• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.3. Pengujian Hipotesis

5.3.2. Hasil pengujian hipotesis kedua

Hipotesis kedua berbunyi komponen Manajemen laba dapat memperkuat atau memperlemah berpengaruh mekanisme corporate governance, yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan kualitas audit terhadap nilai perusahaan (PBV) pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45. Hasil Pengujian model (a) yang menggambarkan pengaruh KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA terhadap nilai perusahaan dengan manajemen laba sebagai variabel moderating, dapat dilihat pada Tabel 5.8. berikut ini.

Tabel 5.8 Hasil Pengujian Pengaruh KI, KM, KDK, UDK, KA, KuA terhadap Manajemen Laba

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -.166 .141 -1.183 .242 KI .073 .071 .140 1.028 .309 KM 3.616 4.985 .090 .725 .471 KDK -.077 .140 -.071 -.545 .588 JDK .003 .005 .097 .629 .532 KA -.016 .008 -.291 -2.081 .042 KuA .213 .069 .372 3.074 .003 a. Dependent Variable: M

M = - 0,166 + 0,073 KI + 3,616 KM – 0,077 KDK + 0,003 JDK - 0,016 KA + 0,213 KuA

Dari model di atas dapat disimpulkan bahwa KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA berpengaruh positif dan negatif terhadap variabel moderating (Manajemen Laba). Dari Tabel 5.8, dapat disimpulkan bahwa variabel independen KI, KM, KDK dan JDK yang diuji pada model (a) tidak berpengaruh signifikan pada manajemen laba. Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikansi yang lebih besar dari 0,05.

Model (a) untuk hipotesis kedua bertujuan untuk mendapatkan nilai residual dari variabel moderating. Nilai residual dari model (a) digunakan sebagai variabel dependen pada model (b). Dari hasil uji model (b) akan diperoleh kesimpulan apakah variabel manajemen laba bisa dikatakan sebagai variabel moderating atau tidak. Sebuah variabel dikatakan sebagai variabel moderating jika memiliki nilai koefisien yang negatif dan berpengaruh signifikan. Hasil pengujian model (b) dapat dilihat pada Tabel 5.9. berikut ini.

Tabel 5.9. Hasil Pengujian Variabel Moderating

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .045 .015 2.991 .004 Y -.012 .003 -.414 -3.463 .001 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual

Model (b) dapat dibangun dari hasil pengujian adalah:

Dari hasil pengujian model (b) secara simultan diperoleh nilai signifikan dari manajemen laba lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,001 dan nilai koefisien -0,414. Dimana sebuah variabel dikatakan variabel moderating jika memiliki koefisien yang negatif dan berpengaruh signifikan. Dengan demikian disimpulkan bahwa variabel manajemen laba secara simultan dan parsial merupakan variabel moderating.

5.4. Pembahasan

Pengujian hipotesis pertama memperoleh nilai R Square diperoleh sebesar 0,192 artinya 19,2% variasi variabel PBV mampu dijelaskan oleh variasi variabel KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA sedangkan sisanya sebesar 80,8% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan di dalam model. Variabel-variabel lain tersebut dapat berasal dari ukuran perusahaan, pertumbuhan laba perusahaan, kondisi makro ekonomi Indonesia, nilai tukar rupiah terhadap dollar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa KI, KM, KDK, JDK, KA, KuA memiliki pengaruh yang lemah terhadap nilai perusahaan. Menurut (Djarwanto, 1996) jika koefisien korelasi bernilai 0,70 sampai mendekati 1,00 (plus atau minus) menunjukkan derajak hubungan yang tinggi, koefisien korelasi lebih besar dari 0,40 sampai dibawah 0,70 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang sedang. Apabila koefisiennya di atas 0,20 sampai dibawah 0,40 (plus atau minus) menunjukkan derajat hubungan yang lemah atau rendah.

Secara simultan, seluruh variabel independen yang terdiri dari KI, KM, KDK, JDK, KA dan KuA berpengaruh terhadap PBV. Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 3,331 dengan signifikan 0,007. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan

mekanisme Corporate Governance (KI, KM, KDK, JDK, KA dan KuA) berpengaruh terhadap nilai perusahaan (PBV) diterima.

Secara parsial, ada dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap PBV. Variabel yang berpengaruh tersebut adalah Jumlah Dewan Komisaris dan Kualitas Audit. Sedangkan variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Komposisi Dewan Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan. Uraian dari masing-masing variabel dapat dilihat sebagai berikut.

1. Kepemilikan Institusional (KI)

Dari hasil pengujian pada Tabel 5.7. diperoleh nilai thitung sebesar 0,454 dengan signifikansi sebesar 0,652. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian

hipotesis yang menyatakan Kepemilikan Insitusional berpengaruh signifikan terhadap PBV ditolak.

Hal menunjukkan bahwa semakin besar kepemilikan institusional dalam perusahaan, maka nilai perusahaan akan semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini kepemilikan institusional dianggap tidak mampu melakukan fungsi pengawasan terhadap aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan peningkatan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Animah dan Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa KI tidak berpengaruh terhadap PBV. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang menyatakan bahwa KI berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2. Kepemilikan Manajerial (KM)

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -1,043 dengan signifikansi sebesar 0,302. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis

yang menyatakan Kepemilikan Manajerial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan manajerial tidak meningkatkan nilai perusahaan. Dimana tingkat kepemilikan manajerial dalam perusahaan yang tergabung LQ-45, tidak akan mempengaruhi opini publik tentang nilai suatu perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Animah dan Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa KM tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Wahyudi dan Pawestri (2005), Siallagan dan Machfoedz (2006) dan Niken (2010), yang menyatakan bahwa KM berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

3. Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDK)

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar 0,012 dengan signifikansi sebesar 0,990. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) -1,6745 dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis

Hal ini menunjukkan bahwa besar atau kecilnya proporsi dewan komisaris independen dalam perusahaan bukan menjadi jaminan bahwa dalam perusahaan tidak terjadi kecurangan dalam pelaporan keuangan perusahaan. Monitoring yang dilakukan dewan komisaris independen belum dapat mengurangi perilaku manajer dalam memaksimumkan kepentingan pribadinya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007), Niken, Rahmawati dan Aryani (2010) yang menyatakan bahwa KDK tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4. Jumlah Dewan Komisaris (JDK)

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -2,325 dengan signifikansi sebesar 0,024. Nilai t hitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Jumlah Dewan Komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.

Hal ini menunjukkan bahwa besar kecilnya jumlah dewan komisaris dalam perusahaan akan menentukan efektivitas fungsi dari dewan komisaris dalam memonitor kinerja perusahaan, sehingga visi dan misi yang di targetkan perusahaan dapat dicapai guna memaksimalkan nilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kawatu (2009), Animah dan Ramadhani (2010) yang menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

5. Komite Audit (KA)

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -0,714 dengan signifikansi sebesar 0,479. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih besar dari α 0,05, dengan demikian hipotesis yang menyatakan Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ditolak.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit bukan merupakan jaminan bahwa kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga mencerminkan nilai perusahaan yang baik pula, sehingga investor pun dapat menganggap keberadaan komite audit bukanlah faktor yang dipertimbangkan dalam menilai perusahaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rachmawati dan Triatmoko (2007), tetapi tidak sesuai dengan penelitian Sialagan dan Machfoedz (2006), Herawaty (2008) yang menyatakan bahwa Komite Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

6. Kualitas Audit (KuA)

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.7. diperoleh thitung sebesar -2,836 dengan signifikansi sebesar 0,006. Nilai thitung yang diperoleh lebih kecil dari nilai t(0,05; 53) 1,6745 dan nilai signifikansi lebih kecil dari α 0,05, dengan demikian hipotesis

yang menyatakan Kualitas Audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herawaty (2009), yang menyatakan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Dari keenam variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya dua variabel yang memberikan pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini di duga terjadi karena investor masih kurang memperhatikan variabel-variabel independen dalam penelitian ini dalam pengambilan keputusan berinvestasi. Kemudian sebab lainnya adalah data yang sangat bervariasi mempengaruhi hasil analisis dan jenis perusahaan yang bervariasi dalam indeks LQ-45 sebagai sampel.

Pengujian hipotesis kedua, secara simultan diperoleh Fhitung -0,414 dan nilai signifikan sebesar 0,001. Sedangkan secara parsial diperoleh thitung -3,463 dan nilai signifikan sebesar 0,001. Hal ini menunjukkan bahwa variabel manajemen laba secara simultan dan parsial merupakan variabel moderating pada penelitian ini. Karena nilai koefisien parameternya negatif yaitu sebesar -0,414 dan signifikan.

BAB V

Dokumen terkait