• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam dokumen KONSERVASI TANAH DAN AIR (1) (Halaman 53-65)

Konservasi Tanah

Salah satu faktor yang cukup penting dan peranannya sangat besar dalam usaha perkebunan kelapa sawit adalah kondisi sumberdaya lahannya. Keadaan tanah kebun inti I (Kampar) khususnya afdeling OS dijelaskan pada Lampiran 8, sebagian besar terdiri dari tanah mineral podsolik merah kuning (48,1%), tanah berpasir (33,6%) dan tanah gambut (17,5%). Afdeling OS memiliki topografi relatif datar sedikit bergelombang dengan lereng 1-3%. Tanah mineral pada kebun ini memiliki keterbatasan daya resap air serta tingginya aliran permukaan dan erosi tanah. Sementara diketahui bahwa kesuburan tanah sebagian besar berada pada lapisan atas yang mengandung bahan organik. Jika lapisan tanah bagian atas mengalami erosi, tanah tersebut akan menjadi miskin hara. Sebagian kondisi tanah pada kebun merupakan tanah berpasir, sehingga sangat sulit untuk menyerap air. Pada lahan gambut, faktor yang mempengaruhi adalah kandungan unsur hara serta keadaan drainase kebun.

Berdasarkan kendala yang ada, diperlukan upaya pengendalian erosi dan perbaikan saluran drainase. Pengendalian erosi tidak hanya dilakukan untuk keseluruhan lahan pada masing-masing blok, tetapi juga untuk masing-masing piringan dari setiap pohon agar erosi pada bidang ini dapat dikurangi. Untuk memperbaiki sifat fisik tanah, maka perlu penambahan kandungan bahan organik tanah dengan memberikan kompos, pupuk kandang atau bahan-bahan organik lainnya seperti limbah pabrik kelapa sawit (PKS). Beberapa upaya konservasi yang telah dilaksanakan di kebun antara lain: pelaksanaan konservasi tanah seperti aplikasi tandan kosong, pembuatan rorak organik, aplikasi pupuk kandang, penanaman penutup tanah, pembuatan tapak timbun. Pelaksanaan konservasi air seperti rorak tadah hujan, bangunan penahan air serta parit irigasi.

Aplikasi Tandan Kosong Kelapa Sawit

Pemberian tandan kosong kelapa sawit di lapangan dapat memberikan manfaat baik dari aspek kimia maupun aspek fisik tanah. Tandan kosong kelapa

42

sawit mengandung unsur hara N, P, K, dan Mg yang dibutuhkan oleh tanaman. Menurut Darmosarkoro dan Rahutomo (2000), satu ton tandan kosong sawit setara dengan 3 kg urea, 0.6 kg RP, 12 kg MoP, dan 2 kg kiserit. Berdasarkan potensi kandungan nutrisi yang ada maka aplikasi tandan kosong kelapa sawit dapat dilakukan untuk menekan pemakaian pupuk kimia. Ditinjau berdasarkan manfaat dari aspek fisik, ternyata tandan kosong mampu menyerap dan menahan air karena menurut Darmosarkoro et al. (2001) tandan kosong kelapa sawit mengandung berbagai macam serat dengan komposisi 45.95% sellulosa, 16.49% lignin dan 22.84% hemisellulosa . Dengan demikian, diharapkan tankos dapat mempertahankan kelembaban lingkungan mikro di sekitarnya terutama dengan memperhatikan penempatan tandan kosong yang tepat.

Penempatan tandan kosong di lapangan dilakukan dengan dua cara yaitu pemberian sebagai mulsa dan aplikasi dalam rorak. Pemberian sebagai mulsa dilakukan dengan menebar tankos pada gawangan mati dari jalur pokok sampai batas piringan (Gambar1.a). Aplikasi tandan kosong sangat efektif pada daerah- daerah dengan topografi bergelombang sampai berbukit. Tandan kosong dapat menahan laju kecepatan air dan butir-butir tanah yang hanyut pada proses aliran permukaan (run-off), sehingga kerusakan tanah akibat erosi dapat diminimalisasi. Kelembaban tanah di sekitar aplikasi tandan kosong akan memicu pertumbuhan sistem perakaran terutama akar sekunder dan tersier. Seperti pada Gambar 8.

(a). penempatan tankos (b). akar yang tumbuh pada tankos Gambar 8. Penempatan Tankos sebagai Mulsa, Akar Tumbuh di Bawah Tankos

Dari kondisi ini akan diperoleh manfaat, yaitu perbaikan kondisi tanah melalui konservasi air dan tanah serta perbaikan terhadap sistem perakaran

43

tanaman yang akan menunjang produktivitas tanaman. Sementara itu, aplikasi tankos dalam rorak lebih ditujukan bagi tanah-tanah bertekstur pasir tinggi yang strukturnya lepas. Tandan kosong dimasukkan ke dalam rorak organik yang berukuran 150cm x 60cm x 50cm lalu ditimbun kembali dengan tanah dan dipadatkan. Pada kebun Kampar sendiri penempatan aplikasi tandan kosong lebih banyak dilaksanakan sebagai mulsa.

Pelaksanaan aplikasi tandan kosong kelapa sawit banyak mengalami masalah di lapangan. Berdasarkan Standard Operation Procedure (SOP), tankos diturunkan dari truk di collection road tepat di depan gawangan mati. Tumpukan tankos ini harus habis diecer pada hari itu juga. Pada kenyataannya pekerjaan ini sering terlantar karena keterbatasan tenaga kerja, sehingga tumpukan tankos akan menutupi jalan dan menghambat proses pekerjaan panen dan rawat pada blok tersebut. Selain itu, truk yang mengangkut tankos dari pabrik seringkali melebihi kapasitas truk. Hal ini menyebabkan tankos-tankos akan berjatuhan dan tercecer di sepanjang jalur truk.

Pembuatan Rorak Organik

Pembuatan rorak organik di kebun bertujuan untuk mengatasi permasalahan penyerapan hara sehingga kebutuhan hara tanaman kelapa sawit dapat terpenuhi secara optimal. Kondisi lahan pada kebun inti (kampar) khususnya afdeling OS merupakan lahan dengan tekstur tanah berpasir tinggi, sehingga sering terjadi pencucian unsur hara yang disebabkan oleh tingginya infiltrasi dan perkolasi air hujan pada tanah tersebut. Hasil penelitian Sutarta dan Winarna (2007) menunjukkan bahwa kehilangan hara akibat run-off dan erosi tanah diperkirakan sebesar 5-8% hara N, 10-15% untuk hara K, 4-8% untuk hara Mg, dan kurang dari 2% hara P.

Bahan organik tanah dapat meningkatkan ph tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dan memperbaiki struktur tanah yang akan mendorong pertumbuhan tanaman dan serapan hara tanah. Berkembangnya struktur tanah juga akan meningkatkan kemampuan tanah mempertahankan kelembabannya (Sutarta, 2007).

44

Pembuatan rorak organik satu untuk satu pohon. Rorak yang telah dibuat akan diisi dengan bahan organik seperti tandan kosong, pelepah daun dan pupuk kandang. Pupuk anorganik tidak diaplikasikan di dalam rorak tersebut. Pembuatan rorak diukur berdasarkan kedalaman perakaran sawit yaitu sekitar 60 cm dengan lebar 50 cm. Panjang rorak dibuat menurut kondisi di lapangan yaitu 150 cm. Kendala yang sering ditemukan di kebun adalah ukuran rorak yang dibuat oleh BHL lebih kecil dari ukuran yang diharapkan. Data rencana dan realisasi pembuatan rorak organik di afdeling OS dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rencana dan Realisasi Pembuatan Rorak Organik Afdeling OS Tahun 2010

Blok Jumlah

Pokok Luas (ha)

Total (unit) Target Realisasi OS.7 3118 25,36 1 578 2 017 OS.17 3253 22,56 1 626 3 249 OS.21 3708 22,19 1 860 2 065 OS.23 3688 27,43 1 820 2 630 OS.24 3560 27,56 1 786 5 434 OS.29 2865 22,13 1 410 2 681 OS.31 2120 16,37 1 058 917 Total 11 138 18 993

Sumber : Kantor Afdeling OS

Realisasi pembuatan rorak organik melebihi dari rencana yang telah dibuat. Dapat kita lihat pada Tabel 6 bahwa rencana pembuatan rorak organik sebesar 11 138 unit, sedangkan realisasinya mencapai 18 993 unit. Namun, hampir di setiap blok realisasi belum mencapai jumlah rorak yang seharusnya berdasarkan jumlah pokok di setiap blok tersebut. Hal ini berarti belum semua pokok kelapa sawit terealisasi rorak organik.

Aplikasi Pupuk Kandang

Pupuk kandang merupakan salah satu bahan organik yang diaplikasikan ke dalam rorak. Pupuk kandang dapat meningkatkan pasokan hara tanah serta memperbaiki sifat fisik tanah tersebut. Menurut Atmojo (2003), bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai

45

peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah.

Kondisi tanah berpasir pada sebagian tanah mineral kebun Kampar akan sangat efektif bila diaplikasikan bahan organik pupuk kandang ini. Pemberian pupuk kandang pada tanah berpasir akan meningkatkan pori berukuran menengah serta menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air.

Pupuk kandang yang diaplikasikan di kebun merupakan kotoran ayam yang dipasok dari daerah Sumatera Barat. Pada beberapa kejadian, pupuk kandang yang dikirim ke kebun sudah tidak murni lagi atau dengan kata lain telah dicampur dengan sekam dan tanah. Pupuk kandang biasanya terdiri atas campuran 0.5 % N, 0.25 % P2O5, dan 0,5 % K2O. Aplikasi pupuk kandang dengan cara ditabur di dalam rorak organik. Dosis pupuk kandang yang diberikan sebesar 20 kg tiap unit rorak. Sehingga untuk SPH 142 pokok/ha, maka dosis pupuk kandang yang diberikan adalah 2.8 ton/ha. Menurut Jamilah (2003) dosis pupuk kandang untuk memperbaiki sifat fisik tanah minimal 15 ton/ha. Penerapan dosis pupuk kandang yang kecil di kebun karena biaya yang cukup tinggi dalam hal pengadaan serta penaburan di kebun.

Penanaman Penutup Tanah

Penanaman penutup tanah dapat melindungi tanah dari erosi permukaan baik yang disebabkan oleh run-off maupun titik-titik air hujan. Penutupan tanah juga dapat mengurangi evaporasi dan menjaga kelembaban tanah. Jenis tanaman penutup tanah yang diaplikasikan di kebun berbeda antara lokasi TBM dan TM. Pada lokasi TBM, penutup tanah yang ditanam adalah Mucuna sp., sedangkan pada lokasi TM penutup tanah yang ditanam adalah Neprolephis biserrata. Dapat diperhatikan pada Gambar 9.

Tanaman Neprolephis yang ditanam di lokasi TM dapat tumbuh dan menyebar dengan cepat. Pertumbuhan Neprolephis ini harus dibatasi agar tidak melewati bahkan menutupi piringan pohon karena dapat mengganggu proses panen serta pemupukan. Neprolephis yang terlalu lebat juga akan mengakibatkan persaingan unsur hara terhadap pokok kelapa sawit. Penulis melakukan

46

pengamatan langsung di laboratorium proteksi tanaman PT SLS bahwa Selain sebagai penutup tanah, tanaman Neprolephis ini juga bermanfaat sebagai tanaman inang musuh alami ulat api yaitu Sycanus sp. Serangga predator ulat api ini sering meletakkan telurnya pada daun Neprolephis.

(a) Mucuna sp. (b) Neprolephis biserrata

Gambar 9. Tanaman Penutup Tanah pada TM dan TBM

Pembuatan Tapak Timbun

Pembuatan tapak timbun bertujuan untuk menaikan permukaan tanah pada piringan kelapa sawit. Tapak timbun diaplikasikan pada piringan kelapa sawit yang mengalami penurunan tanah (sering terjadi pada tanah gambut) sehingga akar terbuka. Akar yang terbuka tidak dapat menyerap unsur hara pada tanah. Selain pada penurunan tanah, tapak timbun juga diaplikasikan pada kondisi piringan yang tergenang air. Kondisi piringan yang tergenang akan mempersulit proses panen serta pemupukan. Selain itu, genangan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan akar tanaman kelapa sawit busuk sehingga menghambat pertumbuhan serta mengurangi produksi kelapa sawit. Lihat pada Gambar 10.

Tapak timbun dibuat dengan jari-jari dua meter dari pangkal batang kelapa sawit. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan, jari-jari tapak timbun yang dibuat lebih kecil dari yang seharusnya yaitu 1.5 meter. Hal ini sering menjadi masalah antara mandor rawat dengan BHL tersebut. Penyebab masalah ini karena BHL merasa upah yang diberikan terlalu rendah yaitu Rp.7 000/unit. Beberapa kondisi lahan di kebun memiliki kandungan liat yang tinggi sehingga tanah sering lengket pada mata cangkul. Hal tersebut sangat memberatkan BHL dalam berkerja dan mencapai target.

47

(a) lahan tergenang (b) akar terbuka Gambar 10. Keadaan Sebelum Dibuat Tapak Timbun

Konservasi Air

Wilayah SLS-2 merupakan wilayah dengan tipe iklim A (sangat basah) berdasarkan perhitungan Schmidth-Ferguson. Jumlah curah hujan tahunan rata- rata sepuluh tahun terakhir adalah 2 430 mm dan jumlah hari hujan rata-rata sebesar 95 hari dengan penyebaran curah hujan merata sepanjang tahun. Pengukuran curah hujan menggunakan alat umbrometer yang diletakkan di kantor besar.

Kecukupan kebutuhan air bagi tanaman bergantung pada kondisi tanaman, tanah, dan iklim. Perhitungan kecukupan air tanaman kelapa sawit untuk tujuan praktis di lapangan dapat dilakukan dengan asumsi umum yaitu bahwa keseimbangan air merupakan jumlah air dari curah hujan ditambah dengan cadangan awal air dalam tanah kemudian dikurangi dengan evapotranspirasi (Darmosakoro et al.,2001). Evapotranspirasi diasumsikan bernilai 150 mm/bulan jika hari hujan ≤ 10 hari/bulan dan bernilai 120 mm/bulan jika hari hujan > 10 hari/bulan. Asumsi lain yang digunakan adalah cadangan air dalam tanah maksimum 200 mm. Perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 7.

48

Tabel 7. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2009

Bulan HH CH (mm) Cad. Awal (mm) Evapotranspirasi (mm) Keseimbangan (mm) Cad. Akhir (mm) Drainase (mm) Defisit Air (mm)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c)+(d)-(e) (g) (h) (i)

Jan 6 124 89 150 63 63 0 0 Feb 5 195 63 150 108 108 0 0 Mar 12 178 108 120 166 166 0 0 Apr 9 156 166 150 172 172 0 0 Mei 0 0 172 150 22 22 0 0 Jun 2 25 22 150 -103 0 0 103 Jul 2 20 0 150 -130 0 0 130 Agust 7 182 0 150 32 32 0 0 Sep 10 355 32 150 237 200 37 0 Okt 5 150 200 150 200 200 0 0 Nop 14 348 200 120 428 200 228 0 Des 17 319 200 120 399 200 199 0 Total 89 2 052 464 233

Nilai keseimbangan air menunjukkan tingkat kesediaan air per bulan. Keseimbangan air dengan nilai < 0 mm menunjukkan adanya defisit air, sedangkan keseimbangan air dengan nilai > 0 mm menunjukkan tidak adanya defisit air. Jika keseimbangan air dalam perhitungan tersebut > 200 mm, maka kelebihan air akan disimpan sebagai cadangan awal dalam tanah untuk bulan berikutnya.

Darmosakoro et al. (2001) menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit ditinjau dari kebutuhan airnya dapat tumbuh baik pada lahan dengan curah hujan yang cukup ( 1750 - 3000 mm/tahun) dengan penyebaran hujan yang merata sepanjang tahun dan tidak mengalami bulan kering (curah hujan < 60 mm). Pada pengamatan secara umum di perkebunan kelapa sawit, pertumbuhan dan produksi tanaman akan mulai terpengaruh jika mengalami defisit air di atas 200 mm.

Jumlah curah hujan PT SLS-2 sebesar 2 052 mm seperti dipaparkan di atas telah memenuhi syarat kebutuhan air tanaman kelapa sawit. Namun, pada tahun 2009 PT SLS-2 mengalami bulan kering yaitu 25 mm pada bulan Juni serta sebesar 20 mm pada bulan Juli. Hal ini menyebabkan terjadinya defisit air sebesar 103 mm pada bulan Juni dan defisit 130 mm pada bulan Juli. Dengan demikian, lahan di kebun PT SLS-2 mengalami defisit air sebesar 233 mm pada tahun 2009.

49

Keadaan tanah yang bervariasi di dalam afdeling serta perbedaannya dalam kemampuan menangkap air menyebabkan beberapa perlakuan yang dibutuhkan untuk menjaga ketinggian dan ketersedian air tersebut. Tahun 2009 afdeling OS memulai pembuatan beberapa bangunan air seperti rorak tadah hujan (RTH), parit irigasi, tanggul air, dan flat-bed.

Rorak Tadah Hujan

Rorak tadah hujan (RTH) bermanfaat untuk menampung air hujan serta air aliran permukaan (run-off) agar air tidak mengalir keluar blok dan terbuang begitu saja. RTH memiliki ukuran 3x0,8x0,8 meter. Rorak dibuat pada gawangan mati kelapa sawit dan untuk satu unit rorak mewakili empat pokok kelapa sawit. Pada areal datar, galian rorak dibuat sejajar dengan barisan tanaman, sedangkan pada areal miring galian rorak dibuat tegak lurus arah lereng atau sejajar kontur.

Galian rorak diposisikan agar dapat memanen air yang mengalir di permukaan serta menampung serasah organik pada top soil agar tidak terbawa keluar oleh erosi. Pada blok yang melakukan pemupukan secara mekanis, posisi rorak harus disesuaikan agar tidak mengganggu jalur alat penebar pupuk (spreader)tersebut.

(a) (b)

Keterangan : Rorak Jalan Panen Pokok kelapa sawit

50

Bangunan Penahan Air (Long-Storage) dan Parit Irigasi

Long-storage merupakan bangunan air yang berfungsi menyimpan air di dalam sungai, kanal, dan parit pada lahan yang relatif datar dengan cara menahan aliran untuk menaikkan permukaan air dan dialirkan ke lahan melalui parit irigasi. Pada umumnya bangunan air ini berupa tanggul, pintu air, dan check-dam.

Tanggulmerupakan bangunan air yang paling banyak diaplikasikan pada afdeling OS. Seperti yang kita ketahui bahwa afdeling OS relatif datar sehingga dibutuhkan bangunan air seperti ini untuk mendistribusikan air ke lahan.

Pada lahan yang relatif datar, ketinggian air harus cukup agar dapat mengalirkan air ke tengah blok. Bangunan air di afdeling OS merupakan bangunan tidak permanen karena terkendala masalah biaya. Tanggul biasanya dibuat pada parit atau kanal yang secara alami terdapat di kebun. Aliran ditahan dengan menggunakan papan dan karung berisi tanah. Penahanan air akan menyebabkan naiknya permukaan kanal sehingga dapat dialirkan melalui parit irigasi. Parit irigasi dibuat dengan lebar 50 cm ke tengah blok. Dengan adanya parit irigasi ini diharapkan akan mengubah aliran permukaan (run-off)dan air dari kanal menjadi perkolasi di dalam blok.

Gambar 12. Distribusi Air dari Long-storage Lewat Parit Irigasi Muka air dinaikkan

51

Kendala yang terjadi di lapangan bahwa tanggul (tidak permanen) sering rusak saat terjadi hujan yang cukup deras. Tekanan air merusak tumpukan karung berisi tanah yang berfungsi sebagai penahan aliran air kanal atau parit tersebut. Selain itu, parit irigasi juga sering rusak karena dilewati oleh alat penabur pupuk (spreader)pada saat melaksanakan pemupukan mekanis. Dalam hal ini perlu kerja sama dan saling pengertian antara pihak teknik yang mengoperasikan spreader

dengan pihak afdeling.

Gambar 13. Parit Irigasi yang Rusak oleh Spreader

Pembuatan setiap bangunan konservasi air di kebun belum sepenuhnya tepat sasaran. Ketinggian permukaan air tanah tidak sama di setiap blok. Hal ini disebabkan jenis tanah yang berbeda-beda antar blok (Lampiran 6). Kedalaman air tanah optimum untuk kelapa sawit ± 60 cm. Pada tanah yang lebih banyak mengandung pasir tentu ketinggian air tanahnya lebih rendah dibandingkan pada tanah mineral ataupun gambut. Pembuatan rorak tadah hujan serta parit irigasi tidak berdasarkan kondisi tanah pada tiap kebun. Pembuatan parit irigasi pada tanah yang tinggi akan kandungan liat menyebabkan penggenangan yang cukup lama terutama pada saat musim hujan. Hal ini justru akan menghambat pertumbuhan akar tanaman.

Pada tabel Lampiran 6. dapat dilihat penyebaran perlakuan kegiatan konservasi yang telah dilakukan di setiap blok. Rorak organik dapat mengatasi permasalahan penyerapan hara khususnya pada tanah berpasir tinggi. Dari tabel Lampiran 6. pembuatan rorak organik yang kurang tepat terdapat pada blok 21,

52

29, dan 31. Ketiga blok tersebut memiliki kandungan pasir 0 % sedangkan kandungan mineral cukup tinggi. Berdasarkan kandungan tersebut, dapat dikatakan bahwa penyerapan unsur hara pada blok-blok tersebut cukup baik sehingga kurang tepat bila diaplikasikan rorak organik. Sebaliknya, banyak terdapat blok-blok dengan kandungan pasir cukup tinggi yang belum diaplikasikan rorak organik seperti yang dapat dilihat pada tabel Lampiran 6. tersebut.

Tabel 8. Perhitungan Keseimbangan Air PT SLS-2 Tahun 2010

Bulan HH CH (mm) Cad. Awal (mm) Evapotranspirasi (mm) Keseimbangan (mm) Cad. Akhir (mm) Drainase (mm) Defisit Air (mm)

(a) (b) (c) (d) (e) (f) = (c)+(d)-(e) (g) (h) (i)

Jan 8 171 200 150 221 200 21 0 Feb 8 247 200 150 297 200 97 0 Mar 9 211 200 150 261 200 61 0 Apr 9 223 200 150 273 200 73 0 Mei - - - - Jun - - - - Jul - - - - Agust - - - - Sep - - - - Okt - - - - Nop - - - - Des - - - - Total 34 852 800 252 0

Berdasarkan data pada Tabel 8, dari bulan Januari hingga April, PT SLS memiliki curah hujan yang cukup tinggi. Pada bagian yang dilingkari membuktikan bahwa terdapat kelebihan air dalam empat bulan terakhir, sehingga air harus dikeluarkan melalui jaringan drainase. Seperti pada Gambar 14, akan terjadi genangan yang cukup lama apabila pembuatan parit irigasi tidak memperhatikan kondisi tanahnya. Pembuatan parit irigasi sampai pada saat ini antara lain blok 20, 23, serta 26.

Dalam dokumen KONSERVASI TANAH DAN AIR (1) (Halaman 53-65)

Dokumen terkait