• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Uji Pendahuluan

Pada uji pendahuluan ini dilakukan 2 jenis uji, yaitu uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki dan uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak. Tujuan dilakukan uji pendahuluan adalah untuk memaksimalkan metode uji yang digunakan sehingga didapat hasil yang lebih valid dan akurat.

1. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki

Uji pendahuluan penetapan selang waktu pemotongan kaki dilakukan dengan cara menyuntikkan karagenin 1% dalam waktu 1, 2, 3, 4 jam sebelum pemotongan kaki. Tujuan uji ini adalah untuk mendapatkan waktu yang paling optimal terjadinya udem pada telapak kaki mencit. Hasil uji penetapan selang waktu pemotongan kaki dapat dilihat pada tabel I dan gambar 7. Hasil uji pendahuluan ini akan digunakan untuk uji-uji selanjutnya.

Tabel I. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki

Selang Waktu Pemotongan Kaki (jam) Rata-rata bobot udema kaki (g) ± SE (n = 5)

1 0,0302 ± 0,0033

2 0,0417 ± 0,0045

3 0,0620 ± 0,0055

0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 1 2 3 4 Waktu (jam) R at a-rat a bob ot ud em a k ak i m en c it

Gambar 7. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki

Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu, bobot udem semakin meningkat. Bobot udem kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05 sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.

Tabel II. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,088 3 16 0,382

Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi bobot udema kaki

mencit pada tabel II memiliki nilai p 0,382 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil yang valid.

Tabel III. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki

keterangan df F Probabilitas (p)

bobot udema antar kelompok perlakuan

3 12,287 0,000

Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa bobot udem antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa paling tidak terdapat perbedaan bobot udem secara bermakna pada dua kelompok. Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu dilanjutkan analisis Post Hoc menggunakan uji Scheffe.

Tabel IV. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar dalam berbagai variasi selang waktu pemotongan kaki

Perbandingan Bobot Udema Kaki Mencit Antar Waktu

Jam ke- X Keterangan : ± SE Jam ke-1 Jam ke-2 Jam ke-3 Jam ke-4 1 0,0302 ± 0,0033 - tb bb bb 2 0,0417 ± 0,0045 tb - bb bb 3 0,0620 ± 0,0055 bb bb - tb 4 0,0618 ± 0,0044 bb bb tb -

X : Rata-rata bobot udem SE : Standar error

bb : berbeda bermakna tb : berbeda tidak bermakna

Dari hasil uji Scheffe didapat bahwa kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin 1% namun berbeda bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1%. Kelompok pemotongan kaki 2 jam setelah injeksi karagenin berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 1 jam setelah injeksi karagenin 1% namun berbeda bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 dan 4 jam setelah injeksi karagenin 1%.

Rata-rata bobot udema kaki mencit semakin meningkat dengan semakin lamanya waktu. Rata-rata bobot udema yang paling besar terjadi pada kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1%. Pada kelompok pemotongan kaki 4 jam setelah injeksi karagenin 1% ini memiliki rata-rata bobot udema kaki yang lebih kecil dibanding kelompok pemotongan kaki 3 jam. Hal ini menandakan bahwa semakin lama waktu pemotongan, bobot udem akan semakin menurun atau dengan kata lain kemampuan karagenin dalam menimbulkan udem akan berkurang. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok pemotongan kaki 4 jam berbeda tidak bermakna dengan kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1%. Apabila dilihat dari rata-rata bobot udem yang dihasilkan, maka dapat disimpulkan bahwa kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% memiliki nilai yang terbesar. Artinya bahwa kelompok pemotongan kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% telah menghasilkan udem yang optimal, sehingga dipilih selang waktu pemotongan

kaki 3 jam setelah injeksi karagenin 1% sebagai waktu yang optimal terbentuknya udema.

Penelitian ini menggunakan metode radang telapak kaki oleh Langford dkk. (1972) yang telah dimodifikasi. Terjadinya udema diinduksi oleh karagenin. Menurut Rainsford (cit., Supriatna, 2002), mekanisme karagenin dalam menimbulkan udema dibagi menjadi dua fase. Fase pertama terjadi dalam waktu 1 jam pertama setelah injeksi karagenin melalui mekanisme udema yang ditandai dengan dilepaskannya histamin dan serotonin (5-hidroksitritamin) dari sel mast dan diikuti dengan terbentuknya kinin dalam aliran darah. Mediator-mediator tersebut menyebabkan gangguan pembuluh darah sehingga jaringan mengalami inflamasi. Pelepasan amin dan kinin masih terus berlanjut hingga fase kedua dan diikuti oleh terjadinya ekstravasasi protein plasma dan penetrasi sel-sel inflamasi dalam jaringan terinflamasi dan fase kedua (dalam waktu 3-5 jam setelah injeksi karagenin) terjadi pelepasan enzim lisosomal. Enzim ini mengawali terjadinya gangguan jaringan dan diikuti produksi radikal bebas yang dapat merusak jaringan. Produksi radikal bebas ini menyebabkan pembentukan lipid peroksida reaktif yang akan menstimulasi aktivitas fosfolipase pada fosfolipid sehingga akan terbentuk asam arakhidonat yang kemudian akan memproduksi prostaglandin.

2. Hasil uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji penetapan dosis efektif Natrium diklofenak. Dosis efektif Natrium diklofenak yang digunakan pada penelitian ini sebesar 4,48 mg/kg BB. Dosis ini dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya

(Maryanto, 1997; Noni dkk., 2003; Rosiana, 2007). Pada penelitian terdahulu, dosis Natrium diklofenak paling efektif adalah sebesar 4,48 mg/kg BB.

Uji pendahuluan penetapan selang waktu pemberian Natrium diklofenak bertujuan untuk mengetahui waktu saat Natrium diklofenak mampu memberikan penurunan udema kaki mencit yang berarti. Uji ini dilakukan dengan cara pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB pada selang waktu tertentu (15, 30, 45, 60, dan 90) menit sebelum injeksi karagenin 1%.

Rata-rata bobot udema kaki mencit pada tiap kelompok dapat dilihat pada tabel V dan grafik pada gambar 8. Dari tabel V dan gambar 8 menunjukkan bahwa pada pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% terjadi peningkatan rata-rata bobot udema dibandingkan dengan selang waktu 15 dan 30 menit. Pada selang waktu pemberian Natrium diklofenak 15 menit sebelum injeksi karagenin 1%, rata-rata bobot udema kaki mencit lebih kecil dibanding kelompok selang waktu pemberian Natrium diklofenak 30 dan 45 menit sebelum karagenin 1%. Natrium diklofenak cepat diabsorpsi sesudah pemberian secara per oral. Natrium diklofenak yang disuntikkan pada mencit berupa larutan sehingga dalam waktu 15 menit, zat aktif Natrium diklofenak sudah terabsorbsi dan mulai beredar dalam sirkulasi sehingga memberikan efek berupa penurunan udem. Pada selang waktu pemberian 30 dan 45 menit mulai terjadi peningkatan rata-rata bobot udem. Pada selang waktu 60 menit dan 90 menit, terjadi penurunan rata-rata bobot udema kaki mencit.

Tabel V. Rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu

Waktu pemberian

sebelum injeksi karagenin 1% (menit)

Rata-rata bobot udema kaki mencit (g) ± SE (n = 5) 15 0,0289 ± 0,0045 30 0,0291 ± 0,0028 45 0,0334 ± 0,0041 60 0,0241 ± 0,0018 90 0,0152 ± 0,0029 0 0,005 0,01 0,015 0,02 0,025 0,03 0,035 0,04 15 30 45 60 90 waktu (menit) R a ta -r a ta b o b o t u d e m a k a k i m e n c it ( g )

Gambar 8. Grafik rata-rata bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu

Bobot udem kaki mencit kemudian dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat kenormalan distribusi datanya. Dari hasil analisis didapat bahwa distribusi data normal ditandai dengan nilai p > 0,05 sehingga dapat dilanjutkan analisis dengan uji Anova satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.

Tabel VI. Rangkuman hasil uji Homogenitas Variansi data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,372 4 20 0,279

Salah satu syarat untuk dapat melanjutkan ke uji Anova satu arah adalah pada uji homogenitas variansi memiliki nilai p > 0,05. Tujuan dari uji ini adalah untuk melihat variansi datanya. Pada uji homogenitas variansi jika p < 0,05 maka Hipotesis nol (Ho) ditolak. Hasil uji homogenitas variansi bobot udem kaki mencit pada tabel VI memiliki nilai p 0,279 (p > 0,05) berarti Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan variansi antar kelompok data yang dibandingkan atau variansi datanya sama sehingga pada uji Anova berikutnya akan didapat hasil yang valid.

Tabel VII. Rangkuman hasil uji Anova Satu Arah data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada selang waktu tertentu

keterangan df F Probabilitas (p)

Bobot udema antar kelompok

perlakuan 4 4,240 0,012

Hasil analisis uji Anova satu arah menunjukkan bahwa bobot udem antarkelompok perlakuan memiliki nilai p < 0,05 artinya bahwa terdapat perbedaan bobot udem secara bermakna pada kelompok tersebut. Untuk melihat kelompok mana saja yang memiliki perbedaan bermakna maka perlu dilanjutkan analisis Post hoc menggunakan uji Scheffe.

Tabel VIII. Rangkuman hasil uji Scheffe data bobot udema kaki mencit akibat injeksi karagenin 1% subplantar setelah pemberian Natrium diklofenak dosis efektif pada rentang waktu tertentu

Perbandingan bobot udema kaki mencit antar kelompok

Kelompok X ± SE I II III IV V I 0,0289 ±0,0045 - tb tb tb tb II 0,0291 ±0,0028 tb - tb tb tb III 0,0334 ±0,0041 tb tb - tb bb IV 0,0241 ±0,0018 tb tb tb - tb V 0,0152 ±0,0029 tb tb bb tb - Keterangan :

I = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% subplantar

II = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% subplantar

III = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% subplantar

IV = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 60 menit sebelum injeksi karagenin 1% subplantar

V = pemberian Natrium diklofenak 4,48 mg/kg BB 90 menit sebelum injeksi karagenin 1% subplantar

bb = berbeda bermakna tb = berbeda tidak bermakna

X = rata-rata bobot udema SE = standar error

Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 15 menit sebelum injeksi karagenin 1% berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 30, 45, 60, dan 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 30 menit berbeda tidak bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 15, 45, 60, dan 90 menit sebelum injeksi karagenin. Kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48

mg/kg BB selang waktu 45 menit sebelum injeksi karagenin 1% berbeda bermakna dengan kelompok yang diberi Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka dipilih waktu paling optimal Natrium diklofenak dalam menghambat udema yaitu selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1%. Pada selang waktu 90 menit ini, rata-rata bobot udema kaki mencit yang dihasilkan paling kecil dibandingkan kelompok lain. Natrium diklofenak mampu memberikan penurunan udema yang berarti pada selang waktu 90 menit sebelum injeksi karagenin 1% karena walaupun waktu paruh Natrium diklofenak singkat yaitu 1 – 3 jam, namun Natrium diklofenak diakumulasi dalam cairan sinovia sehingga efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Hasil uji pendahuluan selang waktu pemberian Natrium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB ini selanjutnya akan digunakan pada perlakuan pemberian ekstrak etanolik akar Tripterygium wilfordii Hook. F.

Dokumen terkait