• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Data penelitian diambil dari Rekam Medis Intensive Cardiac Care Unit

(ICCU) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat berdasarkan data pasien yang mengalami sindrom koroner akut dan tercatat sebagai pasien dirawat dari bulan Januari 2011 hingga Desember 2013 serta memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian secara terperinci adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian

Karakteristik Frekuensi Persentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki 487 65,2 Perempuan 260 34,8 Usia <65 tahun 536 71,7 >65 tahun 211 28,2 Kadar CKMB Meningkat 231 30,9 Normal 516 69,1 Troponin T Meningkat 378 50,6 Normal 369 49,4 Deviasi Segmen ST Ya 381 51,1 Tidak 366 48,9 Jenis SKA UAP 369 49,4 NSTEMI 192 25,7 STEMI 186 24,9 MACE Ya 77 10,3 Tidak 670 89,7

28

Dari hasil yang didapatkan bahwa jumlah pasien yang diambil dari Januari 2011 – Desember 2013 sebanyak 747 orang dengan jumlah laki-laki sebesar 487 orang (65,2%) dan perempuan 260 orang (34,8%), dengan usia <65 tahun sebanyak 536 orang (71,7%) dan usia >65 tahun sebanyak 211 (28,2%). Pasien sindrom koroner akut yang dirawat di ICCU RS Cipto Mangunkusumo diperiksa kadar enzim jantungnya dan dalam penelitian ini, kadar enzim jantung yaitu CKMB dan Troponin T dibagi menjadi dua kategori, yakni meningkat dan normal, dimana frekuensi kadar CKMB yang normal lebih banyak dibandingkan dengan kadar CKMB yang meningkat yaitu sebanyak 516 orang (69,1%), kadar Troponin T yang meningkat sebanyak 378 orang (50,6%), dan pasien dengan gambaran ST deviasi yaitu sebanyak 381 orang (51,1%), dari seluruh data penelitian, jumlah pasien yang mengalami MACE sebanyak 77 orang (10,3%) dan yang tidak mengalami MACE sebanyak 670 orang (89,7%) seperti terdapat pada tabel 4.1.

Berdasarkan 77 orang yang mengalami MACE didapatkan jumlah laki-laki sebanyak 42 orang (54,5%), wanita 35 orang (45,5%), usia <65 tahun 46 orang (59,7%), usia >65 tahun 31 orang (40,3%), pasien dengan riwayat keluarga penyakit jantung koroner 8 orang (10,4%) dan tanpa riwayat keluarga penyakit jantung koroner 69 orang (89,6%). Jenis SKA yang terjadi pada pasien yang mengalami MACE yaitu STEMI sebanyak 34 orang (44,2%), NSTEMI 32 orang (41,6%), dan UAP 11 orang (14,3%). Kadar CKMB yang meningkat pada pasien SKA yang mengalami MACE sebanyak 40 orang (17,3%), kadar Troponin T yang meningkat sebanyak 67 orang (17,7%) dan gambaran ST deviasi 52 orang (13,6%).

4.1.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini yang digunakan adalah uji hipotesis komparatif dengan skala pengukuran kategorik tidak berpasangan dalam bentuk tabel B x K. Hasil analisis bivariat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

29

Tabel 4.2. Hubungan kadar CKMB dengan kejadian MACE

MACE

Ya Tidak P RR (IK 95%)

n % n %

CKMB Meningkat 40 17,3 191 82,7 <0,001 2,415(1,588-3,673) Normal 37 7,2 479 92,8

Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa jumlah pasien yang terkena MACE adalah 77 orang (10,3%), dengan 40 orang (17,3%) yang memiliki kadar CKMB yang meningkat dan 37 orang (7,2%) lainnya memiliki kadar CKMB yang normal. Pada uji kemaknaan dengan menggunakan Chi-square didapatkan nilai P sebesar <0,001 yang menunjukkan p < 0,005 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kadar CKMB dengan kejadian MACE dan nilai RR yang didapat adalah sebesar 2,415 (IK 95%, 1,588-3,673) hal ini menunjukkan bahwa resiko relatif seorang pasien untuk terkena MACE dengan kadar CKMB yang meningkat adalah 2,4 kali daripada pasien dengan kadar CKMB yang normal. (Tabel 4.2)

Tabel 4.3. Hubungan kadar Troponin T dengan kejadian MACE

MACE

Ya Tidak P RR (IK 95%)

n % n %

Troponin T Meningkat 67 17,7 311 82,3 <0,001 6,540 (3,419-12,513) Normal 10 2,7 359 97,3

Hubungan kadar Troponin T dengan kejadian MACE dapat dilihat bahwa dari 77 pasien yang terkena MACE, 67 orang (17,7%) dengan kadar Troponin T yang meningkat dan 10 orang (2,7%) dengan kadar Troponin T yang normal. Pada

30

uji kemaknaan dengan menggunakan Chi-square didapatkan nilai P<0,001 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kadar Troponin T dengan kejadian MACE namun nilai RR yang didapat yaitu 6,540 (IK 95%, 3,419-12,513) hal ini menunjukkan bahwa resiko relatif seorang pasien untuk terkena MACE dengan kadar Troponin T meningkat adalah 6,5 kali dari pasien dengan kadar Troponin T yang normal. (Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Hubungan gambaran ST deviasi dengan kejadian MACE

MACE Ya Tidak P RR (IK 95%) N % n % Gambaran ST deviasi Iya 52 13,6 330 86,4 0,002 1,987(1,261-3,132) Tidak 25 6,8 340 93,2

Dari tabel 4.4 terdapat 52 orang yang mengalami MACE dengan disertai adanya gambaran ST deviasi pada EKG, 25 orang yang mengalami MACE namun tidak disertai adanya gambaran ST deviasi pada pemeriksaan EKG, 330 orang tidak mengalami MACE namun terdapat gambaran ST deviasi pada pemeriksaan EKG dan 340 orang tidak mengalami MACE dan juga tidak terdapat gambaran ST deviasi pada pemeriksaan EKG. Pada uji kemaknaan didapatkan nilai P sebesar 0,002 hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara adanya gambaran ST deviasi pada pemeriksaan EKG dengan kejadian MACE dan nilai RR yang didapat adalah 1,987 (IK 95%, 1,261-3,132) dengan demikian risiko relatif seorang pasien untuk mengalami MACE dengan adanya gambaran ST deviasi pada pemeriksaan EKG sebesar 1,987 kali dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki gambaran ST deviasi pada pemeriksaan EKG.

31

4.2. Pembahasan

4.2.1. Hubungan Enzim Jantung dengan kejadian MACE

Berdasarkan analisis bivariat ini didapatkan p<0,001 pada peningkatan kadar CKMB terhadap terjadinya MACE, hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan peningkatan kadar CKMB dengan kejadian MACE. Selain itu, seorang pasien yang mengalami SKA dengan peningkatan kadar CKMB memiliki risiko untuk terjadinya MACE yaitu sebesar 2,415 kali lebih besar daripada pasien yang mengalami SKA dengan kadar CKMB yang normal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alexander,dkk. didapatkan hasil bahwa peningkatan kadar CKMB memiliki hubungan yang signifikan dengan laju kematian, semakin meningkat kadar CKMB pada pasien SKA, maka risiko terjadinya MACE semakin meningkat dibandingkan dengan pasien SKA yang memiliki kadar CKMB yang normal.11 Pada penelitian Goodarce, dkk. mendapatkan bahwa kejadian MACE pada pasien SKA dengan kadar CKMB yang meningkat dibandingkan dengan yang normal yaitu RR 2,84 (IK 95%, 1,15-7,02).31

Peningkatan kadar Troponin T terhadap terjadinya MACE pada analisis bivariat menunjukkan p<0,001, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara peningkatan kadar Troponin T dengan kejadian MACE. Sehingga, pasien SKA dengan peningkatan kadar Troponin T memiliki risiko 6,45 kali lebih besar daripada pasien dengan kadar Troponin T yang normal.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ang, dkk. pada penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa pasien dengan peningkatan Troponin T memiliki risiko terjadinya MACE 6 kali lebih besar dibandingkan dengan pasien yang memiliki kadar Troponin T yang normal dengan unadjusted RR 6,11 (IK 95%, 2,98-12,50).10 Selain itu, pada penelitian Yan, dkk disebutkan bahwa kadar Troponin yang meningkat secara persisten pada pasien SKA memiliki risiko untuk terjadinya MACE sebesar 3 kali dibandingkan dengan pasien SKA yang memiliki kadar Troponin normal dengan unadjusted RR 3,39 (IK 95%, 2,02-5,68) p<0,001.9

32

Hal ini disebabkan karena enzim jantung merupakan salah satu penanda adanya nekrosis pada miokardium dan bila terjadi peningkatan kadar enzim jantung pada pasien SKA menunjukkan adanya nekrosis pada miokardium yang berulang sebagai tanda adanya ketidakstabilan pembuluh darah, sehingga akan menyebabkan mikroemboli yang terus-menerus dan menyebabkan adanya infark yang mikroskopik.11

4.2.2. Hubungan Gambaran ST deviasi dengan kejadian MACE

Adanya gambaran ST deviasi pada pasien SKA dapat berisiko terjadinya MACE sebesar 1,987 kali dibandingkan dengan pasien SKA tanpa adanya gambaran deviasi segmen ST pada pemeriksaan EKG.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Kaul, dkk. pada penelitian tersebut di dapatkan hasil bahwa pasien dengan adanya deviasi segmen ST memiliki risiko terjadinya MACE sebesar 14,1% dibandingkan dengan yang tidak memiliki gambaran deviasi segmen ST pada gambaran EKG dengan p<0,001. Hal ini dikarenakan jumlah pembuluh darah yang mengalami iskemia semakin banyak.29 Sedangkan pada penelitian Jeong dkk, mendapatkan pasien SKA dengan adanya gambaran ST deviasi dibandingkan dengan tanpa adanya gambaran ST deviasi memiliki risiko untuk terjadinya MACE dengan RR 1,402, p = 0,037.32

33

4.3. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain :

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini hanya diambil pada satu rumah sakit.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif, akan lebih baik apabila penelitian menggunakan desain kohort prospektif. Pada kohort retrospektif, peneliti hanya sanggup melihat pengukuran yang telah dilakukan orang lain di masa lalu.

3. Lama Pengamatan

Penelitian ini hanya mengamati kejadian MACE selama perawatan di ICCU.

34

BAB V

Dokumen terkait