• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Observasi Lapang

Hasil observasi lapang memperlihatkan pola tata ruang rumah tinggal tradisional Sunda pada kedua kampung adat Sunda dan satu kampung budaya Sunda dengan pola yang relatif sama. Pada umumnya tata ruang rumah tinggal tradisional masyarakat Sunda terdiri atas halaman dan rumah. Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya jumlah masyarakat setiap tahunnya mengakibatkan lingkungan desa atau area pemukiman semakin padat, sehingga tanah yang semula difungsikan sebagai halaman rumah beralih menjadi lahan-lahan terbangun.

29 Orientasi arah rumah tinggal tradisional Sunda umumnya mengikuti arah utara atau selatan. Akan tetapi, orientasi arah pembangunan rumah tinggal di Kampung Budaya Sindang Barang tidak seluruhnya mengarah utara-selatan, tetapi mengikuti jalan di depannya.

Batas rumah antara ketiga kampung tradisional ini memiliki perbedaan, pada rumah tinggal Kampung Naga masyarakat memiliki pagar yang terbentuk dari pagar hidup (tanaman) atau tidak ada batas yang nyata, sedangkan pada masyarakat Kampung Adat Urug banyak menggunakan bambu, dinding bata atau besi. Gerbang pada rumah tinggal masyarakat Kampung Naga umumnya tidak ada, sedangkan pada rumah tinggal masyarakat Kampung Urug terlihat jelas dengan ditandainya pemasangan pintu masuk (Tabel 6).Sirkulasi pada ketiga wilayah umumnya sama yaitu terlihat lurus menuju pintu masuk rumah. Terdapat tangga rumah tepat di depan pintu masuk. Sirkulasi yang ditunjukkan yaitu lurus dari gerbang menuju pintu masuk rumah.

Tabel 6 Perbandingan komponen tata ruang rumah masyarakat Sunda Kampung Adat Naga Kampung Adat Urug Kampung Budaya Sindang Barang 1 Orientasi ruang utara-selatan utara-selatan utara-selatan atau

mengikuti jalan 2

3 4

5 lurus dengan pintu

rumah 6

7

8 Kolam ikan (balong)

ada, jauh dengan rumah

ada, jauh atau dekat dengan rumah

ada, jauh dengan rumah

9 Kamar mandi (tampian)

ada, jauh dengan rumah

ada, jauh atau dekat dengan rumah

ada, dekat dengan rumah

ada, jauh atau dekat dengan rumah

ada, jauh atau dekat dengan rumah

ada, jauh dengan rumah

Lumbung padi

(leuit)

ada, jauh dengan rumah

ada, jauh dengan rumah

ada, jauh dengan rumah

Tempat menumbuk padi (saung lisung)

lurus dengan pintu rumah

lurus dengan pintu rumah atau Halaman sempit luas atau sempit Sirkulasi utama

No.

luas atau sempit Komponen dan

Elemen Tata Ruang

ada, tidak

konsisten, ada yang berpagar tanaman ada juga yang tidak

ada, terbentuk dari pagar dinding, besi, dan bambu tidak ada, atau

terbuat dari bambu

ada, terbuat dari bambu, dan besi Batas tapak

Pagar dan gerbang

Wilayah

ada, tidak konsisten, ada yang berpagar tanaman ada juga yang tidak

tidak ada, atau terbuat dari bambu

Perbedaan pada rumah tinggal di ketiga wilayah tersebut juga dapat dilihat dari bentuk arsitektur atap dan bahan (material) pembentuknya. Pemakaian bahan (material) pada rumah tinggal masyarakat kampung adat pada umumnya menggunakan kayu dan bambu. Hal ini dilatarbelakangi kemudahan mencari kayu

30

dan bambu di sekitarnya yang masih dilestarikan dengan baik. Sedangkan pada Kampung Adat Urug, sudah banyak masyarakat beralih menggunakan tembok dan atap genting. Hal ini disebabkan oleh pengaruh modernisasi dari luar dan tidak adanya aturan adat setempat yang mengikat.

Rumah tradisional Sunda memperlihatkan konsep natural atau kembali ke alam yang menempatkan unsur alam sebagai konsep dasar pada arsitekturnya. Bagi masyarakat Sunda, alam merupakan sebuah potensi atau kekuatan yang harus dihormati serta dimanfaatkan secara tepat didalam kehidupan sehari-hari.Bentuk arsitektur rumah Sunda berbentuk panggung dengan ketinggian yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan. Bahan bangunan yang digunakan berupa bahan alami, seperti kayu, ijuk, bambu, batu, maupun tanah.

Pada Kampung Naga dan Kampung Sindang Barang,saung lisung atau tempat menumbuk padi diletakan agak jauh dengan rumah karena status kepemilikannya bersama-sama. Tetapi, pada Kampung Adat Urug, terdapat beberapa rumah yang meletakan saung lisung di belakang rumah dengan status kepemilikan pribadi. Leuit atau lumbung padi diletakan tidak jauh dari rumah agar tetap terpantau dengan baik. Halaman terlihat relatif sempit pada rumah-rumah masyarakat di ketiga kampung tradisional. Hampir disetiap rumah tinggal masyarakat tradisional memiliki kandang ayam yang letaknya di belakang atau di bawah (kolong) rumah. Di halaman samping ditemukan tanaman yang sengaja ditanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti tanaman rempah-rempah dan obat-obatan tradisional.

Orientasi Arah Hadap

Bagi masyarakat Sunda, orientasi arah harap memiliki makna dan peranan penting khususnya dalam segi arsitektur dan budaya Sunda. Orientasi arah hadap rumah tinggal tradisional Sunda pada umumnya mengarah ke utara atau selatan, dengan letak pintu yang saling berhadapan. Hal ini dilakukan untuk mengikat kekerabatan antar tetangga. Pada Kampung Naga, semua rumah menghadap ke utara atau selatan, dengan arah atap menghadap timur dan barat. Akan tetapi tidak semua masyarakat Sunda mengaplikasikannya, adapula rumah masyarakat yang menghadap mengikuti jalan dan menyesuaikan kondisi alam seperti di Kampung Budaya Sindang Barang.

Batas Tapak

Rumah tinggal masyarakat tradisional Sunda identik berkumpul dengan jarak rumah yang berdekatan pada suatu area perkampungan. Batas tapak berupa pagar yang dibuat dari penanaman tanaman atau pagar bambu. Tanaman yang difungsikan sebagai pagar untuk batas rumah tinggal masyarakat Sunda dominan menggunakan tanaman yang dapat dipangkas dan tanaman rempah-rempah. Untuk skala kampung, area pemukiman dikelilingi pembatas berupa pagar bambu yang dirangkai dengan penambahan tanaman hanjuang merah (Cordyline sp.) sebagai penanda yang disebut kandang jaga (Gambar 16).

31

Gambar 16 Pagar bambu dan tanaman hanjuang sebagai batas area pemukiman

Sirkulasi

Sirkulasi yang ditunjukan dari gerbang menuju pintu rumah membentuk garis lurus (Gambar 17). Apabila dilihat secara interior bangunan rumah tinggal, sirkulasi membentuk garis lurus dengan posisi pintu utama sejajar dengan pintu menuju ruang lainnya sampai ruang bagian belakang rumah. Ruang-ruang utama terdiri atas ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang dapur yang dipisahkan oleh dinding. Sirkulasi samping pada rumah tinggal masyarakat Kampung Urug hanya berfungsi sebagai sirkulasi alternatif yang menghubungkan ke halaman samping dan belakang. Pada rumah tinggal Kampung Naga, pintu dapur diletakan di depan rumah, di samping pintu masuk menuju tepas, sehingga apabila terlihat dari depan, rumah ini memiliki dua pintu.

32

Rumah (bumi)

Rumah tradisional Sunda pada umumnya memiliki bentuk persegi panjang yang simetris, baik memanjang kesamping ataupun memanjang ke belakang. Rumah dibagi menjadi tiga ruang penting yaitu ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. Ruang depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Ruang ini berwujud teras atau disebut juga tepas atau emper. Biasanya, area ini dibiarkan kosong tanpa furniture.

Tepas digunakan sebagai ruang menerima tamu dan bersantai. Tepas

terletak di rumah bagian depan. Pada rumah tinggal di Kampung Urug dan Kampung Sindang Barang, tepas terletak di luar bangunan, dan pada rumah tinggal Kampung Naga, tepas terletak di dalam bangunan rumah sehingga tangga rumah (golodog) menjadi pengganti penghubung rumah dengan halaman depan (Gambar 18).

Ruang tengah terdiri dari ruang keluarga dan kamar tidur yang biasa disebut

pangkeng atau enggon. Ruangan ini biasanya terdiri dari 2 kamar tidur. Dan yang terakhir adalah ruang belakang, ruangan ini berfungsi sebagai tempat untuk memasak, menyimpan bahan makanan dan bahan hasil bumi. Pada rumah tradisional Sunda, ruang belakang hanya terdiri atas ruang dapur (pawon) dan

goah. Tidak ada kamar mandi atau toilet dalam tata ruang rumah Kampung Naga dan Kampung Urug. Aktivitas mandi biasanya dilakukan di luar rumah ataupun di sungai.

Gambar 18 Terdapat tangga (golodog) di depan rumah

Pada rumah tinggal tradisional Sunda, terdapat pondasi rumah yang terbuat dari batu yang diekspos. Sehingga bangunan rumah tidak langgsung menempel dengan tanah (Gambar 19). Pondasi ini disebut tatapakan. Tatapakan terdiri dari dua jenis, yaitu tatapakanjangkung dan tatapakanbuleud (Padma et al. 2001).Pada satu rumah tinggal, tatapakan terdiri dari 5 tititk di sisi panjang rumah, dan 4 titik di sisi pendek (lebar) rumah.

33

Gambar 19 Bentuk rumah tradisional Sunda

Menurut Anwar dan Nugraha (2013), bentuk atap atau suhunan rumah masyarakat Sunda memiliki filosofi yang ditunjukan untuk menghormati alam diseklilingnya. Bentuk atap rumah yang ditemukan pada ketiga kampung tradisional ini pada umumnya menggunakan bentuk jolopong, bentuk ini adalah rumah atau bangunan yang memiliki suhunan yang sama panjangnya di kedua bidang atap yang sejajar.Masyarakat Sunda tidak menggunakan paku besi di setiap bangunannya. Sebagai gantinya, mereka menggunakan pasak yang berasal dari bambu, kayu, tali ijuk, atau bahkan serabut kelapa sebagai pengikat antar tiang. Sementara di bagian atas rumah, masyarakat Sunda menggunakan ijuk dan daun kelapa sebagai atap.Hal ini dapat di lihat pada semua bangunan rumah di Kampung Naga, Kampung Sindang Barang dan beberapa rumah di Kampung Urug. Karena sebagian masyarakat Kampung Urug sudah beralih menggunakan material genting.

Bagian dinding pada rumah tradisional Sunda terbuat dari bilik bambu. Untuk lantai rumah, masyarakat menggunakan lantai bambu (palupuh), hal ini dilakukan agar lantai tetap kering karena palupuh memiliki sekat-sekat yang cukup sehingga air tidak menyerap dan tidak cepat lapuk. Bagian pintu dapat saling berhadapan atau menghadap ke arah ruang keluarga. Pintu dan jendela memiliki ukuran yang tidak terlalu besar .

Rumah tinggal di Kampung Sindang Barang

34

Halaman

Pada rumah tinggal masyarakat Sunda umumnya terdapat halaman depan, samping dan belakang. Halaman digunakan untuk menanam tanaman obat, bumbu dapur, sayur-sayuran, dan tanaman buah. Masyarakat menggunakan halaman belakang untuk berternak. Hewan yang diternak dekat dengan rumah biasanya dibuatkan kandang di bawah rumah (kolong) atau dekat dengan dapur dan ada yang dibiarkan lepas. Kandang ayam yang di letakan di kolong rumah bertujuan agar rayap pemakan kayu dapat dijadikan makanan ayam, sehingga rumah tetap kuat dan tidak cepat lapuk. Pada halaman depan, lahan dibiarkan terbuka dengan hamparan tanah atau rumput dengan tanaman pagar dibagian sisi. Tidak semua rumah masyarakat Sunda pada ketiga kampung ini memiliki halaman samping karena dipergunakan sebagai sirkulasi penghubung dengan tetangga. Pada halaman rumah tradisional terdapat elemen-eleman pembentuk seperti lumbung padi (leuit), tempat menumbuk padi (saung lisung), kolam (balong), kamar mandi (tampian), kandang ayam, dan tanaman.

Lumbung Padi (Leuit)

Leuit adalah bangunan yang digunakan oleh masyarakat tradisional Sunda sebagai tempat penyimpanan beras dalam jangka waktu yang panjang (Depdikbud 1982). Pada perkampungan adat, leuit diletakan berkumpul pada satu daerah yang telah ditentukan atau tersebar dekat dengan rumah pemiliknya seperti di kampung Urug. Kepemilikan leuit terdiri dari kepemilikan pribadi dan kepemilikan bersama. Posisi pintu leuit berada di atas dan pada umumnya menghadap utara. Bangunan leuit terlihat lebih kecil dibandingkan dengan bangunan lainnya.Bentuk lumbung padi seperti rumah dengan ukuran yang lebih kecil (Anwar dan Nugraha 2013). Elemen dan material leuit sama dengan rumah, akan tetapi ukurannya lebih kecil dan sempit (Gambar 20).

35

Tempat Menumbuk Padi (Saung Lisung)

Lisung adalah alat yang digunakan untuk menumbuk padi. Benda ini berfungsi memisahkan beras dengan kulit padi (gabah padi). Saung lisung adalah tempat untuk menyimpanlisung. Umumnyasaung lisungdibuat secara terpisah dengan lingkungan rumah, namunbeberapa dibangun menyatu dengan lingkungan rumah. Pada Kampung Naga dan Kampung Sindang Barang, saung lisung

digunakan bersama dan diletakan jauh dari rumah. Sedangkan pada wilayah Kampung Urug, saung lisung diletakan di belakang dekat dapur dan sebagian menyatu dengan bangunan rumah (Gambar 21). Hal ini dilakukan agar kulit berasyang telah ditumbuk tidak tersebar dan masuk kedalam rumah.

Gambar 21 Saung lisung

Kolam (balong)

Pada masyarakat Sunda, kolam (balong) terbuat dari tanah yang dibentuk persegi panjang. Balong adalah tempat menyimpan dan berternak ikan. Hal ini dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (konsumsi). Akan tetapi, tidak sedikit dari masyarakat yang mengembangbiakan ikan untuk keperluan ekonomi.Jenis ikan yang biasa dipelihara oleh masyarakat adalah bujair, bawal, nila dan jenis ikan lainnya yang tidak terlalu rentan terhadap perubahan air (Depdikbud 1982).

Pada Kampung Naga, kolam diletakan terpisah dari halaman rumah atau area pemukiman. Sedangkan pada Kampung Urug, kolam diletakan di samping atau belakang rumah (Gambar 22). Masyarakat biasanya meletakan kamar mandi (tampian) atau jamban di atas kolam. Kolam diletakan pada tanah yang posisinya di bawah dekat dengan susukan atau sungai.

36

Gambar 22 Kolam dan tampian pada halaman rumah tradisional Sunda

Tanaman

Penanaman tanaman di sekitar rumah tinggal dilakukan di halaman depan, samping, dan belakang. Tanaman pohon yang tumbuh di sekitar halaman memiliki ciri fisik bentuk tajuk yaitu bulat, oval, dan spread. Tanaman dengan tekstur halus seperti teh-tehan difungsikan sebagai pagar hidup. Warna daun tanaman yang ditanam di halaman umumnya berwarna hijau. Pemilihan warna tanaman selain warna hijau ditujukan untuk memberikan aksen (Gambar 23).

Bunga kaca piring Bunga mawar Bunga kenanga Gambar 23Tanaman pemberi aksen dan aroma

Tanaman yang memiliki tajuk bulat dan spread di halaman depan atau samping berfungsi sebagai tanaman peneduh dan penghias rumah yang dapat menghasilkan buah. Tanaman lain yang ditanam di halaman depan adalah rumput dan semak, sehingga tanaman tidak menutup arang pandang penghuni ke arah depan. Penanaman tanaman di halaman samping lebih ditujukan untuk tanaman obat-obatan, bumbu dapur, dan tanaman berbuah. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat.

37 Pada rumah tinggal masyarakat Sunda terdapat tiga tanaman yang sering ditemukan di wilayah Sunda, yaitu hanjuang, mawar, dan honje. Tanaman tersebut ditemukan di ketiga kampung Sunda. Hanjuang biasanya difungsikan sebagai tanaman pembatas dan pagar hidup. Rose sebagai aksen dan tanaman aromatik, sedangkan honje digunakan sebagai tanaman obat dan rempah-rempah.Selain itu, tanaman-tanaman tersebut ditanam dengan latar belakang kepercayaan masyarakat setempat dan dipakai pada upacara-upacara adat, tanaman tersebut biasanya ditempatkan di halaman depan.

Sirih merupakan tanaman yang hanya ditanam pada wilayah tertentu saja di sekitar halaman rumah tinggal masyarakat Sunda. Oleh karena itu, tanaman tersebut tidak dapat mencirikan kekhasan tanaman yang ditanam di sekitar halaman rumah. Tetapi, sirih memiliki makna khusus bagi masyarakat Sunda yaitu reureuh atau istirahat. Pada umumnya, masyarakat yang menanam tanaman sirih di halaman depan mempercayai kekuatan penolak bala dari tanaman ini, sehingga dinilai sakral oleh masyarakat setempat.

Penanaman tanaman di lingkungan masyarakat rumah tinggal terdiri dari macam-macam tanaman, hal ini dapat di lihat pada Tabel 7. Tanaman yang tergolong obat-obatan dan dapat dimanfaatkan buahnya yaitu jambu batu, mangga, jeruk, durian, dan sukun (Gambar 24).

Gambar 24 Tanaman penghasil buah pada lingkungan rumah tinggal Tanaman-tanaman tersebut biasanya ditanam di halaman belakang atau samping. Tanaman yang berfungsi sebagai penghasil aroma (aromatic plant) biasanya ditempatkan di halaman depan rumah tinggal masyarakat yaitu kaca piring, mawar, dan cempaka. Tanaman-tanaman yang memiliki warna digunakan sebagai aksen. Selain itu, masih banyak tanaman yang terdapat dilingkungan rumah tinggal yang memiliki fungsi dan peranan masing-masing seperti yang tercantum pada Tabel 7.

38

Tabel 7 Penanaman tanaman di lingkungan rumah tinggal masyarakat Sunda

Kampung Naga Kampung Urug Kampung Sindang Barang

1 Hanjuang ˅ ˅ ˅ pengarah, pagar hidup

(Cordyline sp.)

2 Puring ˅ ˅ pengarah, pagar hidup

(Codiaeum variegatum)

3 Mangga ˅ ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Mangifera indica)

4 Teh-tehan ˅ ˅ ˅ pembatas, berbuah

(Acalypha macrophylla)

5 Sukun ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Artocarpus heterophyllus)

6 Melinjo ˅ ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Gnetum gnemon)

7 Kelapa ˅ ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Cocos nucifera)

8 Mawar ˅ ˅ ˅ aromatik, display

(Rosa sp.)

9 Cempaka ˅ ˅ ˅ aromatik, display

(Michelia champaca)

10 Kaca piring ˅ ˅ ˅ aromatik, display

(Gardenia Jasminoides)

11 Kenanga ˅ ˅ ˅ aromatik, display

(Cananga odorata)

12 Belimbing ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Averrhoa carambola)

13 Pisang ˅ ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Banana sp.)

14 Honje ˅ ˅ ˅ obat, akar

(Etlingera elatior)

15 Durian ˅ ˅ ˅ peneduh, berbuah

(Durio zibethinus)

16 Nanas ˅ ˅ display, berbuah

(Ananas comosus)

17 Sirih ˅ penangkal, dedaunan

(Piper betle)

18 Rambutan ˅ ˅ ˅ penaung, berbuah

(Nephelium lappaceum)

19 Jambu Biji ˅ ˅ ˅ penaung, berbuah

(Psidium guajava)

20Tanjung ˅ ˅ aromatik, penaung

(Mimusops elengi) Jenis Tanaman No. Keberadaan Tanaman Fungsi Hasil Wawancara

Komponen-komponen rumah tinggal tradisional masyarakat Sunda memiliki karakter yang menjadi simbol yang mengandung arti dan penjelasan khusus didalamnya, hal ini telah dipaparkan oleh para sejarawan dan budayawan Sunda. Hasil wawancara dengan narasumber berkaitan dengan tata ruang dan

39 elemen pembentuk taman rumah tinggal tradisional masyarakat Sunda dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Komponen rumah tinggal Sunda menurut narasumber

Rumah tinggal tradisional Perkampungan Adat Batas tapak rumah tradisional Sunda tidak memiliki

batas yang nyata dengan rumah tinggal tetangga, terkadang dibatasi oleh pagar hidup (tanaman)¹

tidak ada pembatas antara rumah tinggal, tetapi daerah pemukiman diberi pembatas pagar bambu yang disebut kandang jaga²

Arsitektur bangunan

konsep rumah diadaptasi dari kosmologi Sunda³

konsep arsitektur natural (alam)²

Ruang tata ruang rumah tinggal berbentuk persegi panjang dengan pembagian tiga ruang yang terdiri dari daerah feminim, daerah maskulin, dan daerah netral²

tata ruang perkampungan adat terbagi menjadi 2 daerah, yaitu daerah bersih (kering) dan daerah kotor (basah)΀

Halaman rumah tinggal tradisional memiliki halaman yang cukup luas, terbagi atas halaman depan, pinggir, dan belakang¹

cenderung tidak memiliki halaman rumah karena jarak antara rumah berdekatan΂

Tanaman jenis tanaman yang ditanam di halaman rumah memiliki manfaat bagi

penghuninya, seperti keperluan dapur, upacara adat, dan peneduh΁

tanaman ditanam di daerah kebon yang terpisah dengan area pemukiman, tanaman yang ditanam adalah tanaman keperluan rumah tangga, dan adat΃ Sirkulasi lurus΃ menyesuaikan kondisi sekitar΄

tradisi saweran dalam upacara pernikahan¹

upacara adat seperti panen hajat΁ tradisi Tenot΁

sirkulasi yang lurus menandakan hati tulus΃

Simbol

Uraian Pendapat Narasumber Komponen

Rumah Tinggal

Aktivitas

susunan rumah yang di ibaratkan sebagai tubuh manusia²

tanaman yang memiliki aroma menandakan keberkahan bagi penghuninya΁

Keterangan :

1) Mamat Sasmita (Budayawan, Pemilik perpustakaan buku Sunda) 2) Tatang (Pengurus, Pemandu Kampung Adat Naga)

3) Undang Ahmad Darsa (Budayawan Sunda) 4) Ayo (Pengurus, Pemandu Kampung Adat Naga)

5) Ukat (Pengurus, Kokolot Kampung Budaya Sindang Barang) 6) Maki (Ketua Adat Kampung Budaya Sindang Barang) 7) Ukat Raja Aya (Ketua Adat Kampung Adat Urug) 8) Muhamad Asep (Budayawan, Ketua Iket Sunda)

40

Tata Ruang Rumah Tinggal dan Elemen Taman

Tata ruang rumah tinggal tradisional masyarakat Sunda terdiri atas rumah dan halaman (Gambar 25). Halaman difungsikan sebagai tempat menanam tanaman dan tempat berinteraksi, sedangkan rumah difungsikan sebagai tempat penghuni berlindung dari cuaca alam dan tempat bersosialisasi antar anggota keluarga. Secara fungsi, halaman dikategorikan sebagai ruang publik, dimana orang lain dapat mengakses masuk tanpa izin terlebih dahulu, sedangkan ruang privat dimaksudkan sebagai ruang yang hanya dapat diakses dan tempat berinteraksi pemiliknya, sehingga rumah termasuk ke dalam ruang privat (Booth 1988).

Gambar 25 Pembagian halaman rumah tradisional Sunda

Elemen-elemen pembentuk pada taman rumah tinggal masyarakat Sunda meliputi lumbung padi (leuit), tempat menumbuk padi (saung lisung), kolam (balong), kamar mandi (tampian), lampu taman (obor), tanaman, kandang ayam, dan tempat penyimpanan suluh. Komponen-komponen tersebut ada untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan masyarakat, baik kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan upacara adat. Peletakan komponen memiliki makna dan filosofi kesundaan yang dapat dikaitkan dengan fungsi dan kepercayaan masyarakat setempat.

Orientasi Arah Hadap

Orientasi arah hadap rumah tinggal tradisional Sunda mengarah ke utara atau selatan, hal ini dikarenakan kepercayaan masyarakat terhadap Warugan Lemah dan itung-itungan Sunda yang menerangkan dan membagi tanah yang baik dan tanah yang buruk untuk tempat tinggal. Arah hadap utara atau selatan yang melambangkan Dewa Sang Hyang sebagai simbol pemelihara. Masyarakat percaya bahwa perlambangan ini mengisyaratkan rumah yang menghadap utara atau selatan akan membawa kebahagiaan dan ketentraman hidup bagi penghuninya. Namun diluar hal itu, bila dikaitkan dengan kondisi alam, posisi rumah yang menghadap ke utara dan selatan sangat baik untuk memudahkan arah cahaya matahari yang masuk kerumah, begitupun dengan arah angin yang datang. Hal ini diperhatikan untuk menjaga kesehatan penghuninya.

41 Selain menghadap utara dan selatan, sebagian rumah masyarakat Sunda menghadap sesuai kondisi alam atau mengikuti jalan dan sungai besar. Kondisi ini dilakukan untuk memudahkan akses masyarakat.

Batas Tapak

Pada masyarakat Sunda, pagar digunakan sebagai pembatas atau petanda. Bagian pagar pada rumah tradisional Sunda berupa potongan bambu yang dirangkai atau berupa pagar hidup yang tersusun dari beberapa macam tanaman seperti teh-tehan. Pagar pada rumah tinggal tradisional menggunakan bahan bambu yang dipotong. selain itu, masyarakat menanam hanjuang merah yang di tanam mengelilingi rumah. Tanaman-tanaman tersebut dipilih karena kemudahan dalam tumbuh dan perbanyakan. Konsep penanaman tanaman pagar ini dapat dilihat pada Kampung Naga dan Kampung Sindang Barang. Sedangkan karakter masyarakat di Kampung Urug menunjukkan variasi yang tinggi. Terdapat bermacam-macam penggunaan bahan pagar seperti tembok, besi dan bambu. Hal ini disebabkan kebebasan masyarakat dalam memilih material tanpa terikat aturan adat. Masyarakat Sunda percaya bahwa pintu gerbang digambarkan sebagai pintu masuk kosmos (alam semesta).

Sirkulasi

Sirkulasi rumah tinggal masyarakat Sunda menghubungkan fungsi masing-masing ruang. Sirkulasi yang ditunjukkan menerus dari pintu gerbang menuju

Dokumen terkait