• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil wawancara bersama berinisial “A” pada tanggal 5 April 2016, salah satu penggiat PSL Sanata Dharma mengatakan, kerusakan alam yang terjadi saat ini adalah hasil dari pergegerakan budaya manusia yang belum bisa berelasi dengan benar, belum memperdulikan sehingga dampaknya apa yang kita lihat sekarang. Seharusnya pergerakan kebudayaan tersebut semakin memperadabkan manusia dengan lebih mengangkat harkat dan martabat manusia namun masih banyak komunitas-komunitas yang membentuk budaya dengan berburu. Saat ini banyak manusia yang membuka lahan tanpa berpikir panjang dan lebih memilih cara alternatif yang murah dan cepat daripada memilih cara yang memerlukan biaya yang besar dan tenaga yang banyak. Cara mudah yang dilakukan oleh manusia itu adalah dengan cara membakar lahan tersebut tanpa memikirkan sebab dan akibat yang kan ditimbulkan.

Faktor yang paling besar/berperan dalam kerusakan alam adalah manusia, karena manusia itu adalah makhluk yang paling tinggi dan mempunyai

„wewenang‟ untuk memanfaatkan dan mengelola alam semesta. Namun yang menjadi permasalahannya adalah cara pilihannya dalam memanfaatkan alam yang tidak sesuai, dengan demikian manusia itu tinggal memilih. Pilihan manusia itu yang mengadabkan manusia atau sebaliknya merusak. Dalam wawancara ini juga pak Andri mengatakan bahwa tidak ada faktor lain yang mempengaruhi kerusakan alam kalau faktor alam itu pun pergerakannya sangat kecil sekali, contoh seperti berevolusi tetapi sangat tidak terlalu signifikan.

Tujuan pembukaan lahan dan pendirian pabrik adalah untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia tetapi hal itu tidak terjadi seperti yang diharapkan dan bahkan masyarakat yang ada di sekitar tidak mengalami hal itu karena semuanya itu ada faktor bisnis, ada faktor kepentingan, adanya nafsu manusia untuk mengusai lebih banyak. Ketika orang membuka lahan kelapa sawit itu tidak masalah karena itu untuk kepentingan manusia, tetapi dalam kenyataannya tidak seperti yang sebenarnya. Sifat manusia itu tidak melihat kelapa sawit namun yang dia lakukan adalah mengambil hasil bumi yang ada di bawahnya yaitu batu baranya jadi manusia itu menanamnya asal-asalan saja. Manusia itu tidak memikirkan ke depan itu apakah hasilnya akan berproduksi tidak pokoknya tanam kelapa sawitnya. Sikap ini merupakan sikap keserakahan manusia yang kurang memperhatikan harkat manusia yang lain. Dalam wawancara ini juga, sebenarnya ada manusia yang ingin memperjuangkan harkat manusia khususnya masyarakat kecil tetapi ada saja manusia yang selalu menghalangi perbuatan baik itu.

Melihat kerusakan alam yang semakin mengkhawatirkan ini maka salah satu usaha yang dilakukan khususnya di Pusat Studi Lingkungan (PSL)

Universitas Sanata Dharma adalah ingin mengembalikan apa yang menjadi hak tanaman karena tanaman juga mempunyai hak untuk hidup. Ketika manusia memakan buah-buahan apakah pohon itu tercipta tiap keinginan banyak biar dimakan manusia? Hal itu tentu tidak karena ketika buah itu ada untuk perkembagan dirinya, tetapi ketika manusia ambil lalu dimakan haknya untuk ditanam bijinya berkembang, manusia lupa. Maka yang perlu dilakukan oleh manusia adalah mengambil bijinya buah lalu ditanam. Bahkan sangat diharapkan kalau ada orang yang mempunyai program penghijauan ke Pusat Studi Lingkungan (PSL) Universitas Sanata Dharma. Hal ini sudah sering diminta bahkan ditekankan kepada mahasiswa Universitas Sanata Dharma, sebenarnya sebagai mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang harus lebih aktif dalam melakukan penghijauan bahkan mengajak orang lain untuk melakukan penghijauan.

Kegiatan yang dilakukan khususnya di Pusat Studi Lingkungan (PSL) ini adalah tujuannya untuk membangkitkan motivasi orang lain atau masyarakat setempat, agar memiliki jiwa yang menanam sekaligus rasa memiliki lingkungan itu sendiri. Semua yang dilakukan itu untuk mendampingi, memotivasi diri sendiri terutama kepada orang lain untuk menghargai tanaman dan mencegah kerusakan alam yang terjadi.

Kerusakan alam juga sangat besar pengaruhnya yaitu berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi dan budaya setempat. Masalah ekonomi, sebenarnya yang penting adalah ketahanan pangan keluarga. Keluarga merupakan satu benteng terakhir di mana manusia dapat memperbaiki generasi selanjutnya, hanya

dengan anak manusia tidak bisa mengandalkan sekolah, tapi mengharapkan pemerintah tetapi justru dari keluarga itu harus sadar untuk membentuk generasi selanjutnya (the nex generation). Maka ingin ditegaskan bahwa sebagai generasi muda merupakan salah satu kunci selain keluarga, karena sebagai generasi muda akan merubah generasi berikutnya agar lebih beradab daripada sekarang. Kalau ketahanan pangan keluarga terganggu, maka secara ekonomi itu akan berdampak/berimbas pada anak-anak, maka yang jelas konsentrasi orang tua mencari nafkah akan terganggu dan belum mapan dalam keluarga khususnya untuk anak-anak. Intinya adalah pada ketahanan pangan keluarga.

Jadi masalah ekonomi itu pemikirannya hanya kecerdasan manusia karena manusia sudah dikaruniai akal budi untuk berpikir. Hidup itu sederhana tidak sekonsumtif (hanya memakai, tidak menghasilkan sendiri). Maka yang diharapkan manusia itu adalah kreatif di rumah misalnya menanam terong, tomat, sayur mayur salah satunya adalah untuk mencegah terjadinya dampak negatif ekonomi akibat kerusakan alam.

Solusi yang ditawarkan kepada manusia adalah mulai dari sekarang, manusia

harus berelasi baik dengan lingkungan alam. Ketika manusia berelasi dengan baik dan

benar dengan lingkungannya, alamnya maka alam akan semakin baik dan manusia akan

lebih nyaman untuk tinggal di lingkungan itu. Berelasi dengan baik dan benar itu artinya

manusia akan memikirkan sebab akibatnya ke depan serta bertindak tidak frontal atau

merusak. Kerusakan alam terjadi yang dilakukan oleh manusia pada umumnya karena

adanya desakan ekonomi sehingga ketika manusia itu butuh uang, maka yang menjadi

sasarannya adalah ada yang menjual pohon. Tetapi manusia tidak memikirkan bahwa itu

burung dan ekologi lain yang hidup di pihon itu, yang penting tebang dan dapat uang.

Terpenting adalah harus berelasi dengan baik dan benar dengan lingkungan alam.

Khususya di PSL, merupakan tempat untuk belajar berelasi termasuk seperti menanam

dan merawat dengan baik dan terutama mengajarkan dan memotivasi orang lain untuk

belajar menghargai alam yang telah diberikan Tuhan bagi mansuia. Kalau manusia tidak

kreatif, sampah-sampah itu akan langsung dibuang akibatnya penghargaan terhadap

sesama sangat kecil sekali.

Dokumen terkait