• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Semen Segar

Hasil evaluasi semen segar merupakan pemeriksaan awal semen yang dijadikan dasar untuk menentukan kelayakan semen yang akan diproses lebih lanjut. Pemeriksaan semen dilakukan di laboratorium dengan temperatur ruang 20 - 22 °C dan kelembaban 80 - 90%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen yang diperoleh dari 18 kali penampungan mempunyai kualitas yang cukup baik, bersifat voluminous dengan motilitas spermatozoa diatas 60% dan konsentrasi spermatozoa diatas 150 x 106 sel/ml. Hasil rataan dari 18 kali penampungan semen babi Yorkshire diperlihatkan dalam Tabel 7.

Tabel 7 Nilai karakteristik semen segar babi

Karakteristik semen Nilai rataan

Volume (ml) 214.44 ± 52.41

Warna putih susu

Konsistensi encer

Gerakan massa kurang ( - )

pH 7.78 ± 0.44 Motilitas (%) 65.56 ± 3.91 Spermatozoa hidup (%) 87.70 ± 6.34 Normalitas (%) 93.18 ± 4.00 Konsentrasi (106 sel/ml) 191.65 ± 71.1 Volume Semen

Rataan volume semen per ejakulat yang diperoleh selama penelitian adalah 214.44 ± 52.41 ml (kisaran antara 150 - 300 ml). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Robert (2006) yaitu volume semen babi berkisar 200 - 250 ml, dan 240 - 250 ml menurut Ax et al. (2000a), sedangkan menurut Garner dan Hafez (2000) volume semen babi tanpa gelatin berkisar 150 - 200 ml.

Semen babi bersifat voluminous, memiliki ejakulat dengan volume yang banyak namun dengan konsentrasi spermatozoa yang rendah. Hal ini disebabkan oleh semen yang diejakulasikan terdiri atas beberapa fraksi yaitu pra-spermatozoa, kaya-spermatozoa dan pasca-spermatozoa. Fraksi pra-spermatozoa tidak mengandung spermatozoa, hanya berupa gelatin dari kelenjar bulbouretralis

(kelenjar Cowper) yang mencapai 20% dari total volume semen. Fraksi kaya-spermatozoa mengandung 20 - 30% kaya-spermatozoa dengan konsentrasi 600-1000 x 106 sel/ml (Ax et al. 2000a), dan fraksi pasca-spermatozoa mengandung cairan dari kelenjar aksesoris lainnya, yaitu kelenjar prostat dan kelenjar vesicularis.

Menurut Johnson et al. (2000) faktor-faktor yang mempengaruhi volume semen saat ditampung adalah variasi umur, tingkat rangsangan, frekuensi ejakulasi dan kualitas pakan. Pada kondisi manajemen peternakan yang baik, sangat kecil kemungkinan terjadinya defisiensi kualitas dan kuantitas protein yang diberikan kepada pejantan. Pemberian ransum dengan protein yang rendah dapat mengakibatkan pengurangan konsumsi makanan, penurunan berat badan, kelemahan, dan penurunan libido dan produksi spermatozoa.

Produksi sepermatozoa merupakan proses yang kontinyu dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi, namun frekuensi ejakulasi yang terlampau sering dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung untuk menurunkan libido, volume semen dan konsentrasi spermatozoa per ejakulasi.

Pada penelitian ini umur pejantan yang digunakan rata-rata tiga tahun, dan produksi serta kualitas semen yang dihasilkan sudah mulai menurun. Hal ini disebabkan jumlah pejantan yang digunakan terbatas sementara permintaan akan semen cair babi untuk keperluan IB di masyarakat semakin meningkat sehingga frekuensi penampungan semen babi semakin sering dalam rentang waktu yang pendek. Hal ini menyebabkan kualitas semen yang dihasilkan cenderung menurun, meliputi motilitas dan konsentrasi spermatozoa per ejakulat. Menurut Toelihere (1993) produksi semen pada hewan jantan setelah mencapai titik optimum akan menurun seiring dengan meningkatnya umur.

Warna, Konsistensi dan Gerakan Massa Semen

Warna semen berkaitan erat dengan konsentrasi dan konsistensi (kekentalan), semakin tinggi konsentrasi spermatozoa menyebabkan meningkatnya konsistensi dan kepekatan warna semen. Semen babi yang normal konsistensinya encer karena konsentrasi spermatozoa rendah, dan berwarna putih-susu karena terdapat riboflavin hasil sekresi kelenjar vesikularis. Warna semen yang didapat dalam penelitian ini umumnya putih-susu dengan konsistensi encer. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan Robert (2006) bahwa warna dan

konsistensi semen babi tergantung dari fraksi yang ditampung, yakni fraksi pra-spermatozoa bersifat encer (watery) dengan warna putih abu-abu, dan fraksi kaya-spermatozoa bersifat seperti susu tidak kental (milky-nonviscous) dengan warna putih krem.

Konsistensi semen segar yang diperoleh adalah encer, dengan gerakan massa tidak ada atau kurang (-). Hasil ini secara fisiologis adalah normal pada babi karena gerakan massa spermatozoa pada semen babi umumnya tidak terlihat seperti pada semen sapi dan domba, sebab semen babi volumenya tinggi mencapai 240 - 250 ml (Ax et al. 2000a) dan konsentrasi spermatozoa rendah 200 - 300 x 106 sel/ml (Garner dan Hafez 2000).

Derajat Keasaman (pH) Semen

Nilai fisiologis derajat keasaman (pH) semen segar yang diperoleh selama penelitian berada pada kisaran 6.5 - 8.0 dengan rataan 7.78 ± 0.44. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Gadea (2003), yakni pH semen babi rata-rata 7.4 ± 0.2 dan sejalan dengan hasil penelitian Garner dan Hafez (2000) yakni 7.3 - 7.8. Perbedaan nilai fisiologis pH dapat disebabkan oleh perbedaan ras, lingkungan, dan perbedaan buffer (Evans dan Maxwel 1987). Hal ini menjadi dasar dalam pembuatan larutan pengencer karena pH larutan dapat mempengaruhi viabilitas spermatozoa.

Derajat keasaman (pH) dapat mempengaruhi daya tahan spermatozoa. Semakin rendah atau semakin tinggi dari pH normal, dapat membuat spermatozoa lebih cepat mati. Perubahan pH dapat terjadi karena semen dibiarkan terpapar pada temperatur ruang tanpa diencerkan. Hal tersebut menyebabkan terjadinya penimbunan asam laktat yang merupakan hasil akhir dari proses metabolisme, yakni proses fruktolisis (Rigau et al. 1996), dan dalam jangka waktu lama dapat menurunkan pH semen. Penurunan pH ekstraseluler secara efektif dapat menurunkan pH intraseluler, sehingga spermatozoa lebih cepat mati. Menurut Vyt et al. (2004) peningkatan pH sebesar 0.3 - 0.5 dapat terjadi pada hari pertama penyimpanan, dan hal ini berkaitan erat terhadap penurunan motilitas spermatozoa.

Motilitas dan Spermatozoa Hidup

Motilitas spermatozoa mempunyai peranan penting dalam penentuan kualitas semen karena akan berkaitan erat dengan kemampuan spermatozoa dalam fertilisasi. Persentase motilitas spermatozoa yang diperoleh dalam penelitian ini rata-rata 65.56 ± 3.91% dan persentase hidup spermatozoa rata-rata 87.70 ± 6.34%. Hasil ini sejalan dengan Garner dan Hafez (2000) yang menyatakan bahwa motilitas spermatozoa babi berkisar 50 - 80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai motilitas spermatozoa adalah perbedaan bangsa, individu, dan umur ternak yang digunakan (Johnson et al. 2000), serta menurut Everett dan Bean (1982); Shukla et al. (1992) nilai motilitas spermatozoa dipengaruhi oleh jumlah ejakulat, umur pejantan, perubahan temperatur dan bangsa pejantan.

Perubahan temperatur yang terlampau cepat dapat menurunkan motilitas spermatozoa selama proses penyimpanan (Johnson et al. 2000). Umur dan bangsa pejantan dapat mempengaruhi motilitas spermatozoa. Bangsa pejantan unggul yang telah dikembangkan berasal dari bangsa Landrace, Yorkshire dan Duroc. Sementara untuk umur pejantan, dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tua umur pejantan maka produksi semen yang dihasilkan cenderung menurun, dan hal ini juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas spermatozoa baik motilitas maupun konsentrasi spermatozoa per ejakulat (Toelihere 1993; dan Johnson et al. 2000).

Konsentrasi Spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa sangat penting dalam penentuan kualitas spermatozoa. Konsentrasi, volume dan persentase motilitas spermatozoa dapat menggambarkan tingkat pengenceran dan banyaknya betina yang dapat diinseminasi. Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dalam penelitian ini rata-rata 191.65 ± 71.1 x 106 sel/ml dengan sperma normal mencapai 93.18 ± 4.00%. Konsentrasi spermatozoa yang diperoleh dalam penelitian ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi normal menurut Garner dan Hafez (2000) serta Robert (2006) yaitu berkisar antara 200 - 300 x 106 sel/ml.

Variasi nilai konsentrasi spermatozoa dapat disebabkan oleh perbedaan individu ternak yang digunakan dan kondisi ternak saat penampungan semen. Everett dan Beans (1982) menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa sangat

nyata dipengaruhi oleh jumlah ejakulat, interval penampungan, kondisi pejantan, dan lingkungan. Perbedaan konsentrasi spermatozoa dapat juga dipengaruhi oleh kondisi individu, genetik dan pakan. Individu yang cukup sehat dan dalam kondisi optimum serta mendapatkan pakan yang berkualitas, maka konsentrasi spermatozoa akan memiliki nilai yang lebih baik.

Morfologi (Normalitas) dan Morfometri Spermatozoa

Spermatozoa normal memegang peranan penting dalam keberhasilan fertilisasi. Persentase spermatozoa normal dalam penelitian ini mencapai 93.18 ± 4.00% dan abnormalitas mencapai 6.82 ± 4.00%. Hasil penelitian ini sesuai dengan batas standar persentase spermatozoa abnormal yang dapat diproses lebih lanjut yakni persentase abnormalitas spermatozoa babi per ejakulat tidak boleh lebih dari 20% (Toelihere 1993; Bonet et al. 1993; Garner dan Hafez 2000 serta Johnson et al. 2000). Menurut Garner dan Hafez (2000) normalitas spermatozoa babi mencapai 70 - 90%.

Abnormalitas spermatozoa dapat terjadi pada bagian kepala dan ekor spermatozoa (Bonet et al. 1993), dan dapat terjadi selama proses spermatogenesis maupun setelah ke luar dari saluran epididymis (Toelihere 1993; Bonet et al. 1993; Ax et al. 2000a dan Johnson et al. 2000). Secara morfometri, panjang dan lebar kepala spermatozoa babi (Sus scrofa domestica) menurut Hirai et al. (2001) yaitu 9.27±0.05µm dan 4.66±0.02µm. Gambaran spermatozoa normal dan abnormal dapat dilihat pada Gambar 9. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abnormalitas spermatozoa yaitu genetik, umur, breed, cahaya, temperatur, manajemen pemeliharaan, frekuensi penampungan, pengenceran, dan lingkungan (Toelihere 1993)

Gambar 9 Spermatozoa babi hasil pewarnaan Williams: (a) Spermatozoa normal, (b) Spermatozoa abnormal pada kepala, dan (c) Spermatozoa abnormal pada ekor

Daya Tahan Semen Segar Dalam Tempat Penyimpanan Berbeda

Semen yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga ekor pejantan dengan 18 kali penampungan, yang diambil setiap dua kali dalam seminggu dan dilakukan pada pagi hari. Rataan persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup pada saat penampungan masing-masing mencapai 65.56 ± 2.55%, dan 87.76 ± 2.87%. Semua perlakuan menunjukkan pola penurunan persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup yang sama pada semen segar, baik pada penyimpanan di dalam ruang terbuka, kotak styrofoam maupun lemari es dengan waktu pengamatan setiap enam jam (Tabel 8).

a b

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen segar yang disimpan dalam ruang terbuka (22 °C) dapat bertahan selama enam jam dengan motilitas 48.49% dan rataan penurunan motilitas spermatozoa pada enam jam berikutnya (12 jam penyimpanan) mencapai 15 - 20%. Sedangkan semen segar yang ditempatkan dalam kotak styrofoam (18 °C) dan lemari es (15 °C) dapat bertahan hingga 18 jam penyimpanan dengan persentase motilitas masing-masing mencapai 45% dan 43.89%, namun perbedaan ini tidak berbeda nyata.

Tabel 8 Persentase motilitas dan spermatozoa hidup semen segar dalam tempat penyimpanan berbeda

Tempat Penyimpanan Parameter (%) Pengamatan (jam) RT (22 °C) KS (18 °C) LE (15 °C) Motilitas 0 65.56 ± 2.55 a 65.56 ± 2.55 a 65.56 ± 2.55 a 6 48.89 ± 10.72 c 60.56 ± 2.10 ab 58.89 ± 0.48 ab 12 40.83 ± 13.10 c 55.56 ± 1.92 ab 52.22 ± 1.92 ab 18 32.78 ± 15.49 d 45.00 ± 4.41 c 43.89 ± 5.36 c 24 19.44 ± 12.95 f 34.44 ± 7.70 d 35.56 ± 9.62 d 30 1.67 ± 2.89 g 18.89 ± 3.47 f 22.78 ± 8.39 e 36 - 5.00 ± 0.01 g 5.00 ± 0.01 g 42 - - - Spermatozoa 0 87.76 ± 2.87 a 87.76 ± 2.87 a 87.76 ± 2.87 a Hidup 6 66.01 ± 7.18 ab 78.27 ± 2.85 a 78.15 ± 0.74 a 12 55.75 ± 10.45 bc 68.78 ± 3.35 ab 68.54 ± 2.71 ab 18 45.50 ± 14.00 c 56.39 ± 3.02 bc 58.61 ± 6.48 bc 24 25.44 ± 12.65 de 44.00 ± 9.12 cd 48.67 ± 10.81 c 30 4.07 ± 7.06 ef 24.64 ± 4.84 de 31.12 ± 8.75 d 36 - 10.00 ± 0.01 ef 10.74 ± 1.28 ef 42 - - -

Ket: RT (ruang terbuka), KS (kotak styrofoam), LE (lemari es). Angka yang diikuti oleh huruf berbeda adalah berbeda nyata (P<0.05)

Pada ruang terbuka terjadi penurunan persentase motilitas yang nyata (P<0.05) pada enam jam penyimpanan (48.89 ± 10.72%), dan menurun nyata (P<0.05) pada pengamatan jam 18 hingga jam 30, sementara pada jam ke-36 dan ke-42 motilitas spermatozoa tidak dapat teramati lagi.

Pada kotak styrofoam dan lemari es penurunan persentase motilitas yang nyata (P<0.05) baru terjadi pada 18 jam penyimpanan (masing-masing 45.00 ± 4.41% dan 43.89 ± 5.36%), dan menurun nyata (P<0.05) setiap enam jam berikutnya hingga 36 jam penyimpanan. Sementara pada 42 jam penyimpanan persentase motilitas tidak dapat teramati lagi.

Jika batas minimal persentase motilitas spermatozoa yang digunakan dalam IB adalah 30% maka lebih dari 18 jam penyimpanan pada ruang terbuka nampaknya sudah tidak dapat ditoleransi, sementara dengan semen segar yang disimpan dalam kotak styrofoam dan lemari es adalah pada lebih dari 24 jam penyimpanan.

Persentase spermatozoa hidup pada semen segar juga mengalami penurunan selama penyimpanan. Pada ruang terbuka penurunan persentase sperma hidup yang nyata (P<0.05) terjadi pada 12 jam penyimpanan yakni 55.75 ± 10.45%, sedangkan pada kotak sytrofoam dan lemari es penurunan persentase sperma hidup yang nyata (P<0.05) terjadi pada 18 jam penyimpanan masing-masing 56.39 ± 3.02% dan 58.61 ± 6.48%.

Persentase spermatozoa hidup berkaitan erat dengan persentase motilitas spermatozoa, baik pada penyimpanan dalam ruang terbuka, kotak styrofoam maupun pada lemari es, dimana jumlah spermatozoa hidup lebih tinggi dibandingkan dengan persentase motilitas spermatozoa, seperti diperlihatkan dalam Gambar 10.

Gambar 10 Penurunan persentase motilitas (M) dan spermatozoa hidup (SH) semen segar pada penyimpanan ruang terbuka (RT), kotak styrofoam (KS) dan lemari es (LE)

(%)

Lama Penyimpanan (jam)

-10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0 6 12 18 24 30 36 42 M ot-RT SH-RT M ot-KS SH-KS M ot-LE SH-LE

Kecenderungan penurunan persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup semen segar selama penyimpanan dapat disebabkan oleh aktivitas seluler yang hampir optimum pada temperatur ruang (22 °C) sehingga substrat energi di dalam plasma semen babi cepat habis dan terdapat akumulasi asam laktat sebagai sisa metabolisme dengan konsentrasi lebih tinggi yang bersifat toksik pada spermatozoa. Selain itu karena semen babi hanya dapat disimpan dengan tetap mempertahankan kualitasnya pada kisaran suhu 15 - 20 °C (Paulenz et al. 2000), kaitannya dengan perbedaan komposisi phospholipid pada membran plasma spermatozoa, serta daya simpan semen babi yang relatif singkat yaitu kisaran 3 - 7 hari tergantung bahan pengencer yang digunakan (Johnson et al. 1982; Gadea 2003; Robert 2006).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi daya tahan semen segar selama penyimpanan yakni motilitas dan konsentrasi spermatozoa, serta derajat keasaman (pH). Motilitas spermatozoa kurang dari 60% dan konsentrasi spermatozoa kurang dari 200 x 106 sel/ml mempunyai daya tahan yang singkat, baik disimpan dalam ruang terbuka maupun dalam kotak styrofoam dan lemari es. Sementara pH semen segar akan mengalami perubahan selama penyimpanan yakni akan bersifat lebih asam, karena terpapar pada ruang terbuka, dan terjadinya penimbunan asam laktat dalam konsentrasi tinggi sebagai hasil sisa metabolisme spermatozoa. Hal inilah yang menyebabkan spermatozoa mengalami kematian.

Dari Tabel 8 dapat dilihat persentase motilitas spermatozoa pada semen segar menunjukkan hasil yang masih optimum untuk dapat digunakan dalam inseminasi baik pada penyimpanan dalam kotak styrofoam (18 °C) maupun lemari es (15 °C) selama enam jam, dengan hasil persentase motilitas spermatozoa masing-masing mencapai 60.56 ± 2.10% dan 58.89 ± 0.48%, sedangkan persentase spermatozoa hidup masing-masing mencapai 78.27 ± 2.85% dan 78.15 ± 0.74%. Semen segar setelah enam jam penyimpanan memberikan persentase motilitas spermatozoa yang nyata rendah, yakni dari 65.56 ± 2.55% menjadi 48.89 ± 10.72%.

Daya Tahan Semen Cair Dalam Tempat Penyimpanan Berbeda

Semen cair yang digunakan dalam penelitian ini masing-masing menggunakan pengencer BTS, M-BTS dan M-Zorlesco, yang disimpan dalam tiga tempat penyimpanan berbeda yaitu pada ruang terbuka (22 °C), kotak styrofoam (18 °C) dan lemari es (15 °C).

Ruang Terbuka (22 °C)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen cair dengan pengencer M-Zorlesco dapat disimpan lebih lama dalam ruang terbuka (22 °C) dengan persentase motilitas mencapai 46.11% selama 30 jam penyimpanan, dibandingkan dengan pengencer BTS dan M-BTS dengan persentase motilitas spermatozoa masing-masing mencapai 41.11% (24 jam) dan 46.11% (18 jam).

Pola penurunan persentase motilitas dan spermatozoa hidup yang sama selama waktu penyimpanan terjadi pada semua pengencer, baik dalam pengencer BTS, dan M-BTS maupun M-Zorlesco (Tabel 9).

Tabel 9 Persentase motilitas dan spermatozoa hidup semen cair dalam penyimpanan ruang terbuka

Bahan Pengencer Parameter (%) Pengamatan (jam) BTS M-BTS M-Zorlesco Motilitas 0 65.56±2.55 a 65.56±2.55a 65.56±2.55 a 6 58.89±2.55 ab 57.22±2.55 b 62.78±2.55 a 12 55.28±3.76 b 51.67±3.00 bc 61.11±2.41 ab 18 51.67±5.00 b 46.11±4.19 c 59.44±2.55 ab 24 41.11±6.94 c 29.44±12.95de 51.11±6.94 bc 30 25.00±7.64 e 15.56±8.39 f 46.11±6.74 c 36 15.00±8.66 f 6.67±5.77 g 35.78±3.89 d 42 7.22±4.81 g 3.33±2.89 g 27.07±5.08 d Spermatozoa 0 87.76±2.87 a 87.76±2.87 a 87.76±2.87 a Hidup 6 75.34±6.23 ab 72.78±5.44 bc 78.55±1.20 ab 12 69.58±5.51 ab 64.30±5.14 cd 73.27±2.93 ab 18 63.82±6.10 cd 55.83±5.33 d 68.00±5.39 c 24 47.84±5.47 de 37.36±15.68e 59.73±3.53 d 30 30.24±10.11e 19.05±11.17g 54.54±2.60 d 36 20.39±10.38ef 10.00±8.66 ef 30.06±26.16e 42 10.74±5.16 ef 5.67±4.91 f 24.00±21.17e

Ket: BTS: Beltsvill Thawing Solution, M-BTS: modifikasi BTS, M-Zoc: modifikasi Zorlesco,

Penurunan persentase motilitas yang nyata (P<0.05) pada 18 jam penyimpanan terjadi pada semen yang menggunakan pengencer M-BTS dengan persentase motilitas mencapai 46.11 ± 4.19%. Dibandingkan dengan semen yang menggunakan pengencer BTS dan M-Zorlesco, penurunan secara nyata (P<0.05) terjadi pada 30 jam penyimpanan dengan persentase motilitas mencapai 25.00 ± 7.64% dalam BTS dan 46.11 ± 6.74% dalam M-Zorlesco.

Penurunan persentase motilitas spermatozoa dalam pengencer M-BTS terjadi lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan pengencer BTS dan pengencer M-Zorlesco. Hal ini terjadi karena sumber nutrisi bagi spermatozoa mulai berkurang mengingat komponen karbohidrat dalam M-BTS berasal dari fruktosa, sedangkan spermatozoa sangat mudah memanfaatkan fruktosa sebagai sumber energi. Perombakan fruktosa menjadi energi terjadi lebih cepat karena fruktosa dapat langsung dirubah menjadi fruktosa 6-phosphat (6P), sedangkan glukosa sebelum menjadi fruktosa 6P harus dirubah terlebih dahulu menjadi glukosa 6P kemudian menjadi fruktosa 6P dan akhirnya menjadi fruktosa bis-phosphat untuk menghasilkan ATP (energi bagi spermatozoa) dan asam laktat sebagai sisa metabolisme.

Garner dan Hafez (2000) menyatakan bahwa fruktosa di dalam pengencer semen dimanfaatkan oleh spermatozoa sebagai sumber energi baik dalam kondisi anaerob atau pada saat penyimpanan, maupun kondisi aerob pada saluran reproduksi betina. Penurunan persentase motilitas spermatozoa dalam pengencer M-BTS disebabkan oleh adanya penimbunan asam laktat hasil dari metabolisme spermatozoa sehingga konsentrasi asam laktat di dalam semen menjadi tinggi dan menyebabkan spermatozoa mengalami kematian, serta karena spermatozoa babi dapat bertahan secara optimum pada temperatur 15 - 20 °C (Paulenz et al. 2000).

Penurunan persentase motilitas spermatozoa yang sangat tinggi dengan menggunakan pegencer BTS terjadi pada 24 ke 30 jam penyimpanan yakni 41.11 ± 6.94% menjadi 25.00 ± 7.64%. Hal ini menunjukkan bahwa batas optimum viabilitas spermatozoa dalam pengencer BTS yang disimpan dalam ruang terbuka (22 °C) adalah 24 jam penyimpanan. Sementara viabilitas spermatozoa menggunakan pengencer M-Zorlesco dapat bertahan dengan persentase motilitas mencapai 46.11 ± 6.74% pada penyimpanan 30 jam. Hal ini dapat terjadi karena

komponen pengencer M-Zorlesco mengandung Bovine Serum Albumin (BSA) dan Glisin yang merupakan sumber protein penting bagi spermatozoa, khususnya dalam proses penyimpanan, sehingga spermatozoa mempunyai cadangan nutrisi bagi kelangsungan hidup selama disimpan dan melindungi spermatozoa dari pengaruh cold shock.

Hal yang sama terjadi pada persentase spermatozoa hidup, karena persentase spermatozoa hidup berkaitan erat dengan persentase motilitas spermatozoa, dimana jumlah spermatozoa hidup lebih tinggi dibandingkan dengan persentase motilitas spermatozoa, seperti diperlihatkan dalam Gambar 11.

Gambar 11 Penurunan persentase motilitas (M) dan spermatozoa hidup (SH) semen cair pada penyimpanan ruang terbuka (RT), dalam pengencer BTS, M-BTS dan M-Zorlesco

Kotak Styrofoam (18 °C)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen cair dengan pengencer M-Zorlesco dapat disimpan lebih lama dalam kotak styrofoam (18 °C) dengan persentase motilitas mencapai 40% selama 36 jam penyimpanan, dibandingkan dengan pengencer BTS dan M-BTS dengan persentase motilitas spermatozoa masing-masing mencapai 46.67% (30 jam) dan 46.67% (24 jam).

-1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 0 6 1 2 1 8 2 4 3 0 3 6 4 2 M o t-B T S S H -B T S M o t-M B T S S H -M B T S M o t-M zo c S H -M zo c (%)

Pola penurunan persentase motilitas dan spermatozoa hidup yang sama selama waktu penyimpanan terjadi pada semua pengencer, baik dalam pengencer BTS, dan M-BTS maupun M-Zorlesco (Tabel 10).

Penurunan persentase motilitas yang nyata (P<0.05) terjadi pada 12 jam penyimpanan semen menggunakan pengencer M-BTS dengan persentase motilitas 57.78 ± 1.92%, namun untuk kepentingan inseminasi, penurunan yang nyata (P<0.05) terjadi pada penyimpanan 24 jam dengan persentase motilitas 46.67 ± 5.77%. Dibandingkan semen dengan menggunakan pengencer BTS dan M-Zorlesco penurunan secara nyata (P<0.05) terjadi pada 30 jam penyimpanan dengan persentase motilitas masing-masing mencapai 46.67 ± 5.00% dan 56.39 ± 1.27%.

Tabel 10 Persentase motilitas dan spermatozoa hidup semen cair dalam penyimpanan kotak styrofoam

Bahan Pengencer Parameter

(%)

Pengamatan

(jam) BTS M-BTS M-Zorlesco

Motilitas 0 65.56±2.55a 65.56±2.55a 65.56±2.55a

6 63.61±1.73a 61.67±1.44a 63.61±2.10a

12 61.67±1.67a 57.78±1.92b 61.67±1.67a 18 57.50± 2.20b 52.22± 3.47b 60.83± 0.83ab 24 53.33±3.33b 46.67±5.77c 60.00±0.01ab 30 46.67±5.00c 32.50±7.95d 56.39±1.27b 36 28.33±2.89e 20.00±0.01ef 40.00±0.01cd 42 18.33±2.89f 11.67±2.89fg 30.00±0.01de

Spermatozoa 0 87.76±2.87a 87.76±2.87a 87.76±2.87a

Hidup 6 83.54±3.89a 81.32±4.40a 83.26±2.09a

12 79.32±5.70a 74.88±6.81ab 78.76±1.32a

18 71.66± 3.29ab 67.38± 3.52b 75.72± 0.89a

24 64.01±0.95b 59.88±1.91b 72.68±1.43ab

30 56.20±3.70b 42.49±11.50cd 68.55±1.80b

36 36.67±7.64d 25.06±2.59de 48.78±1.17c

42 25.00±2.50de 15.30±3.24e 36.33±1.89d

Ket: BTS: beltsville thawing solution, M-BTS: modifikasi BTS, M-Zoc: modifikasi Zorlesco,

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05)

Penurunan persentase motilitas spermatozoa dalam pengencer M-BTS terjadi lebih cepat dibandingkan dalam pengencer BTS dan M-Zorlesco, bahkan penurunan persentase motilitas spermatozoa dalam pengencer M-BTS dimulai pada 12 jam penyimpanan, hal ini karena sumber nutrisi bagi spermatozoa mulai berkurang mengingat komponen karbohidrat dalam pengencer M-BTS berasal dari fruktosa. Seperti halnya yang terjadi pada penyimpanan dalam ruang terbuka

spermatozoa sangat mudah memanfaatkan fruktosa sebagai sumber energi. Penurunan persentase motilitas spermatozoa yang tinggi dalam pegencer BTS terjadi pada 30 ke 36 jam penyimpanan yakni 46.67 ± 5.00% menjadi 28.33 ± 2.89%. Hal ini menunjukkan batas optimum viabilitas spermatozoa dalam pengencer BTS yang disimpan dalam kotak styrofoam (18 °C) adalah 30 jam penyimpanan. Hasil ini sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan viabilitas spermatozoa yang disimpan dalam ruang terbuka (22 °C) yakni 24 jam. Hal ini disebabkan dalam kotak styrofoam temperatur mencapai 18 °C, yang merupakan temperatur optimum bagi spermatozoa. Menurut Paulenz et al. (2000) spermatozoa babi dapat bertahan secara optimum pada temperatur 15 - 20 °C. Perubahan temperatur dapat mempengaruhi viabilitas spermatozoa dan menurut White (1993) pada saat temperatur rendah, phospholipid pada membran sel spermatozoa direduksi, sehingga sel mengalami kerusakan permanen dan mengurangi fungsi membran sel.

Viabilitas spermatozoa dalam pengencer M-Zorlesco dapat bertahan dengan persentase motilitas mencapai 56.39 ± 1.27% pada penyimpanan 30 jam. Hal ini dapat terjadi karena komponen pengencer M-Zorlesco mengandung Bovine Serum Albumin (BSA) dan Glisin yang merupakan sumber protein penting bagi spermatozoa, khususnya dalam proses penyimpanan, sehingga spermatozoa mempunyai cadangan nutrisi bagi kelangsungan hidup selama disimpan, dan mampu melindungi membran plasma dari pengaruh cold shock, disamping itu juga pengencer Zorlesco merupakan salah satu pengencer semen babi tipe long-term storage atau berdaya simpan lama (Johnson et al. 1982).

Hal yang sama juga terjadi pada persentase spermatozoa hidup, karena persentase spermatozoa hidup berkaitan erat dengan persentase motilitas spermatozoa, dimana jumlah spermatozoa hidup lebih tinggi dibandingkan dengan persentase motilitas spermatozoa, seperti diperlihatkan dalam Gambar 12.

Gambar 12 Penurunan persentase motilitas (M) dan spermatozoa hidup (SH) semen cair pada penyimpanan kotak styrofoam (KS), dalam pengencer BTS, M-BTS dan M-Zorlesco

Lemari Es (15 °C)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semen cair dalam pengencer M-Zorlesco dapat disimpan lebih lama di dalam lemari es (15 °C) dengan persentase motilitas mencapai 40% selama 36 jam penyimpanan, dibandingkan dengan pengencer BTS dan M-BTS persentase motilitas spermatozoa masing-masing mencapai 28.50% (36 jam) dan 27.11% (36 jam).

Pola penurunan persentase motilitas dan persentase spermatozoa hidup yang sama selama waktu penyimpanan terjadi pada semua pengencer, baik dalam pengencer BTS, dan M-BTS maupun M-Zorlesco (Tabel 11).

Penurunan persentase motilitas yang nyata (P<0.05) terjadi pada 12 jam penyimpanan semen menggunakan pengencer M-BTS dengan persentase motilitas mencapai 55.56 ± 6.31%, namun untuk kepentingan inseminasi, penurunan yang nyata terjadi pada penyimpanan 30 jam dengan persentase motilitas mencapai 35.83 ± 3.82%. Dibandingkan dengan semen dalam pengencer BTS dan M-Zorlesco penurunan yang nyata (P<0.05) terjadi pada 36 jam penyimpanan dengan persentase motilitas masing-masing mencapai 28.50 ± 2.60% dan 40.00 ± 0.01%. -1 0 2 0 3 0 4 0 5 0 6 0 7 0 8 0 9 0 1 0 0 0 6 1 2 1 8 2 4 3 0 3 6 4 2 M o t-B T S S H -B T S M o t-M B T S S H -M B T S M o t-M z o c S H -M zo c (%)

Penurunan persentase motilitas spermatozoa dalam pengencer M-BTS terjadi lebih cepat dibandingkan dalam pengencer BTS dan M-Zorlesco, yang dimulai pada 12 jam penyimpanan. Penurunan ini terjadi karena sumber nutrisi bagi spermatozoa mulai berkurang mengingat komponen karbohidrat dalam M-BTS berasal dari fruktosa, sedangkan spermatozoa sangat mudah memanfaatkan fruktosa sebagai sumber energi.

Tabel 11 Persentase motilitas dan spermatozoa hidup semen cair dalam penyimpanan lemari es

Bahan Pengencer Parameter

(%)

Pengamatan

(jam) BTS M-BTS M-Zorlesco

Motilitas 0 65.56±2.55a 65.56±2.55a 65.56±2.55a

6 63.33±1.67a 60.56±1.92ab 63.61±2.10a

12 61.11±0.96a 55.56±6.31b 61.67±1.67a 18 58.33±0.83b 53.06±2.10b 60.00±1.67ab 24 55.56±2.55b 50.56±2.55bc 58.33±2.89b 30 50.83±3.34bc 35.83±3.82d 54.17±3.00b 36 28.50±2.60e 27.11±1.90e 40.00±0.01cd 42 18.33±2.89f 13.79±3.28f 30.00±0.01de

Spermatozoa 0 87.76±2.87a 87.76±2.87a 87.76±2.87a

Hidup 6 83.65±4.26a 82.63±4.94a 83.12±2.54a

12 79.54±6.16a 77.50±7.88a 78.49±2.93a

18 74.58±7.18a 70.13±5.97ab 74.54±2.86a

24 69.62±8.21ab 62.77±4.81b 70.59±4.23ab

30 62.83±9.40b 45.51±9.35c 64.57±3.28b

36 39.06±4.98cd 29.55±0.78d 45.39±0.35c

42 24.22±3.89de 18.06±2.80e 34.56±0.77d

Ket: BTS: beltsville thawing solution, M-BTS: modifikasi BTS, M-Zoc: modifikasi Zorlesco,

Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata (P>0.05)

Dokumen terkait