• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan periode simpan dan formulasi pelapis yang tercantum pada Tabel Lampiran 1-6 dapat dilihat pada Tabel 2. Faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air (KA) benih, berat kering kecambah (BKK), dan vigor kekuatan tumbuh dengan tolok ukur indeks vigor (IV), kecepatan tumbuh (KCT). Faktor tunggal formulasi pelapis berpengaruh sangat nyata terhadap KA benih. Interaksi perlakuan periode simpan dan formulasi pelapis berpengaruh sangat nyata terhadap viabilitas dan vigor benih dengan tolok ukur daya berkecambah (DB), IV, dan KCT.

Tabel 2. Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Perlakuan Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Buncis

Perlakuan Tolok Ukur

Periode simpan Formulasi Pelapis Interaksi

KA ** ** tn DB tn tn ** PTM tn tn tn BKK ** tn tn KCT ** tn ** IV ** tn **

Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

** = berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%

Pengaruh Perlakuan Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Kadar Air Benih

Kadar air merupakan faktor penting yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan. Pada penelitian ini benih buncis disimpan selama 20 minggu dengan suhu pada kisaran 27-31oC dan RH 80-90%. Sebelum disimpan, benih mendapat perlakuan pelapisan benih (seed coating) sebagai salah satu teknik untuk mengintegrasikan isolat Methylobacterium spp. ke dalam benih. Benih buncis termasuk benih ortodoks, yaitu benih yang dapat disimpan pada kadar air rendah.

Tabel 3 menunjukkan bahwa selama penyimpanan kadar air benih meningkat. Hal ini mengindikasikan kadar air benih dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Justice dan Bass (2002) benih bersifat higroskopis, artinya benih akan selalu mengadakan keseimbangan kadar air dengan udara di sekitarnya, keseimbangan tersebut akan tercapai jika tidak ada lagi uap air yang bergerak dari udara ke dalam benih atau sebaliknya dari benih ke udara.

Tabel 3. Pengaruh Periode Simpan terhadap Rata-rata Kadar Air Benih Buncis Periode simpan (minggu) Kadar Air (%)

0 6.74d 4 7.45c 8 7.15c 12 9.51a 16 8.73b 20 8.48b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Benih legum merupakan sumber protein kedua yang paling penting setelah serealia (Bewley dan Black, 1986) dan kacang buncis (Phaseolus vulgaris) mengandung protein sebesar 20-28% (Laing et al., 1996). Menurut Harrington (1972) benih yang mengandung protein dan zat tepung yang tinggi akan memiliki kadar air benih yang tinggi, karena protein adalah komponen kimia benih yang paling higroskopis, sehingga mudah menyerap uap air dari lingkungan. Dengan demikian, kondisi ruang simpan akan sangat mempengaruhi kadar air benih buncis.

Berdasarkan Tabel 4 benih tanpa pelapis menunjukkan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan benih yang mendapatkan perlakuan pelapisan (coated seed). Diduga pelapis benih mampu melindungi benih dari pengaruh kelembaban udara ruang simpan. Menurut Subba Rao et al. (1971) Arabic gum lebih kuat, keras dan erat serta memiliki daya adhesi yang baik sebagai pelapis benih, sehingga dapat melindungi benih dari pengaruh lingkungan.

Tabel 4. Pengaruh Formulasi Pelapis terhadap Rata-rata Kadar Air Benih Buncis Formulasi Pelapis Kadar air (%)

Kontrol 9.06a Media AMS 8.23b Tokoferol 7.41d Asam Askorbat 7.63cd TD-J2 7.90bcd TD-J7 7.94bcd TD-J10 7.99bc TD-L2 7.64cd TD-TPB3 8.30b

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Konsentrasi Arabic gum yang digunakan adalah 0.25 g/ml, hal ini disesuaikan dengan tingkat kekentalan suspensi dan kecepatan perputaran coater, sehingga menghasilkan lapisan yang merata dan homogen, serta agar memudahkan proses pembersihan alat. Penggunaan Arabic gum sebagai pelapis pada penelitian ini menunjukkan pengaruh yang positif, karena dapat menghasilkan lapisan yang tipis, keras, dan kuat, sehingga dapat mempertahankan kadar air benih selama penyimpanan. Menurut Fennema (2006) Arabic gum memiliki viskositas (daya rekat) yang tinggi pada konsentrasi yang rendah.

Pengaruh Perlakuan Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Viabilitas Total dengan Tolok Ukur Potensi Tumbuh Maksimum dan

Berat Kering Kecambah

Tolok ukur potensi tumbuh maksimum (PTM) merupakan parameter uji daya tumbuh benih yang didasarkan pada kecambah yang muncul ke atas substrat pengujian (Mugnisjah et al., 1994). Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria penilaian kualitas suatu individu atau lot benih yang dipergunakan secara luas dalam pengujian fisiologi benih. Rekapitulasi sidik ragam pada Tabel 2, menunjukkan perlakuan faktor tunggal maupun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap PTM.

Gambar 5 menunjukkan nilai rata-rata PTM benih buncis yang dipengaruhi oleh periode simpan. Sampai dengan periode simpan 20 minggu nilai PTM masih tinggi, yaitu sebesar 98.74%. Hal ini memberikan informasi bahwa benih buncis masih memiliki kekuatan untuk memunculkan kecambah pada kondisi yang optimum, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa periode simpan tidak berpengaruh terhadap viabilitas total benih buncis sampai dengan lama simpan 20 minggu.

Gambar 5. Pengaruh Periode Simpan terhadap Rata-rata Potensi Tumbuh Maksimum Benih Buncis

Gambar 6 menunjukkan nilai rata-rata potensi tumbuh maksimum benih buncis yang dipengaruhi oleh formulasi pelapis.

Gambar 6. Pengaruh Formulasi Pelapis terhadap Rata-rata Potensi Tumbuh Maksimum Benih Buncis

Perlakuan formulasi pelapis dengan isolat TD-J2 dan TD-J7 menunjukkan nilai PTM yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan isolat lainnya walaupun secara statistik tidak berbeda nyata.

Berat Kering Kecambah (BKK) merupakan uji viabilitas yang menggambarkan kemampuan benih dalam menggunakan cadangan makanannya untuk tumbuh menjadi kecambah. Dengan demikian kemampuan berkecambah suatu benih berhubungan dengan cadangan makanan yang dikandungnya. Produksi berat kering dari pertumbuhan kecambah akan merefleksikan kondisi fisiologis benih dan aktivitas metabolisme di dalam benih. Tabel 2 menunjukkan faktor tunggal periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering kecambah, sedangkan faktor tungggal formulasi pelapis dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata.

Berdasarkan Tabel 5 diketahui nilai BKK pada periode simpan 0 dan 4 minggu tidak berbeda nyata dan mengalami penurunan yang sangat nyata pada periode berikutnya (8 dan 12 minggu). Namun pada periode simpan 16 dan 20 minggu nilai BKK mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa vigor benih telah mencapai tingkatan maksimum waktu mencapai masak fisiologis pada awal periode simpan. Sadjad et al. (1999) menyatakan benih yang memiliki vigor awal tinggi yang tercapai saat masak fisiologis dan dapat dipertahankan selama proses pengolahan selanjutnya akan memiliki daya simpan yang tinggi.

Tabel 5. Pengaruh Periode Simpan terhadap Rata-rata Berat Kering Kecambah Buncis

Periode simpan (minggu) BKK (g)

0 1.08c 4 1.14c 8 0.96d 12 0.97d 16 1.35b 20 1.67a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Harrington (1972) menyatakan bahwa suhu dan kadar air yang tinggi merupakan faktor penyebab menurunnya daya berkecambah dan vigor. Penurunan

nilai BKK pada periode simpan 8 dan 12 minggu, diduga karena pengaruh kadar air benih yang mengalami peningkatan.

Gambar 7 menunjukkan nilai rata-rata berat kering kecambah buncis yang dipengaruhi oleh formulasi pelapis.

Gambar 7. Pengaruh Formulasi Pelapis terhadap Rata-rata Berat Kering Kecambah Buncis

Perlakuan formulasi pelapis dengan media AMS menunjukkan pengaruh yang positif terhadap nilai BKK, walaupun tidak signifikan dibandingkan perlakuan lainnya. Diduga ada pengaruh hara mineral essensial yang terkandung pada larutan media AMS, bersesuaian dengan penelitian Sitorus (2003) bahwa perlakuan invigorasi dengan Shiimarocks (hara mineral) dapat meningkatkan berat kering kecambah normal benih kacang tanah. Perlakuan formulasi pelapis dengan isolat TD-J10 menunjukkan nilai BKK yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan formulasi pelapis isolat lainnya, walaupun secara statistik tidak menunjukkan beda nyata.

Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Viabilitas Potensial dengan Tolok Ukur Daya Berkecambah

Daya berkecambah (DB) adalah tolok ukur viabilitas potensial dengan melihat kenormalan pertumbuhan kecambah dalam keadaan yang optimum (Sadjad et al., 1999). Tujuan pengujian daya berkecambah adalah untuk

memperoleh informasi terkait dengan keragaan pertanaman suatu benih di lapang yang diketahui melalui indikasi langsung dari gejala pertumbuhannya. Daya berkecambah dapat mengindikasikan kualitas suatu benih yang mengalami penurunan karena adanya proses kemunduran atau penuaan.

Berdasarkan Tabel 6 diketahui baik benih tanpa pelapis dan benih lapis (coated seed) menunjukkan nilai DB yang masih tinggi sampai dengan periode simpan 20 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa periode simpan tidak berpengaruh terhadap viabilitas potensial. Diduga benih buncis belum mengalami kemunduran selama penyimpanan. Sundari (2005) melaporkan hasil penelitiannya pada benih buncis Varietas Lokal Bogor yang disimpan dalam ruang simpan kamar (T=28oC, RH=56-84%) selama enam bulan (24 minggu), viabilitas benih cenderung menurun, tetapi masih menunjukkan nilai daya berkecambah yang tinggi, dengan rata-rata 80%.

Tabel 6. Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Rata-rata Daya Berkecambah Benih Buncis

Periode Simpan (minggu) Formulasi

Pelapis 0 4 8 12 16 20

Tanpa Pelapis 96.00a-c 95. 33a-d 87.33d-h 89.33b-h 92.00a-h 91.33a-h

AMS 90.67a-h 88.00c-h 95.33a-d 92.00a-h 86.67e-h 94.67a-e

Tokoferol 94.00a-f 92.00a-h 95.33a-d 84.00h 90.00b-h 90.00b-h

Askorbat 94.67a-e 96.67ab 95.33a-d 85.33gh 92.00a-h 96.67ab

TD-J2 85.33gh 97.33ab 94.00a-f 90.67a-h 96.00a-c 96.00a-c

TD-J7 94.67a-e 96.67ab 90.67a-h 95.33a-d 95.33a-d 95.33a-d

TD-J10 93.33a-g 96.67ab 93.33a-g 92.67a-h 94.00a-f 92.00a-h

TD-L2 98.67a 97.33ab 85.33gh 94.67a-e 89.33b-h 94.00a-f

TD-TPB3 98.67a 96.00a-c 86.00f-h 94.67a-e 92.67a-h 94.00a-f

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Benih buncis mampu mempertahankan nilai DB rata-rata 93% hingga akhir penyimpanan. Sehingga dapat dikatakan bahwa benih buncis masih memiliki viabilitas yang baik, walaupun telah melewati masa simpan selama 20 minggu. Diduga karena kadar air benih sampai dengan lama simpan 20 minggu masih termasuk kadar air benih yang baik untuk penyimpanan benih buncis dengan nilai KA rata-rata 8%, sehingga viabilitas benih tetap terjaga. Kadar air

benih erat kaitannya dengan kemunduran benih, benih dengan KA yang tinggi akan menyebabkan laju kemunduran benih berlangsung cepat, sedangkan benih dengan KA yang konstan selama penyimpanan akan mampu mempertahankan viabilitas benih.

Pada periode simpan 20 minggu nilai DB tertinggi mencapai 96.67% dengan perlakuan formulasi pelapis asam askorbat, diduga asam askorbat yang diberikan secara eksogenus pada benih sebelum simpan dapat mempertahankan viabilitas benih selama periode simpan. Pelapis benih dengan formulasi isolat TD-J7 menunjukkan pengaruh yang positif dalam mempertahankan nilai DB stabil sampai dengan periode simpan 20 minggu.

Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Vigor Kekuatan Tumbuh dengan Tolok Ukur Kecepatan Tumbuh

dan Indeks Vigor

Kecepatan tumbuh (KCT) dan Indeks vigor (IV) merupakan peubah yang berhubungan dengan parameter kekuatan tumbuh karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum. KCT diperhitungkan sebagai akumulasi kecepatan tumbuh setiap hari dalam unit tolok ukur persentase per hari (Sadjad et al., 1999). Nilai KCT yang tinggi mencerminkan vigor benih yang tinggi, sesuai dengan pernyataan Heydecker (1972) dalam Desai et al. (1997) salah satu ciri benih yang memiliki vigor tinggi adalah dapat berkecambah dengan cepat dan seragam.

Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa sampai akhir penyimpanan nilai KCT

benih tanpa pelapis tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan benih lapis. Hal ini memberikan informasi bahwa perlakuan formulasi pelapis belum menunjukkan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan vigor benih buncis setelah disimpan selama 20 minggu. Diduga terdapat pengaruh Methylobacterium indigenous pada benih buncis. Bakteri Methylobacterium spp. yang dikenal sebagai Pink Pigmented Facultative Methylotroph (PPFM) merupakan mikrobiota normal pada filosfer hampir semua jenis tanaman, lumut, dan paku-pakuan (Salma et al., 2005 dalam Santoso, 2007).

Pada periode simpan 8 minggu perlakuan formulasi pelapis dengan isolat TD-J10 menunjukkan nilai KCT yang beda nyata dengan benih tanpa pelapis sebesar 18.97%/etmal dan pada periode simpan 20 minggu mencapai nilai KCT

tertinggi sebesar 19.96%/etmal. Hal ini membuka peluang dugaan bahwa isolat TD-J10 dapat meningkatkan jumlah dan mempercepat kecambah normal yang muncul per harinya walaupun benih telah melewati periode simpan.

Tabel 7. Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Rata-rata Kecepatan Tumbuh Benih Buncis

Periode simpan (minggu) Formulasi

Pelapis 0 4 8 12 16 20

Tanpa Pelapis 17.04d-i 19.49a-e 16.22g-i 18.18a-g 18.36a-i 18.72a-h

AMS 19.29a-e 19.33a-e 19.78a-c 17.46c-i 19.06a-f 18.11a-i

Tokoferol 18.56a-h 20.07a-c 20.13ab 18.54a-h 18.41a-h 17.61b-i

Askorbat 17.79a-i 19.51a-e 19.22a-e 15.85i 18.55a-h 18.50a-h

TD-J2 16.54e-i 19.58a-d 18.24a-i 18.76a-h 18.71a-h 18.06a-i

TD-J7 16.61f-i 19.84a-c 18.66a-h 19.47a-e 18.46a-h 19.26a-e

TD-J10 16.19hi 19.41a-e 18.97a-f 20.28a 18.56a-h 19.96a-c

TD-L2 18.54a-h 19.05a-f 17.82a-i 20.12ab 19.24a-e 18.12a-i

TD-TPB3 19.41a-e 19.67a-c 16.94e-i 19.30a-e 19.63a-d 18.77a-h

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji DMRT

Tolok ukur indeks vigor (IV) adalah perbandingan antara jumlah kecambah normal pada hitungan pertama dengan jumlah seluruh benih yang ditanam. Kolasinska et al. (2000) menyatakan bahwa persentase kecambah normal pada pengamatan pertama berhubungan erat dengan kemampuan benih berkecambah di lapang dibandingkan dengan persentase kecambah pada akhir pengamatan. Pengujian vigor umum digunakan untuk mengukur kemunduran benih. IV dapat memonitor kondisi membran sebenarnya, perkecambahan yang rendah mengindikasikan terjadinya kerusakan membran pada benih yang telah melewati masa simpan. Dengan demikian pengujian indeks vigor lebih peka dan dapat mencerminkan atau menginformasikan secara akurat potensi pertumbuhan di lapangan dibandingkan dengan pengujian daya berkecambah.

Tabel 8 menunjukkan nilai IV benih buncis cenderung semakin menurun, walaupun pada akhir penyimpanan terjadi peningkatan. Diduga menurunnya nilai

IV pada benih tanpa pelapis berkaitan dengan kemunduran benih, yang berpengaruh pada turunnya kualitas dan vitalitas benih yang mengakibatkan rendahnya vigor.

Tabel 8. Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Formulasi Pelapis terhadap Rata-rata Indeks Vigor Benih Buncis

Periode simpan (minggu) Formulasi

Pelapis 0 4 8 12 16 20

Tanpa

Pelapis 60.67

b-l 58.00b-m 46.67f-o 43.33j-o 36.67m-o 66.00a-i

AMS 78.67ab 56.00c-n 62.67a-k 46.67f-o 45.33h-o 68.00a-f

Tokoferol 76.7a-c 66.00a-i 67.33a-g 44.67h-o 43.3j-o 62.67a-k Askorbat 71.33a-e 74.00a-d 65. 33a-i 36.0no 52.00e-n 68.00a-f TD-J2 46.00f-o 66.67a-h 58.67b-l 57.3b-n 50.67e-n 71.33a-e TD-J7 57.33b-n 58.67b-l 52.67d-n 56.00c-n 40.00l-o 66.67a-h TD-J10 56.67b-n 70.67a-e 60.67b-l 52.67d-n 42.67k-o 63.33a-k TD-L2 84.00a 70.33a-e 64.67a-j 52.00e-n 29.33o 70.00a-e TD-TPB3 84.00a 74.00a-d 42.67k-o 46.00g-n 40.00l-o 64.00a-k Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda nyata pada taraf

5% berdasarkan uji DMRT

Perlakuan formulasi pelapis dengan isolat TD-J2 menunjukkan pengaruh yang positif dalam mempertahankan nilai IV cukup stabil selama penyimpanan, dan mencapai nilai tertinggi pada akhir periode simpan sebesar 71.33%. Hal ini memberikan peluang dugaan bahwa pemberian isolat TD-J2 mampu mempertahankan struktur dan permeabilitas membran benih dari kerusakan dan kebocoran metabolit akibat radikal bebas yang terbentuk selama penyimpanan, sehingga dapat menekan laju kemunduran benih. Diduga karena pengaruh hormon sitokinin yang diproduksi oleh Methylobacterium spp. Leshem (1988) dalam Salisbury dan Ross (1995) melaporkan bahwa sitokinin mampu melindungi membran dari kerusakan, sitokinin berperan dalam mencegah oksidasi asam lemak tak jenuh pada membran, karena sitokinin menghambat pembentukan dan mempercepat penguraian radikal bebas, seperti superoksida (O2-) dan radikal hidroksi (OH-), bila pembentukan radikal bebas tidak dicegah akan mengoksidasi lipid membran.

Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa pada minggu ke-8 isolat TD-TPB3 menunjukkan nilai IV yang terendah, dan .pada periode simpan berikutnya (minggu ke-12 dan ke-16) menunjukkan nilai yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan isolat lainnya. Rendahnya nilai IV disebabkan meningkatnya jumlah kecambah abnormal (kecambah berbatang tinggi, tetapi berakar pendek) pada hitungan pertama. Hal ini diduga karena pengaruh nisbah sitokinin-auksin yang besar, sehingga menstimulasi perkembangan batang. Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa nisbah sitokinin-auksin diperbesar akan memacu pembentukan dan perkembangan kuncup, batang, dan daun. Sedangkan nisbah sitokinin-auksin diperkecil akan memacu pembentukan akar.

Perlakuan pelapis dengan isolat TD-L2 dan TD-TPB3 menunjukkan nilai IV yang beda nyata dengan benih tanpa pelapis pada awal periode simpan sebesar 84%. Diduga pemberian isolat mampu meningkatkan perkecambahan benih, karena adanya pengaruh fitohormon yang dihasilkan oleh Methylobacterium spp. yang dapat menstimulasi perkecambahan benih. Perlakuan formulasi pelapis dengan isolat TD-L2 pada periode simpan 16 minggu mengalami penurunan nilai IV yang curam, hal ini disebabkan pertumbuhan cendawan yang mengakibatkan meningkatnya jumlah kecambah abnormal dan akhirnya mati.

Perlakuan AMS (Ammonium Mineral Salt) menunjukkan respon yang positif terhadap nilai IV, walaupun tidak signifikan berbeda dengan benih tanpa pelapis. Hal ini diduga karena adanya pengaruh hara essensial yang terkandung dalam media AMS, yang terdiri dari beberapa mineral garam anorganik yang penting bagi pertumbuhan tanaman. Seperti yang dilaporkan oleh Junisusanti (2003) bahwa perlakuan perendaman benih dengan Shiimarocks (hara mineral) dapat meningkatkan viabilitas potensial dan vigor benih.

KESIMPULAN

Benih buncis Varietas Kencana tidak menunjukkan penurunan viabilitas secara nyata baik pada benih tanpa pelapis dan benih dengan perlakuan formulasi pelapis (benih lapis) sampai dengan periode simpan 20 minggu, dengan nilai daya berkecambah (DB) rata-rata 93%, nilai PTM sebesar 98.74%, dan nilai BKK sebesar 1.67g. Hal ini menunjukkan periode simpan belum mempengaruhi viabilitas benih buncis.

Perlakuan pelapis dengan isolat Methylobacterium spp belum menunjukkan pengaruh dalam meningkatkan vigor benih, karena sampai dengan periode simpan 20 minggu benih tanpa perlakuan pelapis (kontrol) masih menunjukkan vigor yang tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat isolat bakteri Methylobacterium spp. yang mempengaruhi vigor benih buncis. Isolat TD-J10 mampu mempertahankan nilai kecepatan tumbuh (KCT) lebih tinggi (18.97%/etmal) dibandingkan benih tanpa pelapis (16.22%/etmal) pada minggu ke-8, dan sampai dengan periode simpan 20 minggu mencapai nilai KCT tertinggi sebesar 19.96%/etmal. Isolat TD-J2 menunjukkan nilai indeks vigor (IV) yang stabil selama penyimpanan, dan mencapai nilai tertinggi pada minggu ke-20 sebesar 71.33%.

SARAN

Penggunaan isolat Methylobacterium spp. sebagai perlakuan benih sebelum simpan perlu diteliti lebih lanjut pada variasi benih lain yang memiliki daya simpan yang lebih pendek dan melakukan analisa aktivitas bakteri untuk mengetahui keberlangsungan hidup isolat Methylobacterium spp. selama penyimpanan.

Dokumen terkait