tintinnopsis (stasiun 1 dan 2 muara Sungai Katingan) (Lampiran 4). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan total padatan tersuspensi, suhu air dan salinitas tidak mengganggu keanekaragaman, kemerataan penyebaran dan dominansi individu genus zooplankton dikemukakan di atas.

Tabel 4 Keanekaragaman (H’), penyebaran (E), dominansi (D) individu genus zooplankton di muara Kahayan dan Katingan

No Deskripsi Muara S. Kahayan Muara S. Katingan

01 Kelimpahan individu genus (N) (ind/l) 8 974 5 991

02 Kelimpahan genus (S) 51 53

03 Keanekaragaman individu genus (H’) 3.78 3.83

04 Penyebaran individu genus (E) 0.66 0.67

05 Domnansi individu genus (D) 0.15 0.06

Stasiun

St 1 St 2 St 1 St 2

01 Kelimpahan individu genus (N) ind/l 5 166 12 781 4 814 7 168

02 Kelimpahan genus (S) 51 49 51 51

03 Keanekaragaman individu genus (H’) 3.74 3.28 3.82 4.21

04 Penyebaran individu genus (E) 0.86 0.58 0.67 0.74

05 Dominansi individu genus (D) 0.14 0.24 0.14 0.10

Kelimpahan dan Komposisi Makrobentos

Hasil analisis kelimpahan individu dan komposisi genus makrobentos di muara Sungai Kahayan serta Katingan disajikan pada Tabel 5. Kelimpahan individu genus makrobentos di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda dibandingkan muara Sungai

53

Katingan. Komposisi genus makrobentos di muara Sungai Kahayan tidak jauh berbeda

Dokumen terkait