• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Konsumsi Ransum

Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam ransum yang telah disusun dari berbagai bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tenak. Rataan konsumsi ransum burung puyuh yang diperoleh selama penelitian tertera pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan konsumsi ransum burung puyuh (gram/ekor/minggu)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5

S0 66.24 53.02 60.15 65.39 69.92 314.71 62.94

S1 64.92 84.43 68.55 68.91 61.43 348.24 69.65

S2 66.54 60.97 60.61 67.90 76.73 332.74 66.55

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Total 252.87 261.78 249.16 267.01 275.74 1306.60 261.31 Rataan 63.22 65.45 62.29 66.75 68.94 326.64 65.33

Konsumsi ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) selama penelitian yaitu, dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa, yang rataan tertinggi diperoleh pada perlakukan S1 (perlakuan 5% tepung daun semak bunga putih) yaitu sebesar 69.65 gram/minggu/ekor dan rataan konsumsi ransum burung puyuh yang terendah terdapat pada perlakuan S3 (perlakuan dengan 15% tepung daun semak bunga putih) sebesar 62.17 gram/minggu/ekor. Sementara rataan konsumsi ransum burung puyuh secara keseluruhnya adalah 65.33 gram/minggu/ekor.

Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan adalah perubahan ukuran yang meliput i perubahan bobot hidup dan komposisi tubuh. Perubahan bobot badan selalu berkaitan dengan perubahan yang tidak selalu positif. Pertambahan badan burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 : Rataan pertambahan bobot badan burung puyuh (gram/minggu/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

1 2 3 4 5 S0 17.29 16.40 17.24 16.48 18.15 85.56 17.11 S1 17.69 17.84 15.56 16.63 19.01 86.74 17.35 S2 15.09 13.85 17.09 18.10 17.25 81.39 16.28 S3 13.69 15.47 12.59 15.41 15.21 72.38 14.48 Total 63.78 63.57 62.48 66.63 69.62 326.07 65.22 Rataan 15.94 15.89 15.62 16.66 17.41 81.52 16.30

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Pertambahan bobot badan burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) selama penelitian yaitu, pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa, rataan tertinggi diperoleh pada perlakukan S1 (perlakuan 5% tepung daun semak bunga putih) yaitu sebesar 17.35 gram/minggu/ekor dan rataan terendah yaitu pada perlakuan S3 (perlakuan 15% tepung daun semak bunga putih) sebesar 14.48 gram/minggu/ekor. Sementara rataan pertambahan bobot badan burung puyuh seluruhnya adalah 16.30 gram/minggu/ekor.

Konversi Ransum

Konversi ransum merupakan suatu perbandingan jumlah konsumsi ransum pada satu minggu dengan pertambahan bobot badan yang dicapai pada minggu itu. Konversi ransum juga dinyatakan tingkat efisiensi penggunaan ransum, apabila rasio kecil berarti pertambahan bobot badan memuaskan atau ternak memakan dengan dengan efisien. Selama penelitian, konversi ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10: Rataan konversi ransum burung puyuh

Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 5 S0 3.83 3.23 3.49 3.97 3.85 18.37 3.67 S1 3.67 4.73 4.41 4.14 3.23 20.18 4.04 S2 4.41 4.40 3.55 3.75 4.45 20.55 4.11 S3 4.03 4.09 4.75 4.21 4.45 21.53 4.31

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Total 15.94 16.46 16.19 16.07 15.98 80.64 16.13

Rataan 3.98 4.12 4.05 4.02 3.99 20.16 4.03

Konversi ransum burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) yang diperoleh pada waktu penelitian, yaitu dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa rataan konversi tertinggi diperoleh pada perlakukan S3 (perlakuan 15% tepung daun semak bunga putih) yaitu sebesar 4.31 sementara rataan konversi yang terendah terdapat pada perlakuan S0 (perlakuan tanpa menggunakan tepung daun semak bunga putih) yaitu sebesar 3.67. Sementara rataan konversi ransum burung puyuh secara keseluruhannya adalah 4.03.

Income Over Feed Cost (IOFC)

Income Over Feed Cost adalah selisih antara pendapatan usaha peternakan terhadap biaya pakan. Income Over Feed Cost burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 : IOFC Burung Puyuh (Rp/ekor)

Perlakuan Ulangan Total Rataan 1 2 3 4 5 S0 3308.90 3646.50 3646.40 3330.70 3214.98 17147.50 3429.49 S1 3402.10 2921.70 3312.70 3303.70 3487.86 16428.10 3285.62 S2 3411.10 3544.10 3552.70 3378.50 3167.69 17054.10 3410.82 S3 1230.50 1042.00 1122.80 1008.80 943.07 5347.11 1069.42 Total 11352.50 11154.30 11634.60 11021.70 10813.60 55976.80 11195.40 Rataan 2838.13 2788.59 2908.65 2755.42 2703.40 13994.20 2798.84

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Income Over Feed Cost burung puyuh dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa, yang tertinggi diperoleh pada perlakukan S0 (tanpa tepung daun semak bunga putih) yaitu sebesar Rp. 3429.49 perekor dan Income Over Feed Cost burung puyuh yang terendah pada perlakuan S3 (perlakuan dengan 15% tepung daun semak bunga putih) yaitu sebesar Rp. 1069.42 perekor. Sementara rataan Income Over Feed Cost burung puyuh secara keseluruhnya adalah Rp. 2798.84 perekor.

Pembahasan

Konsumsi Ransum Burung Puyuh

Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung semak bunga putih (Choromolaena odorata) terhadap konsumsi ransum burung puyuh, maka dilakukan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 12 dan tampak bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (tn) terhadap konsumsi ransum burung puyuh. Tabel 12. Uji sidik ragam konsumsi ransum burung puyuh (gram/ekor/minggu)

SK db JK KT Fhit F tabel

0.05 0.01

Perlakuan 3 179.01 59.67 1.28tn 3.24 5.29

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Total 19 925.94

Ket : tn = tidak nyata, kk = 10.46%

Uji sidik ragam konsumsi ransum burung puyuh pada pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) yaitu Tabel 12, dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tabel yang berarti bahwa perlakuan S0, S1, S2 dan S3 pada burung puyuh memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konsumsi ransum burung puyuh, hal ini dikarenakan nutrisi antara setiap perlakuan relatif tidak berbeda jauh, walaupun jika dilihat dari rata-rata konsumsi ransum antara perlakuan terlihat berbeda yaitu S0 sebesar 62.94 gram/minggu/ekor, S1 sebesar 69.65 gram/minggu/ekor, S2 sebesar 66.55 sementara pada S3 sebesar 62.17 gram/minggu/ekor. Seperti yang dikemukakan oleh Parakkasi (1983) bahwa perbedaan konsumsi ransum dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain bobot badan, umur dan kondisi tubuh yaitu normal atau sakit, stres yang diakibatkan oleh lingkungan dan tingkat kecernaan ransum.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konsumsi ransum menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan tepung semak bunga putih (Choromolaena odorata) sampai pada level 15% dalam ransum tidak memberikan perbedaan yang nyata pada burung puyuh, hal ini disebabkan oleh kandungan energi dalam ransum pada setiap perlakuan relatif tidak berbeda, demikian juga kandungan proteinnya juga hampir sama. Hal ini yang menyebabkan konsumsi ransum tiap perlakuan juga sama. Hal yang samadinyatakan oleh Tilman et al (1991) bahwa sifat unggas adalah mengkonsumsi makanan untuk memperoleh energi. Sehingga jumlah makanan yang dimakan tiap harinya cenderung berhubungan erat dengan kadar energinya. Bila persentase protein yang tetap

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

terdapat dalam semua ransum, maka ransum yang mempunyai konsentrasi ME tinggi akan menyediakan protein yang kurang dalam tubuh unggas karena rendahnya jumlah makanan yang dimakan. Sebaliknya, bila kadar energi kurang maka unggas akan mengkonsumsi makanan untuk mendapatkan lebih banyak energi akibatnya akan mengkonsumsi protein yang berlebihan, sementara Anggorodi (1985) juga menyatakan bahwa, apabila burung puyuh sedang dalam masa pertumbuhan diberi ransum cukup mengandung zat-zat makanan maka burung puyuh akan mengkonsumsi ransum untuk memperoleh jumlah pengambilan gizi yang tetap setiap harinya.

Pertambahan Bobot Badan Burung Puyuh

Pengaruh pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, dapat diketahui dengan melakukan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Uji sidik ragam pertambahan bobot badan burung puyuh (gram/ekor/minggu) SK db JK KT Fhit F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 3 25.41 8.47 4.89* 3.24 5.29 Galat 16 27.66 1.73 Total 19 53.07 Ket : * = nyata, kk = 3.79%

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Uji sidik ragam pertambahan bobot badan burung puyuh pada pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel (0.05) tetapi lebih kecil F tabel (0.01) yang berarti bahwa perlakuan S0, S1, S2 dan S3 pada burung puyuh memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap pertambahan bobot badan burung puyuh, dan untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) maka dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT), dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 : Uji beda nyata terkecil (BNT) pertambahan bobot badan burung puyuh (gram/ekor/minggu)

Perlakuan Rataan Notasi (0.05)

S0 S1 S2 S3 17.11 17.35 16.28 14.48 b b b a

Notasi yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf 5%

Hasil uji lanjut dari pertambahan bobot badan menyatakan bahwa S3 berbeda nyata dengan S0, S1 dan S2, hal ini menunjukkan bahwa pemberian semak bunga putih (Cromolaena odorata) dapat dipakai sampai pada level 10%, jika dibandingkan pada ternak lain yaitu kelinci dapat dipakai sampai level 30% dilaporkan di Pakistan oleh Bamikole dan Osemwenkhoe (2004) menunjukkan bahwa tepung Chromolaena Odorata dapat ditambahkan dalam pakan kelinci sampai level 30% dari berat kering pakan. Sementara Rasyaf (1989) menambahkan bahwa ransum yang baik tergantung pada bahan pakan pembentuknya. Seperti yang dilaporkan oleh Marthen (2007) Bahwa keuntungan dari Chromolaena Odorata diantaranya adalah Kandungan protein tinggi yaitu

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

berkisar antara 21-36% dan memiliki keseimbangan asam amino yang baik untuk ternak monogastrik.

Konversi Ransum Burung Puyuh

Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung semak bunga putih (Choromolaena odorata) terhadap konversi ransum burung puyuh, maka dilakukan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 15 dan tampak bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum burung puyuh.

Tabel 15. Uji sidik ragam konversi ransum burung puyuh umur 1-42 hari

SK Db JK KT Fhit F tabel 0.05 0.01 Perlakuan 3 1.14 0.38 2.86tn 3.24 5.29 Galat 16 2.12 0.13 Total 19 3.25

Ket : tn = tidak nyata, kk = 9.01%

Uji sidik ragam konversi ransum burung puyuh pada pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tabel yang berarti bahwa S0, S1, S2 dan S3 pada burung puyuh memberikan pengaruh tidak berbeda nyata (P>0.05) terhadap konversi ransum burung puyuh, walaupun dilihat dari rataan konversi ransum antara perlakuan terlihat berbeda yaitu S0 sebesar 3.67, S1 sebesar 4.04, S2 sebesar 4.11 sementara pada S3 sebesar 4.30.

Tidak adanya pengaruh yang nyata terhadap konversi ransum menunjukkan bahwa pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) dalam ransum burung puyuh belum meningkatkan efisiensi ransum. Hal ini disebabkan oleh konsumsi yang tinggi tidak diiringi oleh pertambahan bobot

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

badan, dan dapat dilihat bahwa semakin tinggi level pemakaian semak bunga putih dilihat rataan konversi ransum makin tinggi. Hal ini jika dilihat dari susunan ransum, setiap bahan yang dipakai hampir sama, tetapi pemberian bahan pakan tepung ikan pada S3 jauh berbeda dari perlakuan yang lain, karena Lestari (1992) menyatakan bahwa angka konversi ransum dipengaruhi oleh strain dan faktor lingkungan seperti seluruh pengaruh luar termasuk didalamnya faktor makanan. Ransum disusun dari berbagai bahan pakan, seperti yang dikemukakan oleh Sarwono (1996). Semakin baik mutu pakan semakin kecil pula konversi pakannya. Baik tidaknya mutu pakan ditentukan seimbang tidaknya zat – zat gizi dalam pakan itu diperlukan.

IOFC Burung Puyuh

Mengetahui pengaruh pemanfaatan tepung semak bunga putih (Choromolaena odorata) terhadap IOFC burung puyuh, maka dilakukan uji sidik ragam yang dapat dilihat pada Tabel 16 dan tampak bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap IOFC burung puyuh umur 0- 6 minggu.

Tabel 16. Uji sidik ragam IOFC burung puyuh umur 1-42 hari (Rp/ekor)

SK db JK KT Fhit F tabel

0.01 0.05 Perlakuan 3 20000417.71 6666805.90 213.48** 3.24 5.29

Galat 16 499672.51 31229.53

Total 19 20500090.22

Ket : ** = sangat nyata, kk = 3.30%

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Uji sidik ragam IOFC pada pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) dalam ransum burung puyuh dari Tabel 16, dapat dilihat bahwa nilai F hitung lebih besar dari F tabel yang berarti bahwa S0, S1, S2 dan S3 pada burung puyuh memberikan pengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap IOFC burung puyuh (Coturnix-cortunix japonica) umur 1 sampai 42 hari, untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) dalam setiap perlakuan dapat dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT), dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 : Uji beda nyata terkecil (BNT) IOFC burung puyuh (Rp/ekor)

Perlakuan Rataan Notasi (0.01)

S0 S1 S2 S3 3429.49 3285.62 3410.82 1069.42 B B B A

Notasi yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf 1%

Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) yang terdapat pada Tabel 17, menunjukkan bahwa income over feed cost pada perlakuan S0 berbeda sangat nyata dengan S3, tetapi tidak berbeda nyata dengan S1 maupun S2, hal ini disebabkan atau dipengaruhi oleh selisih antara harga burung puyuh perekor yang dijual dengan biaya ransum (total konsumsi dikali dengan harga ransum) yang dikeluarkan selama produksi sangat berbeda jauh, yaitu dapat dilihat dari rata-rata IOFC yang didapat yaitu S0 sebesar Rp. 3429.49 perekor, S1 sebesar Rp. 3285.62 perekor, S2 sebesar Rp. 3410.82 perekor dan S3 sebesar Rp. 1069.42 perekor. Seperti yang dinyatakan oleh Prawirokusumo (1990) income over feed cost dipengaruhi oleh besarnya pendapatan dengan biaya pakan yang dikeluarkan selama melakukan kegiatan usaha.

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Rekapitulasi hasil Penelitian

Hasil penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 17,

Tabel 17 : Rekapitulasi hasil penelitian burung puyuh yang diberi semak bunga putih (Choromolaena odorata)

Perlakuan Konsumsi Ransum (g/ekor/minggu) PBB (g/ekor/minggu) Konversi ransum IOFC (Rp/ekor) S0 62.94tn 17.11b 3.67tn 3429.49B S1 69.65tn 17.35b 4.04tn 3285.62B S2 66.55tn 16.28b 4.11tn 3410.82B S3 62.17tn 14.48a 4.31tn 1069.42A

Ket : tn = tidak nyata. Notasi yang berbeda menyatakan berbeda nyata pada taraf 5% dan 1%

Rekapitulasi hasil penelitian pada Tabel 17 menunjukkan bahwa pemanfaatan semak bunga putih (Choromolaena odorata) dalam ransum tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi ransum dan konversi ransum tetapi berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan dan berpengaruh sangat nyata dengan income over feed cost. Konsumsi ransum yang yang tidak berbeda nyata, disebabkan oleh kandungan nutrisi dalam ransum yang sama, hal yang sama dapat dilihat dari konversi ransum, walau pertambahan bobot badan berbeda nyata, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap konversi ransum. Tetapi jika dilihat pada IOFC antara perlakuan berbeda sangat nyata, seperti yang dinyatakan oleh Rasyaf (2004) bahwa berkaitan dengan pegangan produksi dari segi teknis maka dapat diduga bahwa semakin efisien ternak mengubah makanan menjadi daging (konversi sangat baik) semakin baik pula nilai IOFC-nya. Selama penelitian mortalitas mencapai 73 ekor burung puyuh, mortalitas terjadi pada minggu pertama sampai pada minggu ketiga, yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang sangat tidak stabil pada minggu- minggu pertama penelitian, serta diakibatkan oleh stress pada saat pembersihan kandang dari kotoran.

Natalia Rizal Sagala : Pemanfaatan Semak Bunga Putih (Chromolena odorata) Terhadap Pertumbuhan Dan IOFC Dalam Ransum Burung Puyuh (Cortunix-cortunix japonica) Umur 1 Sampai 42 Hari, 2009.

USU Repository © 2009

Dokumen terkait