• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dihitung dengan bantuan program SPSS 16.0. Data berdistribusi normal, jika signifikansi (Sig) > 0,05.

Tabel 4 Hasil Uji Normalitas

Self-Regulated Learning

Kecemasan Akademis

N 188 188

Normal Parametersa Mean 76.41 42.37

Std. Deviation 10.252 9.927 Most Extreme Differences Absolute .072 .078 Positive .072 .064 Negative -.034 -.078 Kolmogorov-Smirnov Z .987 1.072

Self-Regulated Learning

Kecemasan Akademis

N 188 188

Normal Parametersa Mean 76.41 42.37

Std. Deviation 10.252 9.927 Most Extreme Differences Absolute .072 .078 Positive .072 .064 Negative -.034 -.078 Kolmogorov-Smirnov Z .987 1.072

Asymp. Sig. (2-tailed) .285 .200

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada Tabel 4, kedua variabel memiliki signifikansi lebih besar dari 0,05 (> 0,05). Variabel Self-Regulated Learning memiliki nilai K-S Z sebesar 0,987 dengan signifikansi sebesar 0,285. Variabel Kecemasan Akademis memiliki nilai K-S Z sebesar 1,072 dengan signifikasi sebesar 0,200. Dengan demikian variabel Self-Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis memiliki distribusi yang normal karena p > 0,05.

18

Hasil Uji Linieritas

Uji linieritas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0, hasilnya dapat dilihat pada tabel 5

Tabel 5 Hasil Uji Linieritas

Sum of Squares df Mean Square F Sig. Self-Regulated Learning * Kecemasan Akademis Between Groups (Combined) 5616.225 39 144.006 1.518 .040 Linearity 1746.832 1 1746.83 2 18.41 5 .000 Deviation from Linearity 3869.394 38 101.826 1.073 .372 Within Groups 14039.41 3 148 94.861 Total 19655.63 8 187

Berdasarkan hasil uji linearitas, maka dapat diketahui bahwa variabel Self-Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,073 dengan signifikansi p = 0,372 (p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antara variabel Self-Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga adalah linier.

Hasil Deskriptif

a. Self-Regulated Learning

Kategori untuk menentukan tinggi rendahya pengukuran variabel Self-Regulated Learning, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah dan Sangat Rendah.

Tabel 6

Kategorisasi Skala Self-Regulated Learning

No Interval Kategori Mean N Prosentase

1. 96,6 ≤ x ≤ 115 Sangat Tinggi 8 4,3 % 2. 78,2 ≤ x < 96,6 Tinggi 65 34,6 % 3. 59,8 ≤ x < 78,2 Sedang 76,41 107 59,9 % 4. 41,4 ≤ x < 59,8 Rendah 8 4,3 % 5. 23 ≤ x < 41,4 Sangat Rendah 0 0 % Total 188 100%

Standar Deviasi = 10,252 Min = 51 Max = 105 Keterangan : x = Skor Self-Regulated Learning; N = Jumlah Subjek.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa 8 siswa memiliki skor Self-Regulated Learning yang berada pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 4,3 %, 65 siswa memiliki skor Self-Regulated Learning yang berada pada kategori tinggi dengan prosentase 34,6 %, 107 siswa memiliki skor Self-Regulated Learning yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 59,9 %, 8 siswa memiliki skor Self-Regulated Learning yang berada pada kategori sangat rendah dengan

20

prosentase 4,3 %. Rata-rata skor Self-Regulated Learning yang diperoleh siswa sebesar 76,41 berada pada kategori sedang. Skor Self-Regulated Learning yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 51 sampai dengan skor maksimum sebesar 105 dengan standar deviasi 10,252.

b. Kecemasan Akademis

Kategori untuk menentukan tinggi rendahya pengukuran variabel Kecemasan Akademis, yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah dan Sangat Rendah.

Tabel 7

Kategorisasi Skala Kecemasan Akademis

No Interval Kategori Mean N Prosentase

1. 92,4 ≤ x ≤ 110 Sangat Tinggi 0 0 % 2. 74,8 ≤ x < 92,4 Tinggi 0 0 % 3. 57,2 ≤ x < 74,8 Sedang 9 4,8% 4. 39,6 ≤ x < 57,2 Rendah 42,37 113 60,1 % 5. 22 ≤ x < 39,6 Sangat Rendah 66 35,1 % Total 188 100%

Standar Deviasi = 9,927 Min = 22 Max = 72 Keterangan : x = Skor Kecemasan Akademis; N = Jumlah Subjek.

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa 9 siswa memiliki skor Kecemasan Akademis yang berada pada kategori sedang dengan prosentase 4,8 %, 113 siswa

memiliki skor Kecemasan Akademis yang berada pada kategori rendah dengan prosentase 60,1 %, 66 siswa memiliki skor Kecemasan Akademis yang berada pada kategori sangat rendah dengan prosentase 35,1 %. Rata-rata Kecemasan Akademis yang diperoleh siswa sebesar 42,37 berada pada kategori rendah. Skor Kecemasan Akademis yang diperoleh siswa bergerak dari skor minimum sebesar 22 sampai dengan skor maksimum sebesar 72 dengan standar deviasi 9,927.

Hasil Uji Korelasi

Dalam penelitian ini uji korelasi antara variabel Self-Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0. Hasil uji korelasi antara variabel Self-Regulated Learning dan variabel Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8

Hasil Uji Korelasi Pearson Product Moment

Self-Regulated Learning Kecemasan Akademis Self-Regulated Learning Pearson Correlation 1 -.298 ** Sig. (2-tailed) .000 N 188 188

Kecemasan Akademis Pearson

Correlation -.298

**

1

Sig. (2-tailed) .000

N 188 188

22

Berdasarkan hasil uji korelasi Pearson Product Moment pada Tabel 8 diperoleh korelasi sebesar -0,298 dengan signifikansi sebesar 0,000 pada tingkat taraf kepercayaan sebesar 0,05 atau 95%. Dari hasil perhitungan uji korelasi diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05), maka H1 diterima. Artinya terdapat hubungan signifikan antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga. Hubungan ini ditunjukkan dengan nilai korelasi negatif sebesar -0,298.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian hubungan antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga, maka didapatkan hasil perhitungan koefisien korelasi (r) sebesar -0,298 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga. Dengan demikian dinyatakan dalam penelitian ini yaitu H1 diterima dan H0

ditolak. Artinya semakin rendah Kecemasan Akademis (variabel bebas), maka akan semakin tinggi Self-Regulated Learning (variabel terikat) pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi Kecemasan Akademis, maka semakin rendah Self-Regulated Learning pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari Pratiwi (2009) mengenai hubungan antara kecemasan akademis dengan self-regulated learning

pada siswa RSBI di SMA Negeri 3 Surakarta, hasil penelitiannya menyatakan adanya hubungan negatif antara kecemasan akademis dengan self-regulated learning.

Zimmerman & Martinez‐Pons (1990) mendefinisikan self-regulated learning sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan metakognisi, motivasi, dan perilaku dalam proses belajar. Ada tiga faktor yang mempengaruhi self-regulated learning yaitu faktor personal, lingkungan dan perilaku (Zimmerman 1989). Interaksi antara faktor personal dan lingkungan dapat menyebabkan munculnya kecemasan akademis (Pratiwi, 2009). Menurut Valiante dan Pajares (1999) kecemasan akademis merupakan perasaan tegang dan ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, perasaan tersebut mengganggu dalam pelaksanaan tugas dan aktivitas yang beragam dalam situasi akademis.

Holmes (1991) membagi kecemasan dalam empat komponen, yaitu mood (psikologis), kognitif, somatik, dan motorik. Secara kognitif, seseorang yang merasa cemas akan terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung, dan menjadi sulit untuk mengingat kembali (Holmes, 1991). Kecemasan akademik dapat berpengaruh pada fungsi kognitif yang selanjutnya termanifestasi dalam rendahnya self-regulated learning. Hal tersebut dapat merupakan asumsi kemungkinan yang menyebabkan adanya hubungan negatif antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

24

Selain itu, berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini rata-rata skor Self-Regulated Learning yang diperoleh siswa kelas XII di SMA Negeri 3 Salatiga sebesar 76,41 berada pada kategori sedang. Sedangkan Rata-rata Kecemasan Akademis yang diperoleh siswa sebesar 42,37 berada pada kategori rendah. Hasil analisis deskriptif tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Zimmerman (1989) membagi self-regulated learning atas tiga aspek yaitu: metakognisi, motivasi dan perilaku. Terganggunya aspek metakognisi, motivasi dan perilaku akibat kecemasan akademik juga bisa menjadi asumsi kemungkinan yang menyebabkan adanya hubungan negatif antara Self-Regulated Learning dengan Kecemasan Akademis pada siswa kelas XII SMA Negeri 3 Salatiga.

Pertama, metakognisi adalah kemampuan siswa merencanakan, menetapkan tujuan, mengatur, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada berbagai sisi selama proses penerimaan (Zimmerman, 1989). Siswa yang mengalami kecemasan akan menunjukkan adanya kesulitan khusus dalam informasi penginstruksian sehingga kehilangan proses pengaturannya, dan melibatkan memori jangka pendek dan jangka sedang (Tobias, dalam Pratiwi, 2009). Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan dapat menyebabkan terganggunya metakognisi yang merupakan salah satu aspek dari self-regulated learning. Kedua, motivasi yaitu siswa merasakan self-efficacy yang tinggi, atribusi diri dan berminat pada tugas (Zimmerman, 1989). Wiramihardja (2005) menjelaskan bahwa individu yang mengalami kecemasan (anxiety) biasanya akan kehilangan kepercayaan diri. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan akademik

dapat menyebabkan terganggunya aspek motivasi yang merupakan salah satu aspek dari self-regulated learning. Ketiga, perilaku merupakan upaya siswa untuk memilih, menstruktur, dan menciptakan lingkungan yang mengoptimalkan belajar (Zimmerman, 1989). Ottens (1991) menjelaskan bahwa kecemasan akademis mengacu pada terganggunya pola pemikiran dan respon fisik serta perilaku karena kemungkinan performa yang ditampilkan siswa tidak diterima secara baik ketika tugas-tugas akademis diberikan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kecemasan akademik dapat menyebabkan terganggunya aspek perilaku yang merupakan salah satu aspek dari self-regulated learning.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka didapatkan koefisien determinan (r2) sebesar (-0,298)2 yaitu 8,88 %, artinya sumbangan efektif Kecemasan Akademis terhadap Self-Regulated Learning sebesar 8,88 %, dan berarti masih terdapat 91,12 % variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi Self-Regulated Learning siswa selain Kecemasan Akademis, seperti misalnya: pengetahuan diri, perilaku serta kondisi lingkungan.

Dokumen terkait