• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kabupaten Halmahera Barat Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Halmahera Barat berada pada 10 sampai 30 lintang utara dan 1250, sampai 1280, bujur timur, dengan batasan-batasan wilayahnya sebagai berikut :

9 Sebelah Utara dengan Samudera Pasifik dan kabupaten Halmahera Utara

9 Sebelah Selatan dengan kota Tidore Kepulauan

9 Sebelah Timur dengan kabupaten Halmahera Utara dan

9 Sebelah Barat dengan laut Maluku (Bappeda Halmahera Barat 2006) Kondisi ini merupakan aspek strategis untuk pengembangan usaha pertanian termasuk komoditas ternak sapi potong, karena letak yang dapat diakses secara mudah, sangat berdekatan dengan kotamadya Ternate dan Sulawesi Utara sehingga mempermudah akses transportasi dan pemasaran produksi hasil ternak.

Kabupaten Halmahera Barat merupakan salah satu kabupaten pemekaran pada provinsi Maluku Utara yang letaknya sebelah barat pulau Halmahera. Luas wilayah kabupaten Halmahera Barat adalah 3.042.863 ha, terdiri dari 9 kecamatan dan memiliki 146 desa. Dari sembilan kecamatan tersebut, kecamatan yang memiliki luasan wilayah paling besar sampai kecil secara berturut-turut adalah Ibu Utara 197,621.50 ha (45%), Sahu Timur sebesar 101.200,00 ha (24%), Loloda sebesar 55.760,50 ha (23%). Kecamatan yang memiliki luas wilayah yang paling kecil adalah kecamatan Jailolo Timur dengan luas wilayah hanya 345,51 ha (1%) dari luas wilayah kabupaten Halmahera Barat.

Data ini merupakan informasi penting yang memudahkan pelaksanaan penelitian terutama dalam penentuan wilayah dan responden yang dilibatkan dalam studi ini. Berdasarkan potensi yang ada, pewilayahan sentra produksi

ternak, oleh pengambil kebijakan untuk pengembangan ternak sapi dan kerbau, ternak ruminansia kecil dan monogastrik misalnya kambing, domba, babi dan unggas yang dapat disesuaikan dengan keadaan lingkungan, dan keadan sosial budaya masyarakat pada kecamatan atau daerah tersebut. Jumlah desa dan luas wilayah pada kabuapten Halmahera Barat. Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah desa dan luas wilayah setiap kecamatan di kabupaten Halmahera Barat

No Kecamatan Jumlah Desa Luas Wilayah (ha) Persentase (%) 1 Jailolo 29 25.127 0,88 2 Jailolo Selatan 18 33.372,3 1,18 3 Jailolo Timur 6 345,51 0,01 4 Sahu 16 6.694 0,23 5 Sahu Timur 16 101.200 3,58 6 Ibu Utara 13 197.621,5 6,99 7 Ibu 13 5.348 0,18 8 Ibu Selatan 13 2.400.000 84,91 9 Loloda 22 56.760,5 2,09 Total 146 2.826.468,81 100

Sumber: Bappeda Halmahera Barat 2006

Karakteristik Tanah dan Sistem Penggunaan Lahan

Kesuburan tanah bervariasi dari sedang sampai subur, jenis tanah pada kecamatan Jailolo jenis tanah latosol 10.783,61 ha dan regosol 14.343,97 ha, Jailolo selatan latosol 33.170,51 ha dan podsolik (merah kuning) 201.78 ha, Sahu tanah andosol 2.498 ha, latosol 2.238 ha dan regosol 1.958 ha, Sahu Timur jenis andosol 40.000 ha, latosol 30.000 ha dan podsolik (merah kuning) 31.200 ha, kecamatan Ibu Utara andosol 6.000 ha, latosol 4.000 ha, podsolik 2000 ha dan regosol 3.500 ha, kecamatan Ibu podsolik 500 ha, regosol 2.399.500 ha. kecamatan Loloda memiliki andosol 146.52 ha, latosol 4.479.19 ha. podsolik 19.770.46 ha serta regosol 31.365,3 ha.

Hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan kesuburan tanah, secara umum kabupaten Halmahera Barat memiliki jenis tanah yang cukup subur

karena rata-rata setiap kecamatan memiliki jenis tanah regosol yang berasal dari magma gunung berapi yang subur, kondisi ini mendukung pengembangan budidaya hijauan makanan ternak untuk kebutuhan pengembangan produksi ternak.

Berdasarkan topografi, kabupaten Halmahera Barat terbagi empat kategori, antara lain, tanah datar kelas lereng 3% seluas 3.193 ha (1,4%), tanah landai dengan lereng 3-15% seluas 23.201,5 ha (10,38%), tanah agak curam dengan kelas lereng 15-40% seluas 58.517 ha (26.25%) dan tanah curam dengan kerlas lereng 40% seluas 138.499,5 ha (61.98%). Dengan luas daerah berbukit dan bergunung adalah 138.444 ha (61,98%)

Sistem penggunaan lahan di kabupaten Halmahera Barat dapat dilihat pada Tabel 5. Hutan negara mendominasi seluruh wilayah diikuti oleh hutan rakyat, tanaman pangan dan tanaman obat-obatan menempati urutan terakhir.

Tabel 5 Luas dan jenis penggunaan lahan di kabupaten Halmahera Barat

No Jenis Penggunaan Hutan Luas Lahan (ha) Persentase (%) 1 Hutan Negara 183.272 59,36 2 Hutan Rakyat 79.000 25,59 3 Perkebunan 24.299 7,87

4 Tanaman Holtikultura Buah-Buahan 14.736 4,77

5 Padi dan Palawija 6.738 2,18

6 Tanaman Holtikultura Sayur-sayuran 501 0,16

7 Tanaman Obat 163 0,05

Total 308.709 100

Sumber : Bappeda Kabupaten Halmahera Barat 2006

Perkebunan memiliki luas areal cukup luas berada pada posisi ke tiga setelah luas lahan hutan negara dan luas lahan hutan rakyat, hal ini menunjukan bahwa wilayah kabupaten Halmahera Barat sangat cocok dan potensial untuk pengembangan usaha peternakan ternak sapi potong yang diintegrasikan dengan perkebunan khususnya dengan perkebunan kelapa.

Sub sektor perkebunan kelapa memiliki luas areal tertinggi dibandingkan dengan jenis tanaman perkebunan lainnya dengan luas arel 19.526 ha (72%) diikuti dengan jenis tanaman perkebunan kakao sebesar 1.519,7 ha (6,22%), cengkih 1.418,6 ha (5,80%) kemudian jenis tanaman pala sebesar 1.403,5 ha (5,74%). Jenis tanaman perkebunan kopi, kayu manis, kapok, kayu manis, vanili dan lada menempati posisi terakhir dengan persentase terkecil. Keadaan ini merupakan salah satu kekuatan yang mendukung pengembangan ternak sapi potong bila diintegrasikan dengan kelapa di wilayah ini, melihat luas perkebunan yang cukup besar dan mendominasi wilayah kabupaten Halmahera Barat. Tabel 6.

Tabel 6 Luas areal perkebunan berdasarkan jenis tanaman di kabupaten Halmahera Barat

No Jenis Tanaman Luas Areal (ha) Persentase (%) 1 Kelapa 19.526 79,92 2 Kakao 1.519,7 6,22 3 Cengkih 1.418,6 5,80 4 Pala 1.403,5 5,74 5 Kopi 289,7 1,18 6 Kapuk 236 0,96 7 Kayu Manis 21 0,08 8 Vanili 10 0,04 9 Lada 5 0,02 Total 24.429,5 100

Sumber: Bappeda Halmahera Barat Tahun 2005

Karakteristik SDM dan Mata Pencaharian

Penduduk di kabupaten Halmahera Barat pada akhir tahun 2005 berjumlah 111.309 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 56.667 jiwa dan perempuan sebanyak 54.642 jiwa. Pemukiman penduduk tersebar di pedesaan dan perkotaan dengan komposisi 90% bermukim di pedesaan dan 10% bermukim di perkotaan, dari jumlah tersebut di atas, 85% berada di pesisir

pantai sedangkan sisanya bermukim di pedalaman. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Jailolo (30 jiwa per ha), kemudian diikuti oleh kecamatan Ibu Utara (26 jiwa per ha) jumlah dan kepadatan penduduk berdasarkan kecamatan di kabupaten Halmahera Barat. Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah dan kepadatan penduduk di kabupaten Halmahera Barat

No Kecamatan Pria Wanita Jumlah Penduduk Wilayah (ha) Kepadatan (Jiwa/ha) 1 Jailolo 11.470 10.218 21.688 25.127 30 2 Jailolo Selatan 7.869 7.556 15.425 33.372 20 3 Jailolo Timur 4.445 4.987 9.432 345.51 15 4 Sahu 5.600 5.677 11.277 6.694 9 5 Sahu Timur 5.931 4.537 10.468 101.200 8 6 Ibu Utara 4.878 4.935 9.813 197.621,5 26 7 Ibu 4.756 5.021 9.777 5.348 18 8 Ibu Selatan 5.812 5.905 11.717 2.400.000 0,5 9 Loloda 5.906 5.806 11.712 56.760 18 Total 56.667 54.642 111.309 3.042.863 134,5

Sumber : Bappeda Halmahera Barat 2006

Keadaan ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Halmahera Barat berada di pedesaan dengan mata pencahariaan utama adalah petani. Jumlah penduduk berdasarkan usia tertinggi di kabupaten Halmahera Barat adalah usia produktif yaitu 15 sampai 60, sebesar 55.718 jiwa (50,23%), sumber daya manusia merupakan potensi dalam pengembangan sapi potong di wilayah ini. Dilihat dari segi umur, lebih dari 50% penduduk adalah kelompok usia produktif yang mendukung usahatani. Bappeda Halmahera Barat (2006).

Mata pencaharian penduduk kabupaten Halmahera Barat sebagian besar pada sektor pertanian dan sebagian kecil tersebar pada sektor industri, perdagangan, bangunan, angkutan, bangunan, angkutan dan perhubungan serta nelayan. Potensi ini di dukung secara persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian yaitu 84% (25.427 orang), kemudian disusul berturut-turut oleh nelayan 8% (4.598 orang), Pegawai Negeri Sipil 5% (2.217 orang), Wiraswasta 1% (444 orang), Lain-lain 1% (365 rang), Buruh 1% (333 orang)

dan TNI/Polri 0% (100 orang). Klasifikasi penduduk kabupaten berdasarkan kelompok umur di atas usia 10 tahun berdasarkan jenis pekerjaan. Tabel 8.

Tabel 8 Klasifikasi penduduk usia di atas 10 tahun berdasarkan jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Petani 25.427 83,31 Nelayan 2.217 7,26 PNS 1.635 5,36 TNI/Polri 100 0,33 Wiraswasta 444 1,45 Buruh 333 1,09 Lain-lain 365 1.19 Total 30.521 100

Sumber : BPPS Kabupaten Halmahera Barat 2006

Potensi Pertanian

Subsektor perkebunan, selain Kelapa 19.526 ha, sebagai komoditi andalan, terdapat juga Cacao 1.519.7 ha, Cengkih 1.418,6 ha, Pala 1.403,5 ha, kopi 289,7 ha, Kapuk 236 ha, Kayu Manis 21 ha, Vanili 10 ha dan Lada 5 ha Sedangkan sub sektor pertanian tanaman pangan yang menonjol adalah Umbi Kayu 15.784 ton/1.835 ha, Ubi Jalar 4.545 ton/754 ha, Talas 1.829 ton/345 ha, Jagung 2.949 ton/1.017 ha, Kacang Tanah 1.737 ton/599 ha, Padi Ladang 1.560 ton/325 ha, Padi Sawah 775 ton/123 ha, dan hortikultura didominasi oleh tanaman Pisang 25 ton/12.964 ha, Jeruk Siam/Keprok 420 ton/ 25 ha, Duren 350 ton/76 ha, Rambutan 278 ton/75 ha, Duku/Langsat 175 ton/95 ha, Mangga 150 tona/ha sedangkan pada sub sektor kehutanan, industri pengolahan hasil hutan IPKH PT. Taiwi Sidangoli 142.471,3482 M3, IUPHHBK Aditya Tunggal Pratama Ibu (pemungutan hasil hutan bukan kayu) 600 ton, IUPHHBK Said Yarbo Sahu (PPHBK) 450 ton, IUPHHBK CV Surya Buana Jailolo (PPHBK) 600 ton, IUPHHBK Benny Somampow Sahu (PPHBK) 600 ton, IUPHHBK UD Seho Mandiri Jailolo Selatan (PPHBK) 250 ton (Bappeda Halbar 2006)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan salah satu pencerminan kemajuan ekonomi suatu daerah, yang didefinisikan sebagai keseluruhan nilai tambah barang dan jasa dalam waktu satu tahun di daerah tersebut. PDRB kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2003 sampai 2005 terjadi peningkatan, pada tahun 2003 Rp.189.197, 55 juta, tahun 2004 Rp. 197.343 juta dan tahun 2005 Rp. 250.954,22 juta.

Kontribusi PDRB terbesar tahun 2005 diberikan sektor pertanian Rp. 79.610, 47 juta atau (38%) dan disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 52.031,67 juta atau (25%) Industri dan pengolahan Rp. 45.608,65 juta atau (22%), pengangkutan dan komunikasi Rp. 11.842,13 juta atau (6%), Jasa-jasa Rp. 7.984,30 juta atau (4%), Keuangan, persewaan Rp. 6.140,00 juta atau (3%), listrik, gas dan air bersih Rp.1.324,23 juta atau (1%), bangunan Rp. 1.163,12 juta atau (1%) dan pertambangan dan pengggalian sebesar Rp 249,46 juta. Dari kontribusi peningkatan domestik regional bruto terbesar dibidang pertanian hal ini menjelaskan bahwa sektor pertanian secara umum berperan penting dalam hal peningkatan ekonomi masyarakat di wilayah Halmahera Barat termasuk sub sektor peternakan memiliki kontribusi peningkatan domestik regional bruto sebesar Rp.9.952,87 juta rupiah pada tahun 2005 memberikan kontribusi terbeasar ketiga setelah tanaman pangan dan perkebunan.Gambar 2. dan Tabel 9 berikut:

Keuangan, Persew aan 3% Pengangkutan, Komunikasi 6% Jasa-jasa 4% Perdangan, Hotel, Restoran 25%

Listrik, Gas, Air Bersih 1% Bangunan 1% Industri, Pengolahan 22% Pertambangan, Penggalian 0% Pertanian 38%

Gambar 2 Persentase PDRB kabupaten Halmahera Barat atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, Tahun 2005

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Halmahera Barat atas dasar harga Berlaku pada bidang pertanian terjadi peningkatan dari tahun 2003 sampai tahun 2005 (juta rupiah/tahun) dan berturut-turut didominasi oleh tanaman perkebunan, PRDB pada tahun 2005 adalah Rp, 47.706,67 juta (59%) kemudian disusul oleh tanaman pangan adalah Rp 11.175 juta (14%) kemudian bidang peternakan Rp. 11.175,38 Juta (10%). Tabel 9 dan Gambar 3.

Tabel 9 PDRB Halmahera Barat atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha bidang pertanian 2003-2005 (juta Rupiah)

No Pertanian 2003 2004 2005 Total 1 Tanaman Pangan 10.205,86 10.625,15 11.175,38 32.006,39 2 Tanaman Perkebunan 43.640,95 45.620,44 47.706,67 136.968,06 3 Peternakan 9.121.44 9.527,54 9.952,87 28.601,85 4 Kehutanan 2.620,72 2.729,45 2.843,81 8.193,98 5 Perikanan 7.275,65 7.588,72 7.931,74 22.796,11 Total 72.864.62 7.6091,3 79.610,47 228.566,39

Sumber : Bappeda Provinsi Maluku Utara 2005

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 1 2 3 J u ta R upia h

Tanaman Pangan Tanaman Perkebunan Peternakan

Kehutanan Perikanan

Gambar 3 Produk domestik regional bruto (PDRB) berdasarkan harga berlaku menurut lapangan usaha bidang pertanian Halmahera Barat Tahun 2003 - 2005

Karakteristik Umum Lokasi Penelitian

Jumlah ternak sapi potong yang berada di kabupaten Halmahera Barat secara keseluruhan yaitu 4.046 ST, dengan jumlah ternak sapi potong yang beragam pada setiap kecamatan. Perbedaan jumlah ternak sapi potong pada setiap daerah atau kecamatan dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu aspek daya dukung lahan, tatalaksana pemeliharaan, tingkat pendidikan dan ketrampilan petani ternak dan sosial masyarakat. Sehingga untuk melakukan pendekatan dalam menentukan pola pengembangan peternakan sapi potong di kabupaten Halmahera Barat, maka terlebih dahulu diketahui karakteristik sistem usaha tani, sistem tatalaksana pemeliharaan dan sosial budaya masyarakat pada masing-masing wilayah. Lokasi yang dipilih sebagai temapat pengambilan sampel peternakan terdiri dari tiga kecamatan yaitu kecamatan Jailolo dengan jumlah ternak sapi potong terbanyak 1.491 ST, kemudian kecamatan Sahu Timur yang memiliki ternak sedang 348 ST serta kecamatan yang memiliki jumlah ternak paling sedikit yaitu kecamatan Loloda dengan jumlah ternak 31 ST. Tabel 10.

Tabel 10 Kondisi umum kecamatan Jailolo, Sahu Timur dan Loloda

Kecamatan Jailolo Sahu Timur Loloda

Karakteristik Satuan Satuan Satuan

Luas Wilayah (km2)

Jarak dari ibukota kabupaten (km) Jumlah penduduk (jiwa)

Kepadatan penduduk (jiwa/km2) Jumlah sapi potong (ST)

Kepadatan sapi potong (ST/km2) Suhu rata-rata (0C)

Curah hujan (hh/th)

Luas areal perkebunan kelapa (ha)

25.127 0 2.788 110 1.491 59 27 1500-2000 2.730 101.200 6,0 5.332 52 348 0,58 27 1500-2000 148 55.760 95,9 10.412 198 31 0,54 27 2501-3000 3121

Kecamatan Jailolo mempunyai luas wilayah 25,127 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 2.788 jiwa, kepadatan penduduk 110 jiwa/km2. Kecamatan

Jailolo merupakan daerah ibukota kabupaten Halmahera Barat, bila ditinjau dari tata letaknya, kecamatan Jailolo memiliki peluang untuk pengembangan usaha ternak sapi potong karena memiliki akses yang mudah terhadap berbagai fasilitas penunjang usaha pengembangan peternakan. Kondisi umum tersebut menunjukan bahwa kecamatan Jailolo cukup potensial terutama untuk pengembangan peternakan dilihat dari populasi sapi potong (1491 ST), dengan tingkat kepadatan 59 ST/km2. Diperlukan sumber daya manusia yang terampil dan manajemen yang memadai untuk mendukung usaha peternakan.

Kecamatan Sahu Timur mempunyai luas wilayah 101.200 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 5.332 jiwa, kepadatan penduduk 52 jiwa/km2. Jarak kecamatan Sahu Timur dengan ibukota kabupaten Halmahera Barat 6,0 km, bila ditinjau dari tata letaknya maka letak kecamatan Sahu Timur tidak terlalu jauh dari ibukota kabupaten, dan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan usaha ternak sapi potong.

Kecamtan Loloda mempunyai luasan wilayah 55.760 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 10.412 jiwa, kepadatan penduduk 198 jiwa/km2. Jarak kecamatan Loloda dari ibukota kabupaten Halmahera Barat adalah 95,9 km merupakan kecamatan yang jaraknya lebih jauh jika dibandingkan dengan kecamatan lain yang ada di kabupaten Halmahera Barat namun dapat dijangkau oleh transportasi, hal memungkinkan karena secara keseluruhan luas wilayah kabupaten Halmahera Barat tidak terlalu luas jika di bandingkan dengan luas wilayah besar lainnya di Indonesia. Bila ditinjau dari tata letaknya maka letak kecamatan Loloda cukup baik atau merupakan salah satu kekuatan untuk pengembangan usaha ternak sapi potong dalam hal pengangkutan ternak maupun cukup dekat dengan berbagai fasilitas penunjang usaha pengembangan peternakan.

Karakteristik Peternak Kecamatan Jailolo

Rataan umur petani ternak berdasarkan responden pada kecamatan Jailolo adalah 55 tahun, kelompok ini menurut Kairupan (2001), masih

tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 – 55 tahun. Tingkat pendidikan formal para peternak sebagaian besar adalah lulusan sekolah dasar (SD) 50% kemudian tidak tamat sekolah dasar sebanyak 27,78%, dilihat dari data pendidikan berdasarkan responden di kecamatan Jailolo tingkat pendidikan petani ternak tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kabupaten halmahera Barat oleh sebab itu kedepan harus ditingkatkan pendidikan maupun ketrampilan karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya, berdasarkan indeks kosentrasi ternak, kecamatan Jailolo di kategori dominan populasi diatas rata-rata yaitu 2,85. Indeks kosentrasi ternak kecamatan ditentukan nisbah populasi ternak kecamatan (Pk) terhadap rataan populasi kecamatan dalam kabupaten dimana kecamatan tersebut berada (Pr), kategori indeks kosentrasi adalah : Pk/Pr › 1 kecamatan dominan, populasi di atas rata- rata, Pk/Pr = 0,5 – 1 kecamatan yang hanya dapat mengkonsumsi kebutuhan sendiri, dan Pk/Pr ‹ 1 kecamatan yang jarang/minim. Tabel 11.

Tabel 11 Karakteristik peternak sapi potong kecamatan Jailolo

Karakteristik Satuan Rataan umur petani ternak (th)

Tingkat pendidikan (%) 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. SLTP 4. > SLTP Tujuan Pemeliharaan (%) a. Sebagai ternak kerja b. Sebagai ternak potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah tenaga kerja keluarga Pengalaman Beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%)

a. Tahu b. Tidak tahu 54,61 27,78 50,00 16,67 5,56 0,00 0,00 100 0,00 3,11 12,94 55,56 44,44

Sambungan Tabel 11

Karakteristik satuan

Sistem Pemeliharaan (%)

a. Dilepas secara sepanjang hari

b. Diikat pada malam hari dilepas pada siang hari

Persentase pemahaman teknologi pakan (hay, Amoniasi, Sailase)

a. Tahu b. Tidak Tahu

Persentase Tempat areal pemberian makanan sapi potong a. Perkebunan kelapa

b. Padang penggembalaan Alam c. Pekarangan rumah 38,89 61,11 16,67 83,33 47,31 36,85 15,74

Karakteristik Peternak Kecamatan Sahu Timur

Rataan umur petani ternak berdasarkan responden pada kecamatan Sahu Timur adalah 50,2 tahun, kelompok ini menurut Kairupan (2001), masih tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 – 55 tahun. Tingkat pendidikan formal para peternak sebagaian besar adalah lulusan sekolah dasar (SD) 40% kemudian tidak tamat sekolah dasar sebanyak 20%, dilihat dari data pendidikan berdasarkan responden di kecamatan Sahu Timur tingkat pendidikan petani ternak tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat oleh sebab itu kedepan harus ditingkatkan pendidikan maupun ketrampilan karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya. Berdasarkan indeks kosentrasi ternak kecamatan Sahu Timur memiliki nilai kosentarasi 0,6 masuk kategori sedang. Tabel 12.

Tabel 12 Karakteristik peternak di kecamatan Sahu Timur

Karakteristik Satuan Rataan umur petani ternak (th)

Tingkat pendidikan (%) 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. SLTP 4. > SLTP Tujuan Pemeliharaan (%) a. Sebagai ternak kerja b. Sebagai ternak potong c. Ternak potong + kerja d. Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah tenaga kerja keluarga Pengalaman Beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%)

a. Tahu b. Tidak tahu Sistem perkawinan (%)

a. Kawin alam b. Inseminasi buatan

Rata-rata kepemilikan sapi potong (ekor)

Rata-rata kepemilikan luas perkebunan kelapa (ha) Sistem Pemeliharaan (%)

a. Dilepas secara sepanjang hari

b. Diikat pada malam hari dilepas pada siang hari c. Secara intensif

Persentase pemahaman teknologi pakan (hay, Amoniasi, Sailase) a. Tahu

b. Tidak Tahu

Persentase Tempat areal pemberian makanan sapi potong a. Perkebunan kelapa

b. Padang penggembalaan Alam c. Pekarangan rumah 50,20 20,00 40,00 30,00 10,00 0,00 0,00 100 0,00 2.90 11.70 70,00 30,00 60,00 40,00 3,10 3,90 70,00 30,00 0,00 20,00 80,00 50,00 40,00 10,00

Karakteristik Peternak Kecamatan Loloda

Rataan umur petani ternak berdasarkan responden pada kecamatan Loloda adalah 56 tahun, kelompok ini menurut Kairupan (2001), masih tergolong dalam usia produktif yaitu antara 15 – 55 tahun. Tingkat pendidikan formal para peternak sebagaian besar adalah tidak tamat sekolah dasar (SD)

66,67% kemudian tamat sekolah dasar sebanyak 33,33%, dilihat dari data pendidikan berdasarkan responden di kecamatan Loloda tingkat pendidikan petani ternak tergolong masih rendah. Hal ini merupakan salah satu kelemahan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di kabupaten halmahera Barat oleh sebab itu harus ditingkatkan pendidikan maupun ketrampilan karena tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap laju penyerapan inovasi, perubahan pola pikir dan kepekaan terhadap perubahan sosial lainnya, berdasarkan indeks kosentrasi ternak kecamatan Loloda masuk kategori jarang dengan nilai 0,05. Karakteristik peternak di kecamatan Loloda. Tabel 13.

Tabel 13 Karakteristik peternak kecamatan Loloda

Karakteristik Satuan Rataan umur petani ternak (th)

Tingkat pendidikan (%) 1.Tidak tamat SD 2.Tamat SD 3.SLTP 4.> SLTP Tujuan Pemeliharaan(%) a.Sebagai ternak kerja b.Sebagai ternak potong c.Ternak potong + kerja d.Penghasil pupuk kandang Rataan jumlah tenaga kerja keluarga Pengalaman Beternak sapi (th) Pengetahuan tanda birahi (%)

a.Tahu b.Tidak tahu Sistem perkawinan ((%)

a.Kawin alam b.Inseminasi buatan

Rata-rata kepemilikan sapi potong (ekor) Rata-rata luas perkebunan kelapa (ha) Sistem Pemeliharaan (%)

a. Dilepas secara sepanjang hari

b. Diikat pada malam hari dilepas pada siang hari c. Secara intensif

Persentase pemahaman teknologi pakan (hay, Amoniasi, Sailase) a. Tahu b. Tidak Tahu 56,00 66,67 33,33 0,00 0,00 0,00 0,00 100 0,00 2,00 8,33 25,00 75,00 100 0,00 3,00 2.80 33,33 66,67 33,33 16,67 83,33

Populasi Ternak Ruminansia

Populasi ternak ruminansia berdasarkan umur ternak digunakan standar nilai konversi (persentase) dari ternak anak, muda dan dewasa terhadap populasi masing-masing ternak yaitu ternak sapi, kerbau, kambing, dan domba. Jumlah satuan ternak (ST) untuk setiap jenis ternak didasarkan pada populasi ternak berdasarkan struktur (ekor) dikalikan dengan nilai standar satuan ternak. Data populasi ternak pada masing-masing kecamatan. Tabel 14.

Tabel 14 Populasi ternak ruminansia di kabupaten Halmahera Barat Populasi Ternak Ruminansia (ST) Kecamatan

Sapi Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Jumlah

Jailolo 1.491 0,00 0,00 5.412 0,00 6.903 Jailolo Selatan 276 0,00 0,00 119 0,00 395 Jailolo Timur 23 0,00 0,00 1.146 0,00 1.169 Sahu 574 0,00 0,00 117 0,00 691 Sahu Timur 348 0,00 0,00 677 0,00 1.025 Ibu Utara 600 0,00 0,00 617 0,00 1.217 Ibu 505 0,00 0,00 110 0,00 615 Ibu selatan 198 0,00 0,00 553 0,00 751 Loloda 31 0,00 0,00 709 0,00 740 Jumlah 4.046 0,00 0,00 9.460 0,00 13.506

Hasilnya populasi ternak sapi potong di kabupaten Halmahera Barat pada tahun 2006 yaitu 4.046 ST, dengan luasan daratan yang tersedia 3.042.863 ha, menunjukan bahwa bidang peternakan masih sangat berpeluang untuk dikembangkan karena jumlah ternak yang masih tergolong sedikit. Jenis ternak ruminansia yang ada di daerah ini adalah ternak sapi potong dan ternak kambing, dengan jumlah ternak kambing terbanyak yaitu 9.460 ST sedangkan ternak sapi potong 4.046 ST.

Berdasarkan jumlah ternak ruminansia, kecamatan di Halmahera Barat memiliki jumlah ternak kambing dengan persentase tertinggi (70,05%) dan sapi potong sebesar (29,95%).

Produksi Segar Hijauan Makanan Ternak

Berdasarkan hasil analisis kecamatan Loloda memiliki rataan berat hijauan segar untuk makanan ternak lebih tinggi (6.865 kg = 68,65%), kemudian kecamatan Jailolo (6.395 kg = (34%) dan Sahu Timur (5.474 kg = 29%). Tabel 15 dan Gambar 4.

Tabel 15 Data berat segar hijauan makanan ternak per cluster per kecamatan sampel di kabupaten Halmahera Barat

Ubinan/2m2/Kg Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total Jailolo 6,05 8,6 7,85 5,8 4,95 8,9 5,7 5,1 5,75 5,25 63,95 Sahu Timur 5,8 4,95 4,85 6,3 6,55 5,69 4,95 5,2 5,25 5,2 54,74 Loloda 8,7 7,6 7,25 6,15 6,8 6,15 6,95 6,25 6,1 6,7 68,65 Total 192,2 Rata-rata 64,06

Sahu Timur, 54.74, 29% Loloda, 68.65, 37% Jailolo, 63.95, 34%

Gambar 4 Berat segar HMT (Kg) pada masing-masing kecamatan penelitian di kabuapten Halmahera Barat

Hal ini merupakan indikator bahwa hijauan makanan ternak di bawah pohon kelapa di wilayah ini cukup tersedia untuk ternak sapi potong, peningkatan kualitas dan kuantitas kualitas hijauan melalui upaya budidaya jenis hijauan makanan ternak unggul (tahan naungan, disukai oleh ternak, mempunyai nilai gizi yang tinggi) pemberian pupuk, disamping itu diperlukan introduksi teknologi pakan melalui pengelolaan pakan (pengawetan pakan

menjadi Hay dan Silage) pada saat surplus hijauan pada musim hujan dapat diterapkan untuk menyediaakan pakan pada musim kemarau.

Hasil analisis hijauan makanan ternak menunjukan bahwa kualitas hijauan yang dikonsumsi ternak sapi potong pada lokasi penelitian sudah cukup memadai karena campuran hijauan makanan ternak yang tersedia pada areal perkebunan kelapa terdiri dari berbagai leguminosa dan rumput-rumputan yang dapat dikonsumsi ternak. Selain itu ketersedian hijauan yang cukup besar dengan komposisi botani yaitu terdiri dari jenis rumput dan leguminosa. Jenis rumput meliputi rumput Teki (Kylinga monocephala), rumput Jaragua (Hyparrhenia rufa), rumput Kolonjono (Pannicum muticum), rumput Alang- alang (Imperata cylindrica), rumput Benggala (Pannicum maximum). Jenis leguminosa meliputi: putri malu (Mimosa pudica) Calopo (Colopogonium mucunoides), Centro (Centrosema pubescens) Disamping rumput dan leguminosa ada beberapa jenis hijauan lain dan limbah tanaman pangan yang belum dimanfaatkan dengan baik sebagai pakan ternak sapi potong. Komposisi zat-zat hijauan makanan ternak pada lokasi penelitian: kecamatan Jailolo (S.Jl), kecamatan Sahu Timur (S.Tm) dan Kecamatan Loloda (S. Ll). Tabel 16.

Tabel 16 Komposisi zat-zat hijauan makanan ternak di lokasi penelitian

Kode BK Abu PK SK LK Beta-N

S.Jl 88,09 9,61 19,35 43,38 1,48 14,09

S.Tm 87,02 9,67 18,06 44,76 1,82 15,78

S.Ll 86,09 9,88 18,61 44,68 1,75 16,78 Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu

Nutrisi dan Makan Ternak Fakultas Peternakan IPB. 2007

Total Digestable Nutrien atau martabat pati untuk hidup pokok, pertumbuhan, pertambahan berat badan, produksi susu dan tenaga.

Hasil analisis produksi makanan ternak berdasarkan persentase, Total

Dokumen terkait