• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perhitungan seleksi aitem dilakukan dengan menggunakan teknik statistik

Corrected Item-Total Correlation dengan bantuan program komputer SPPS 16 for windows. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total dengan

15

batasan koefisien korelasi yang dianggap memuaskan dan memberikan kontribusi yang baik adalah sebesar > 0,30 (Azwar, 2012). Pada skala

forgiveness, diperoleh bahwa dari 18 aitem yang diuji, terdapat 2 aitem gugur (9

dan 14) pada pengujian pertama dan tersisa 16 aitem. Kemudian peneliti melakukan pengujian kedua dan terdapat 1 aitem yang gugur (3) dan tersisa 15 aitem. Kemudian peneliti kembali melakukan pengujian yang ketiga dan hasilnya tidak menunjukkan adanya aitem gugur, sehingga terdapat 15 aitem terpakai. Nilai r (corrected item-total correlation) bergerak dari 0.332-0.692 dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0.861 yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel.

Pada skala religiusitas, diperoleh bahwa dari 16 aitem yang diuji, tidak terdapat aitem gugur, sehingga keenambelas aitem terpakai. Nilai r (corrected

item total-correlation) bergerak dari 0.352-0.759 dengan koefisien alpha cronbach sebesar 0.913 yang berarti alat ukur ini tergolong reliabel.

Analisis Deskriptif a. Variabel Forgiveness

Kategorisasi variabel forgiveness dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 5 x 15 = 75 dan nilai terendah yaitu 1 x 15 = 15. Untuk mengetahui religiusitas digunakan interval dengan ukuran:

16

Tabel 1

Kategorisasi hasil pengukuran Skala forgiveness

No Interval Kategori Mean N Persentase 1 60 ≤ x ≤ 75 Sangat Tinggi 3 5,46% 2 45 ≤ x <60 Tinggi 45,42 26 47,27% 4 30 ≤ x <45 Rendah 22 40% 5 15 ≤ x <30 Sangat Rendah 4 7,27% Jumlah 55 100% SD = 9,554 Min = 23 Max = 73

Forgiveness rata-rata subjek pada kategori “tinggi” dengan mean 45,42.

b. Variabel Religiusitas

Kategorisasi variabel regulasi emosi dibuat berdasarkan nilai tertinggi yaitu 16 x 5 = 80 dan nilai terendah yaitu 16 x 1 = 16. Untuk mengetahui religiusitas, digunakan interval dengan ukuran:

17

Tabel 2

Kategorisasi hasil pengukuran Skala religiusitas

No Interval Kategori Mean N Persentase 1 64≤ x ≤ 80 Sangat Tinggi 18 32,73% 2 48 ≤ x < 64 Tinggi 57,29 23 41,82% 3 32 ≤ x < 48 Rendah 14 25,45% 4 16 ≤ x < 32 Sangat Rendah 0 0% Jumlah 55 100% SD = 11,426 Min = 35 Max = 76

Religiusitas rata-rata berada pada kategori “tinggi” dengan mean 57,29. Uji Normalitas

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas kedua variabel memiliki signifikansi p>0,05. Variabel religiusitas memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,774 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,558 (p>0.05). Oleh karena nilai signifikansi p>0,05, maka distribusi data religiusitas berdistribusi normal. Hal ini juga terjadi pada variabel forgiveness yang memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,634 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,816. Dengan demikian data forgiveness juga berdistribusi normal.

18

Uji Linearitas

Hasil uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. didapatkan FDeviation from

Linearity = 0,1052 dengan sig. = 0,442 (p > 0,05), yang menunjukkan hubungan

antar religiusitas dengan forgiveness adalah linear.

Analisis Korelasi

Tabel 3

Hasil Uji Hipotesis Antara Religiusitas dengan Forgiveness Correlations X Y X Pearson Correlation 1 .243* Sig. (1-tailed) .037 N 55 55 Y Pearson Correlation .243* 1 Sig. (1-tailed) .037 N 55 55

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

19

Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara religiusitas dengan forgiveness sebesar 0,243 dengan sig. = 0,037 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan

forgiveness.

Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi religiusitas, maka akan semakin tinggi pula forgiveness yang dimiliki responden. Besarnya variasi

forgiveness dengan religiusitas dapat menjelaskan bahwa religiusitas

memberikan kontribusi terhadap forgiveness sebesar 5,91% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 94,09% yang dipengaruhi oleh faktor lain di luar religiusitas yang dapat berpengaruh terhadap forgiveness.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara religiusitas dengan

forgiveness pada individu yang tidak melakukan praktik agama, didapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara religiusitas dengan

forgiveness pada individu yang tidak melakukan praktik agama. Berdasarkan

hasil uji perhitungan korelasi, keduanya memiliki r sebesar 0,243 dengan signifikansi sebesar 0,037 (p<0,05) yang berarti kedua variabel yaitu religiusitas dengan forgiveness pada individu memiliki hubungan yang positif signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, maka ia akan semakin mampu untuk melakukan forgiveness kepada orang lain.

Hasil penelitian ini mendukung hasil-hasil penelitian terkait yang sebelumnya sudah pernah dilakukan. Dimana sebagian besar hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara religiusitas dan forgiveness.

20

Penelitian yang dilakukan oleh Hui, Watkins, Wong dan Sun (2006) menunjukkan bahwa religiusitas memiliki peran dalam melakukan pemaafan. Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh McCullough dan Worthington (1999) yang menunjukkan adanya hubungan yang positif anatar religiusitas dan forgiveness karena nilai yang ada didalam kehidupan sehari-hari selalu mengandung nilai religiusitas.

Bukti yang mendukung hasil penelitian ini juga dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Luzombe dan Karol (2009) serta Fox dan Thomas (2008) yang sama-sama membuktikan bahwa individu yang memiliki keyakinan religiusitas yang kuat cenderung lebih mampu untuk mengampuni orang lain dan hal ini menunjukkan hubungan yang positif.

Hasil penelitian ini juga diperkuat dengan nilai persentase yang menunjukkan bahwa tingkat religiusitas dan forgiveness dari para responden berada pada kategorisasi tinggi, ditunjukkan dari persentase yang diperoleh yaitu sebesar 47.27% pada skala forgiveness (26 responden) dan 41,82% pada skala religiusitas (23 responden). Hal ini menunjukkan bahwa religiusitas dan

forgiveness yang tinggi bukan hanya dimiliki oleh individu yang melakukan

praktik agama saja, tetapi berlaku juga bagi individu yang tidak melakukan praktik agama. Hal ini didasarkan pada beberapa aspek yang diungkap didalam religiusitas dan forgiveness. Berdasarkan hasil kategorisasi pada skala religiusitas, terdapat perbedaan frekuensi individu yang tidak terlalu signifikan, yakni 18 orang (sangat tinggi), 23 orang (tinggi) dan 14 orang (rendah). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah orang yang memiliki religiusitas, khususnya pada individu yang tidak melakukan praktik agama tidak sedikit dan tergolong cukup

21

banyak. Sedangkan pada kategorisasi forgiveness terdapat perbedaan jumlah frekuensi yang juga tidak terlalu jauh, yakni 26 orang (tinggi) dan 22 orang (rendah). Hal ini menunjukkan bahwa individu yang tidak melakukan praktik agama tetap bisa memaafkan kesalahan orang lain, namun adapula yang sulit untuk memaafkan.

Hasil dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa dilihat berdasarkan kategorisasi tingkat religiusitas bahwa sebanyak 23 responden (tanpa agama = 3 responden; Islam = 12 responden; Kristen = 6 responden; Katholik = 1 responden dan Kejawen = 1 responden), 18 responden (tanpa agama = 3 responden; Islam = 11 responden; Kristen = 5 responden; Katholik = 1 responden) dan 14 responden (tanpa agama = 4 responden; Islam = 3 responden; Kristen = 3; Katholik = 2 responden) menunjukkan bahwa ada perbedaan tingkat religiusitas seseorang berdasarkan agama yang dianut. Hal ini bisa dipengaruhi berdasarkan pemahaman terhadap nilai-nilai yang terkandung didalam agama dan seberapa paham seseorang terhadap nilainilai ajaran agama tersebut yang kemudian menjadi ukuran seberapa tingg tingkat religiusitas yang dimiliki.

Dalam penelitian ini juga dihasilkan bahwa religiusitas memberikan

kontribusi sebesar 5,91% terhadap forgiveness. Sebanyak 94,09% dipengaruhi oleh faktor lain seperti empati, keramahan, kemarahan, perasaan malu, kedekatan hubungan dengan transgressor, kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi, reaksi transgressor (luka yang ditimbulkan oleh transgressor) dan permintaan maaf (Wade & Worthington, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa religiusitas memiliki pengaruh bagi individu yang akan melakukan forgiveness.

22

Berdasarkan keseluruhan kategori tersebut, didapatkan hasil bahwa ada hubungan positif signifikan antara religiusitas dengan forgiveness pada individu yang tidak melakukan praktik agama. Hal ini didasarkan pada nilai korelasi yang didapatkan dari perhitungan secara statistic. Dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Artinya, ketika seseorang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, maka mereka lebih mampu untuk melakukan forgiveness. Penelitian ini juga telah menjawab hipotesis yang diajukan oleh peneliti, yakni ada hubungan positif signifikan antara religiusitas dengan forgiveness pada individu yang tidak melakukan praktik agama. Hasil penelitian ini juga membantah hasil penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa tidak ada ukuran yang terkait dengan religiusitas dan kemudian berkorelasi secara signifikan (Rangganadhan & Todorov, 2010).

KESIMPULAN

Dari berbagai hasil yang telah ditunjukkan didalam penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas dengan forgiveness pada individu yang tidak melakukan praktik agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas memberikan kontribusi penting terhadap forgiveness sebesar 5,91% dan sisanya yakni sebesar 94,09% dipengaruhi oleh faktor lain diluar religiusitas. Peneltian ini juga membuktikan bahwa individu yang tidak melakukan praktik agama juga memiliki tingkat religiusitas dan forgiveness yang tinggi. Hal ini dibuktikan berdasarkan kategorisasi religiusitas responden yang berada pada level tinggi 41,82% dan

23

forgiveness responden yang juga memiliki nilai persentase yang tinggi, yakni

47,27%.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka mereka lebih mampu untuk melakukan pemaafan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti dapat diterima dan dibuktikan melalui uji statistik yang dilakukan.

SARAN

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, peneliti menyarankan agar : 1. Bagi individu yang tidak melakukan praktik agama

Selain religiusitas, masih ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemaafan, yakni empati, keramahan, kemarahan, perasaan malu, kedekatan hubungan dengan transgressor, kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi, reaksi transgressor (luka yang ditimbulkan oleh transgressor) dan permintaan maaf.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Agar mencoba untuk menghubungkan variabel forgiveness dengan faktor yang mempengaruhi lainnya. Hal ini dikarenakan bahwa dari hasil penelitian ini ditunjukkan bahwa religiusitas hanya mempengaruhi sebesar 5,91% dan sebesar 94,09% dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti empati, keramahan, kemarahan, perasaan malu, kedekatan hubungan dengan transgressor, kualitas hubungan interpersonal sebelum transgresi, reaksi transgressor (luka yang ditimbulkan oleh transgressor) dan permintaan maaf. Selain itu, hasil penelitian ini juga masih kontra terhadap hasil penelitian sebelumnya (Rangganadhan & Todorov, 2010)

24

sehingga masih bisa dilakukan penelitian serupa dengan metode yang berbeda.

Selain itu, diharapkan pula peneliti bisa melakukan pemilihan sampel yang lebih teliti, karena proses pencarian sampel dengan kriteria yang sama termasuk sulit untuk dilakukan. Sehingga diharapkan agar peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode sampling yang lebih baik dan teliti.

25

Dokumen terkait