• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.2 Hasil Wawancara

Peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi yang dijadikan sebagai informan. Hasil penelitian variabel pencitraan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ini akan dibedakan berdasarkan kesan mahasiswa baik yang dirasakan saat pertama kali memasuki Departemen Ilmu Komunikasi ini maupun kesan mahasiswa yang dirasakan saat wawancara dilaksanakan. Untuk indikator penilaian kepercayaan, mahasiswa diminta pendapatnya tentang keyakinan dan perubahan atas Departemen ini saat wawancara dilakukan dan masa mendatang. Sedangkan untuk penilaian sikap mahasiswa dibagi atas 3 (tiga) komponen yaitu kognitif (berupa pendapat mahasiswa terhadap pengetahuan dan persepsi atau penilaian Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU)), afektif (berupa perasaan dan emosional mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU) dan konatif (berupa pendapat

dan tindakan mahasiswa dalam ‗membesarkan‘ Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU).

Garis besar pertanyaan (guideline questions) dalam wawancara terdapat dalam Lampiran 1. Berikut ini adalah hasil jawaban wawancara mendalam (in depth interview) variabel pencitraan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU:

Kesan terhadap Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU 1. Kesan Pertama

Informan pertama yang bernama lengkap Yolanda Eldhisa mengatakan bahwa untuk kesan pertama, informan merasa penasaran apa itu Departemen Ilmu Komunikasi. Informasi yang diterima informan didapat dari orang tua dan keluarganya sekitar. Informan mengira bahwa Departemen Ilmu Komunikasi merupakan salah satu bagian dari Fakultas Ilmu Komputer. Berikut hasil petikan wawancara nya :

―Rasanya penasaran sih, karena jujur, gak pernah tau apa itu Ilmu Komunikasi, karena jurusan ini pilihan dari orang tua sendiri. Aku pikir dulu Ilmu Komunikasi ini ya Ilmu Komputer, jadi bayangannya ya sepertinya aku akan berada di belakang komputer terus. Mengapa memilih ini, ya karena ini pilihan dari orang tua, mereka bilang ini baik buatku, jadi ya saya akhirnya memilih jurusan ini. Trus info nya juga dapat dari mama, temen-temen mama bilang, nanti anakmu

masukin aja di Ilmu Komunikasi, passing gradenya lagi bagus tuh‖.

Salah satu faktor orang tua menjadi hal yang penting bagi saudari Yolanda Eldhisa dalam memilih jurusan ini. Dan akhirnya ini menjadi Departemen pilihan dari informan. Hal yang serupa juga terlihat dari pernyataannya berikut ini,

―Awalnya aku ragu memilih departemen ini karena ini pilihan orangtuaku, karena aku mengidolakan kuliah di ekonomi tapi ya lulusnya disini, ya aku ambil aja daripada kuliah di swasta, uang kuliah nya mahal padahal aku anak sulung,

ada adikku 4 orang lagi yang masih butuh biaya‖.

Lain halnya dengan Muhammad Rivanda Addari yang mengatakan bahwa ia secara pribadi sangat menginginkan untuk masuk ke Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, karena saat informan masih bertatus siswa dari Sekolah Menengah Atas, Departemen Ilmu Komunikasi merupakan favorit bagi informan.

selain itu, Departemen ini sangat dibutuhkan di pasar tenaga kerja. berikut kutipan wawancaranya :

―Kesan pertamanya adalah senang, memang dari awal udah kepengen masuk Departemen Ilmu komunikasi. Kan kemarin ada 3 pilihan, nah pilihan awal Departemen Ilmu Komunikasi. Mengapa memilih Departemen Ilmu Komunikasi? Karena di tahun 2010, jurusan Ilmu Komunikasi lagi naik daun, secara keseluruhan di skala nasional, tapi kenapa memilih di FISIP USU? Karena orang tua yangg gak ngasih ijin untuk kuliah keluar dari Sumatera Utara. Dapet informasi tentang departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dari internet dan

senior yang udah kuliah disini juga‖.

Pernyataan di atas ini merupakan kesan pertama positif yang dirasakan dirinya dengan ekspresi antusiasnya saat menjelaskan ke penulis. Ini didukung dengan pernyataan Rivanda selanjutnya seperti berikut,

―Departemen ini adalah favorit saya waktu memilih melanjutkan setelah SMU

mengalahkan jurusan hukum dan sastra. Pilihan saya tes masuk universitas dulu adalah Ilmu Komunikasi UI dan yang kedua adalah Ilmu Komunikasi USU. Alhamdulillah saya lulus di pilihan kedua bearti sudah takdir saya kuliah disini.

Departemen ini waktu itu lagi ‗booming‘ dan sangat dibutuhkan di pasar tenaga

kerja, kata ayah saya‖.

Berbeda dengan Inka Adrina Paramita Ketaren yang salah persepsi awal masuk jurusan ini, seperti kutipan wawancaranya berikut ini,

―Saya masuk departemen ini iseng-iseng aja gak tahu mo jadi apa nantinya, kata teman-teman saya di SMU dulu biar bisa ngomong di depan umum, mengolah kata-kata, padahal saya orangnya pemalu, sedikit bicara‖.

Pernyataan ini mendasari informan karena ia merasa lemah dan tidak mampu kuliah di bidang eksakta, seperti kutipan wawancara berikut ini,

―Aku pilih departemen ini untuk menghindari mata kuliah yang bersifat hitungan dan berbau matematika, karena saya lemah di bidang itu. Jadi ini pilihan saya yang pertama lalu yang kedua adalah jurusan hukum. Guru-guru saya semasa di SMU dulu juga menyarankan saya memilih departemen ini‖.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar informan mengidolakan Departemen Ilmu Komunikasi USU sebagai langkah awal dalam memasuki jenjang perguruan tinggi negeri walaupun masih banyak minat dan bakat mahasiswa belum sepenuhnya atas dorongan dari dirinya sendiri tapi dari rekomendasi saudara dan orang tua informan. Apalagi semenjak tahun 2010, jumlah mahasiswa yang diterima sebanyak 102 orang yang meningkat terus hingga tahun 2014 menjadi 203 orang. Artinya motivasi alumni SMU/SMK/MA untuk mengambil pilihan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU sangat banyak dan sangat diminati.

2. Kesan Saat ini (Saat Wawancara Berlangsung)

Menurut Yolanda, ia sudah mulai menyukai jurusan ini, karena informan merasa dirinya sendiri memang cocok untuk menuntut ilmu di Departemen ini. Memang pada awal-awal masa perkuliahan, informan merasa seperti salah dalam mengambil Departemen, tetapi pada akhirnya informan mengerti bagaimana perkuliahan saat ini. seperti pernyataannya berikut,

―Saya sudah mulai mencintai, karena memang awalnya aku pun rasa kayak salah jurusan, karena semester-semester awal banyak teori dan kayaknya berat kali pembelajarannya. Tapi, makin kesini makin kelihatan kok kayaknya aku

emang cocok disini ya‖.

Di tambah lagi ia mengatakan suasana di lingkungan disini menyenangkan, dimana semuanya dapat bersahabat dengan dirinya maupun orang sekitar. Berikut kutipan wawancaranya,

‖Dibuat happy dan semangat aja, karena dosen-dosennya, mahasiswanya, karyawannya cukup bersahabat. Kuliahnya santai dan

menyenangkan‖.

Dilanjutkan dengan pernyatan ini yang mendukung adanya hal yang mulai disukai informan Yolanda yakni tidak banyaknya mata perkuliahan yang bersifat hitungan, namun masih ada beberapa hal yang masih kurag dibandingkan dengan Universitas lain, berikut kutipan wawancaranya,

―Sebenarnya menyenangkan, karena gak ada hitung-hitungan, dari segi mata kuliahnya. Cukup menyenangkan dari keseluruhan. Memang dari beberapa aspek, kurang ya dibandingkan dengan universitas lain. Tapi saya rasa cukuplah

untuk taraf USU‖.

Berbeda dengan informan Yolanda, saudara Muhammad Rivanda bahwasanya saat ini kesan jurusan ini tidak bagus, dimana informan merasakan ada masalah. Menurut informan, mungkin dari segi pengajar yang masih jadi terkendala. berikut pernyataannya,

―Kesannya itu gak selama nya baik, karena ditarik belakangan ini memang ada masalah, tapi sejauh ini, secara keseluruhan Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU ini baik. Mungkin dari segi dosen, tergantung pribadi dosennya juga, tapi banyak juga kok dosen di Departemen Ilmu Komunikasi ini yang bisa diajak sharing, kalau staff sih, cukup mengayomi, mungkin dibilang ada beberapa yg

diganti ya agar bisa memenuhi kebutuhan mahasiswanya‖.

Hal ini didasari oleh pengalaman informan Muhammad Rivanda selama PKL dulu, seperti petikan wawancaranya berikut,

―Kesan saat ini sih agak kecewa, karena sewaktu PKL dulu, departemen ini jauh

sekali rasanya ketinggalan dari universitas yang berada di Jawa. Kami selaku mahasiswanya belum mengerti bagaimana ilmu jurnalistik itu sendiri, kalau mahasiswa dari ilmu komunikasi universitas lain sudah gesit, sudah bisa jadi reporter, buat berita, ataupun disuruh meliput untuk berita headline mereka

sudah jago, beda jauhlah sama yang di USU‖.

Ada hal yang kurang disenangi oleh Rivanda, seperti petikan berikut ini,

―Tapi ada beberapa yang kayaknya ada yang kurang disenangi, seperti

pembelajaran yang semulanya dibayangkan membuat mahasiswa mengerti, malah kurang paham. Kayak desain grafis, di Departemen kita hanya memberikan teori saja, yang kita tahu desain grafis lebih mengarah terhadap praktek.

Lalu di tambah lagi dengan pernyataan Rivanda selanjutnya, sambil berujar

Dan melanjutkan penjelasan tentang kesan saat ini kepada penulis, seperti berikut ini,

―Menurut saya, terkesan saat ini kuliahnya banyak di kelas deh dibandingkan kuliah di lapangan. Saya juga tak tahu apa dosennya yang banyak ‗text book‘ maunya dibarengi dengan ‗study tour‘. Mungkin lebih menyenangkan‖.

Menurun Rivanda, jika mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi USU lebih banyak melakukan praktek ketimbang dengan belajar dikelas, jauh menguntungkan. Sesuai dengan pengalaman pribadi yang di alami oleh informan selama PKL. Banyaknya pertukaran pikiran dengan orang baru menjadikan wawasan mahasiswanya akan bertambah.

Lain halnya dengan informan Inka Adrina Paramita Ketaren, menurutnya proses perkuliahannya membebaninya, dikarenakan adanya beberapa konsep dan teori yang dipelajarinya. Memang, menurut informan bentukanya seperti hapalan, tetapi bisa membuat dirinya jenuh. seperti kutipannya berikut,

―Materi kuliahnya kok terkesan memberatkan ya, saya harus paham banyak konsep dan teori, bentuknya hafalan, lumayan jenuh juga‖.

Dilanjutkan dengan petikan berikut,

―Saya masih belum menemukan resep khusus untuk menyenangi Departemen ini

hingga saat ini. Saya belum PeDe gitu, nilai semester lalu aja masih rendah. Saya

masih galau dengan departemen ini‖.

Dapat disimpulkan bahwa, kesan yang dialami semua informan adalah masih kurang menyenangkan dan tidak sesuai dengan keinginan mereka. Walau secara konsep dan teori, mahasiswa dituntut untuk memahami dari awal perkuliahan tapi jika dibarengi dengan praktek kemungkinan akan membuat mahasiswa lebih mengerti. Pergi studi lapangan dan membuat laporan kerja lapangan memungkinkan mahasiswa untuk aktif dalam menerapkan konsep dan teori yang mahasiswa dapatkan dari kelas.

Dalam kedua komponen indikator yang menjelaskan kesan mahasiswa terhadap Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU baik saat pertama kali

menjadi mahasiswa baru hingga mengikuti bangku perkuliahan saat ini memperlihatkan bahwa keseluruhan informan menginginkan inovasi ibarat cerita cinta, yakni ―Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya sungguh mempesona‖. Tapi yang terjadi ―Kesan pertama sungguh mempesona, selanjutnya sungguh membinasa‖. Keseluruhan informan masih mengharapkan perubahan yang lebih baik yang membuat mahasiswanya mempunyai ‗sesuatu‘ yang lebih berarti untuk mahasiswanya agar siap memasuki dunia kerja.

Kepercayaan terhadap Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP USU

Menurut informan Yolanda, jurusan ini kurang terbaik, dimana masih ada beberapa Departemen baik diluar maupun di Sumatera Utara yang bisa dikatan menjadi saingan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. seperti kutipan berikut,

―Kalau ditanya terbaik, aku rasa kurang. Karena yang kita tahu, di medan aja

ada Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi juga kan, kayaknya kalau pun ditanya tentang serapan ilmu, kita disini masih kurang ya. Padahal kita tahu, USU saat

ini nomor 1 di Sumatera Utara‖.

Karena menurutnya, hal-hal berikut ini yang mendasarinya yakni seperti kutipannya berikut,

―Ya menurut pribadi saya, kekurangan fasilitas, trus jumlah tenaga pengajar kita

yang disini masih sangat kurang, kadang mau kita gak jadi belajar karena infokus di FISIP itu gak bisa dipakai, terus kayaknya perlu pembentukan komunitas ataupun lab, agar bakat-bakat ataupun keinginan yang ingin belajar bisa

terpenuhi‖.

Bagi informan, adanya fasilitas yang belum memadai, jumlah tenaga pengajar yang masih kurang menjadi penghambat kemajuan bagi mahasiswa itu sendiri. Selain itu, perlu diadakannya sebuah komunitas atau sarana penyaluran bakat bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi agar bisa menunjang kemajuan dari mahasiswa itu sendiri. Selain itu juga bisa menjadikan nilai plus bagi Departemen ini.

―Jujur saya katakan, saya masih kecewa karena fasilitas perkuliahan nya

membuat saya terganggu, mungkin karena kampus kita kuliah bersama. Mungkin harus dipikirkan ada bagian maintenance gedung yang selalu cek berfungsi atau tidak peralatan dan perlengkapan untuk perkuliahan mahasiswa agar kegiatan

belajar kita menjadi menyenangkan‘.

Informan Rivanda membandingkan pengalamannya ketika PKL, seperti berikut,

―Saya yakin akan departemen ini bisa setara maju nya dengan Pulau Jawa,

karena ada teman saya yang kuliah di Ilmu Komunikasi UI, mereka lebih mengenal prakteknya sambil memahami konsep dan teori, mungkin seni dari

dosennya dalam mengajar, sehingga banyak lulusannya ke pake di tempat kerja‖. Coba kampus kita juga begitu‖.

Sama halnya dengan kedua informan di atas, informan Inka Adrina Paramita Ketaren menyatakan jurusan ini perlu perbaikan yang lebih baik lagi ke depan, seperti kutipannya berikut,

―Saya sih kurang antusias dengan keadaan departemen ini ya, boleh saya bilang

harus banyak yang diperbaiki. Ya dari segi stafnya, kurikulumnya, wawasan dosennya. Atau mungkin kita harus studi banding mungkin ke departemen yang bagus kualitasnya. Jadi sedikit banyak kita bisa meniru untuk menjadi yang lebih

baik lagi dari sekarang‖.

Informan Inka juga menyarankan hal berikut ini, seperti petikan wawancaranya,

―Ya mungkin agak perlu ada perencanaan dalam perbaikan ke depannya.

Dengan didengarnya keluhan mahasiswa sehingga perlu dilakukan proses ‗duduk bersama‘ oleh pengambil kebijakan departemen dan universitas ini‖.

Penulis menyimpulkan dari keseluruhan informan ini adalah bahwasanya informan merasa optimis dengan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dalam membawa perubahan perbaikan di seluruh aspek pendidikan untuk kelancaran proses belajar mengajar kedepannya. Informan agak mengecewakan pada fasilitas belajar di kelas berupa perlengkapan dan peralatan yang menunjang

belajar belum sesuai harapan mereka. Informan berharap adanya kemajuan yang lebih baik lagi membuat Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU ini bisa ‗setara‘ dengan dengan Ilmu Komunikasi terkenal di Pulau Jawa. Para pengambil keputusan baik di tingkat Departemen Ilmu Komunikasi maupun di tingkat FISIP USU ini sudah harus mulai memikirkan jalan keluar dari permasalahan mahasiswa saat ini. Karena semua akan berujung dengan kenyamanan semua pihak dan tentu saja akan menaikkan nilai akreditasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU periode mendatang.

Sikap terhadap Jurusan Ilmu Komunikasi 1. Sikap Kognitif

Informan Yolanda merasakan hal-hal berikut ini yang dialaminya terhadap jurusan ini, seperti petikan wawancara berikut,

―Yang diketahui, yaaa masih kurang. Adanya sarana yang kurang, kayak kelas dan fasilitas juga akupun ngerasa masih jauh. Infokus yang kadang rusak,

padahal itu penting banget untuk perkuliahan‖.

Di tambah lagi pernyatan informan Yolanda tentang penjurusan (konsentrasi) dalam Departemen ini. Pada saat informan menuntut ilmu disini, konsentrasi di Departemen ini masih dua. Seiring berjalannya waktu, penjurusan ditambah menjadi 3. berikut kutipannya,

―Mungkin di jaman saya dulu, Ilmu Komunikasi masih terbagi dua penjurusan, yaitu public relation dan jurnalistik. Seiring berjalannya waktu, adik-adik juga

sudah merasakan adanya penambahan penjurusan yaitu di bidang advertising‖.

Namun menurutnya sebaiknya dilakukan penjurusan mulai dari semester awal perkuliahan, karena bagi informan, pada semester awal perkuliahan sudah dilakukan penjurusan, maka mahasiswa nya sendiri dapat fokus dan memahami dengan pilihan kondentrasinya itu sendiri, seperti pernyataannya berikut,

―Yang saya ketahui tentang departemen ini adanya 3 penjurusan yang dibagi

sewaktu semester lima, sebaiknya dari semester awal kami sudah dilakukan penjurusan, karena bisa langsung bisa fokus ke masing-masing minat, yaitu

Menurut informan Inka juga merasakan hal serupa seperti yang yang diungkapkannya berikut,

―Awal-awalnya, ada beberapa pendapat bilang kalau Departemen Ilmu Komunikasi ini merupakan Departemen yang terbaik di FISIP USU. Namun,

makin kesini kok makin gak ada kerasanya‖.

Karena menurutnya seperti keadaan berikut ini,

―Mata kuliah yang kadang-kadang aneh namun masih dikatakan sudah mulai baik, ya bisalah kalau memang kita sering sharing juga sama dosennya, seperti ada penambahan penjurusan yaitu di advertising, terus adanya kurikulum baru, sama adanya organisasi internal jurusan kita yaitu imajinasi. Trus, sepertinya

ada penambahan peralatan di lab kita‖.

Begitu juga dengan informan Rivanda yang menunjukkan pernyataan perasaan (sikap) yang sama dengan kedua informan di atas, seperti pernyataan berikut,

―Selama saya kuliah disini belum pernah rasanya ada evaluasi dari departemen

atas proses kegiatan belajar mengajarnya yang dinilai oleh mahasiswanya. Ini

khan bisa juga jadi masukan untuk departemen ini di masa depan‖.

Ia juga memaparkan tentang perbandingan dengan temannya yang juga kuliah jurusan yang sama di pulau jawa, seperti kutipannya berikut,

―Kalau saya punya teman di kampus lain di Jawa, disana ada malam pelepasan alumni yang diadakan departemennya satu hari sebelum wisuda universitas dilaksanakan, untuk dimintakan saran dan masukan membangun untuk departemen yang dihadiri oleh Ketua Departemen dan seluruh dosen departemen. Kayaknya departemen kita patut juga meniru itu‖.

Informan Rivanda menyarankan hal berikut, seperti pernyataannya,

―Agar dibuka forum keterbukaan antara dosen dan mahasiswa agar lebih terarah

proses belajar mengajar ya bisa dengan menyebarkan kuisioner ke mahasiswa seperti kami ini yang sangat-sangat butuh diperhatikan‖.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari para informan mahasiswa ini adalah dibukanya forum tanya jawab atau sharing atau menyebarkan kuisioner sebelum ujian semester ke kami para mahasiswa untuk mengevaluasi kebutuhan dan keinginan para mahasiswa untuk kemajuan jurusan ke depan. Mulailah departemen dan mahasiswa merapatkan ‗barisan‘ untuk Departemen Ilmu Komunikasi terbaik di Indonesia dengan akreditasi A setiap periodenya.

2. Sikap Afektif

Menurut informan Yolanda, ia belum merasakan perubahan di jurusan ini seperti kutipan berikut ini,

―Saya merasa belum tampak perubahan yang berarti di departemen kita ini‖.

Karena menurutnya, ―Memang, kalau dibandingkan dengan Ilmu Komunikasi universitas di Jawa, perlu perubahan untuk departemen kita. Terihat memang

pengalaman kita yang dulu bagaimana, ya kalau dibilang kurang puas‖.

Ketidakpuasan Yolanda terhadap Jurusan ini terlihat dari pernyataannya berikut,

―Kami mempunyai lab namun penggunaannya masih terlalu sedikit sehingga terbatas makenya. Padahal sekarang sudah ada UKT khan seharusnya peralatannya bisa ditambah karena duit sudah ada. Perasaan saya sama departemen ini bingung, kayak tanpa arah, mau belajar serius tapi sepertinya gak

ada yang bisa bimbing‖.

Ketidakpuasan terhadap jurusan ini juga dialami oleh informan Inka, seperti penyataannya berikut,

―Perasaannya jenuh, karena sepertinya akupun sudah masuk di semester 6,

sepertinya mata kuliahnya makin banyak tugas, trus yang lagi sibuk eksternal dan

internal kampus yang imbasnya ke kuliah aku‖. Dilanjutkan dengan kutipan berikut ini tentang jurusan ini, yaitu. Perasaannya senang sih, tapi kok terbatas ya. Dari aspek sarana dan prasarana tadi, terus dari suasana kampus yang mungkin kurang kondusif, misalnya dari kamar mandi, terus pelayanan dari kemahasiswaan, yang kadang kayak sulit untuk birokrasinya.

Sama halnya dengan informan Yolanda dan Inka, Rivanda juga merasakan hal yang sama seperti kutipannya berikut,

―Perasaan saya kok bingung aja di departemen ini. Birokasinya memberatkan

mahasiswa. Tolonglah dengar aspirasi kami sebagai mahasiswa, saya belum merasakan ide-ide segar yang mendongkrak departemen ini‖.

Informan Rivanda menyarankan hal berikut, ―Menurut saya, dosen didepartemen

ini harus kompak dulu sehingga menjadi tim sukses untuk membawa perubahan

yang lebih baik lagi‖.

Adapun kesimpulan saya atas sikap afektif ini adalah keseluruhan informan yang saya pilih acak yang bisa mewakili dari keseluruhan mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, mahasiswa masih kecewa dengan proses kegiatan belajar mengajar yang belum mengena di hati mahasiswa. Aspirasi, masukan dan kritik dari mahasiswa juga harus didengar agar input dari Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU bisa lebih ditingkatkan lagi.

3. Sikap Konatif

Dalam mempromosikan jurusan ini, informan Yolanda bersikap sebagai berikut,

―Sebenarnya saya malu memperkenalkan departemen ini sama khalayak karena

mungkin internal disini sendiri masih perlu dirubah, namun yang saya sadari, seandainya sekritis bagaimanapun, toh stakeholder departemen gak terlalu

respon, ya hasilnya sama saja kayak sekarang‖.

Menurutnya dengan hal berikut ini, ―Ya cara memperkenalkannya, kita

harus bersama-sama untuk berpikir tentang kemajuan Departemen Ilmu Komunikasi ini, kalau dari pihak mahasiswanya saja yang kritis, tapi dari

departemen gak ada pergerakan, sama aja hasilnya juga nihil‖.

Yolanda menambahkan pernyataan yang cukup menyentuh, yakni,

―Tolong dengarkanlah aspirasi kami sebagai mahasiswa‖. Ia menyarankan, Informan Rivanda juga bersikap yang sama dengan Yolanda, yakni,

―Begini ya, kalau kita sebagai pihak mahasiswa kritis sekalipun, tapi pemangku-pemangku departemen tidak merespon tindak kritis kita sama saja, apa yg mau diperkenalkan. Setidaknya mereka juga welcome, jadi pendapat ataupun aspirasi

Dokumen terkait