• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) 1 Faktor Peluang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Identifikasi Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) 1 Faktor Peluang

a. Melalui pengembangan agroindustri serat sabut kelapa berkaret (sebutret) akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat petani (kelapa dan karet), menambah peluang usaha dan lapangan pekerjaan.

Tersedianya lapangan pekerjaan pada saat ini sangat penting bagi masyarakat. Minimnya jumlah lapangan pekerjaan yang ada menjadi pemicu banyak masyarakat Kabupaten Sambas yang mencapai ribuan orang bekerja ke luar daerah terutama bekerja ke negara tetangga Malaysia Timur yaitu Sarawak dan Brunei Darusalam menjadi TKI. Berdirinya berbagai usaha terutama dibidang pengembangan agroindustri sebutret ini diharapkan akan dapat membantu masyarakat yang memerlukan pekerjaan karena akan banyak memerlukan tenaga kerja, sehingga masyarakat khususnya di Kabupaten Sambas tidak perlu lagi pergi jauh-jauh ke negara tetangga untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu, peluang

yang sangat besar ini harus benar-benar dimanfaatkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Sambas sebagai pengambil kebijakan untuk menyusun langkah- langkah agar pengembangan agroindustri sebutret ini agar bisa terlaksana.

b. Masih belum adanya industri pengolahan dan pemanfaatan sabut kelapa. Jenis industri yang ada sebagian besar dalam lingkup industri kecil atau industri rumah tangga. Industri pengolahan tersebut meliputi industri pengolahan bahan pangan seperti industri minyak kelapa, kecap, gula kelapa dan lain-lain. Selain itu ada juga industri non-pangan seperti industri pengolahan karet, pembuatan peti jeruk dan lain-lain. Oleh karena itu pengembangan agroindustri sebutret yang bahan bakunya sudah tersedia sangat penting sekali untuk dikembangkan, supaya sabut kelapa yang merupakan produk samping dari kelapa dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena selama ini sabut kelapa dianggap sebagai limbah dan dibuang atau dibiarkan begitu saja di samping rumah mereka. Padahal apabila ada teknologi pengolahan sabut kelapa yang penerapannya sederhana dan dapat diadopsi oleh masyarakat akan sangat membantu petani untuk menambah atau meningkatkan pendapatannya.

Adapun mengenai bentuk usaha yang akan dijalankan bisa dalam bentuk usaha industri rumah tangga seperti yang telah dilakukan di India, yang mana di India itu sendiri menurut Kamath (2009) hampir 98% dari industri sabut di Kerala India terdiri unit usaha yang bergerak di sektor rumah tangga. Oleh karena itu, seandainya usaha pengembangan sebutret ini dijalankan, dan dengan didukung oleh ketersediaan bahan baku yang ada akan menghasilkan banyak industri pengolahan tersebut dan akan banyak menyerap tenaga kerja. Oleh karena itu, peluang yang sangat besar ini harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. c. Adanya dukungan yang diberikan oleh Pemda Kabupaten Sambas dalam

pengembangan agroindustri.

Bentuk dukungan yang telah diberikan oleh Pemda Kabupaten Sambas saat ini adalah menempatkan komoditas kelapa dan karet sebagai komoditas unggulan. Selain itu, adanya program yang digulirkan oleh pemerintah daerah untuk menjadikan kabupaten Sambas sebagai kawasan industri seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Kabupaten Sambas nomor 6 tahun 2007 tentang Rencana pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sambas.

Dengan adanya dukungan dalam bentuk program pengembangan kawasan tersebut akan sangat membantu dalam proses percepatan pembangunan tersebut. d. Perekonomian masyarakat yang semakin meningkat.

Secara umum pendapatan setiap penduduk kabupaten Sambas dicerminkan dalam Pendapatan Regional Domestik Bruto (PDRB) kabupaten Sambas pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku adalah sebesar Rp 5.287.291.210,- . PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2009 ini mengalami peningkatan sebesar 13,13 % dari tahun 2008 yang berjumlah Rp 4.673.550.470,-. Berdasarkan harga konstan yaitu sebesar Rp 2.771.482.120,- yang mengalami peningkatan sebesar 5,43 % dari tahun 2008 yang sebesar Rp 2.628.632.190,-. PDRB perkapita penduduk atas dasar harga berlaku sebesar Rp 10.649.297,18. Sedangkan apabila dilihat berdasarkan harga konstan adalah berjumlah Rp 5.582.218,40. PDRB perkapita berdasarkan harga konstan ini mengalami peningkatan sebesar 4,27 %.

e. Jumlah penduduk yang semakin meningkat

Penduduk Kabupaten Sambas berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Pemda Kabupaten Sambas tahun 2010 (pemutakhiran data penduduk), jumlah penduduk Kabupaten Sambas berjumlah 546.088 jiwa terdiri dari penduduk laki-laki 278.748 jiwa dan penduduk perempuan 267.340 jiwa dengan kepadatan rata-rata 77 jiwa/km2, dengan Kepala Keluarga sebanyak 146.904 KK. Dengan pertambahan penduduk tersebut harus disertai dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Salah satu usaha yang dapat dijadikan penyerap lapangan pekerjaan adalah dengan mendirikan usaha agroindustri yang berbahan baku dari kelapa dan karet yang lebih dikenal dengan nama sebutret.

5.2.2. Faktor Ancaman

a. Ketidakpastian harga bahan baku ditingkat petani.

Fluktuasinya harga ditingkat petani dapat merupakan ancaman dalam usaha pengembangan agroindustri sebutret. Ketidakpastian harga bahan baku ditingkat petani akan sangat berpengaruh terhadap harga dari produk akhir itu sendiri. Karena apabila harga bahan baku berupa karet menjadi mahal, maka dapat dipastikan harga produk sebutretnya juga akan mengalami kenaikan. Hal ini merupakan kosekuensi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Hal tersebut

akan terjadi pada musim hujan. Karena pada musim tersebut para petani tidak akan melakukan panen karet.

b. Pasar masih dikuasai oleh produk yang berbahan baku dari sintetis.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa untuk saat ini, peralatan-peralatan rumah tangga seperti kasur, kursi dan lain-lain masih didominasi oleh produk yang berbahan baku dari sintetis. Bahkan hasil dari produk sintetis tersebut dapat mengalahkan produk yang berasal dari kapuk, dan dapat mengubah pandangan masyarakat bahwa produk tersebut lebih baik dari yang lainnya. Selain harganya yang relatif masih dapat dijangkau oleh masyarakat golongan menengah ke bawah, juga untuk saat ini produk tersebut lebih mudah didapatkan di pasaran, dibandingkan dengan produk yang lainnya.

c. Ekspansi lahan perkebunan kelapa sawit.

Maraknya pembukaan lahan untuk perluasan perkebunan sawit yang dilakukan oleh investor maupun masyarakat sangat berpengaruh pada ketersediaan lahan hutan yang ada. Sampai saat ini jumlah luas lahan perkebunan sawit lebih besar dibandingkan jumlah luas lahan tanaman karet. Adapun luas lahan kelapa sawit yaitu berjumlah 54.401,30 Ha, sedangkan luas lahan perkebunan karet hanya mencapai 53.578 Ha. Apabila luas perkebunan kelapa sawit dibandingkan dengan luas perkebunan kelapa akan terasa lebih jauh lagi. Hal ini dikarenakan luas perkebunan kelapa hanya mencapai 22.612,6 Ha. Besarnya animo masyarakat dan perusahaan-perusahaan yang ingin menanamkan modalnya dibidang perkebunan kelapa sawit, bukan suatu hal yang mustahil jika lama-kelamaan akan semakin menggeser atau mengurangi jumlah luas perkebunan karet dan kelapa yang ada di Kabupaten Sambas.

d. Pemerintah belum konsisten dalam mengaplikasikan kebijakan tentang pengembangan komoditas unggulan.

Kabupaten Sambas memiliki beberapa komoditas pertanian yang menjadi unggulan daerah seperti karet, kelapa, rambutan dan jeruk. Tapi sampai saat ini masih belum ada satupun dari komoditas tersebut yang menjadi prioritas untuk dibina dan dikembangkan, sehingga usaha peningkatan pendapatan petani masih belum terlaksana. Selain itu, Program yang digulirkan beberapa tahun yang lalu seperti program Kawasan Industri Semparuk sampai saat ini belum ada

perkembangan yang berarti, malah seakan-akan masih berjalan ditempat. Dengan demikian program yang ingin menjadikan kabupaten Sambas yang berwawasan industri masih sangat jauh dari harapan.

e. Politik dan keamanan.

Stabilitas politik dan keamanan di daerah merupakan salah satu ancaman yang dapat mengganggu dalam pengembangan suatu agroindustri. Kondisi iklim politik dan keamanan sangat berpengaruh terhadap suatu usaha investasi. Hal ini dikarenakan oleh jika kondisi politik dan keamanan disuatu daerah dalam kondisi baik, maka minat para investor akan lebih besar ketimbang jika kondisi tersebut tidak baik.

f. Perubahan cuaca.

Perubahan cuaca sangat bepengaruh terhadap ketersediaan bahan baku pembuatan sebutret, terutama dalam penyediaan latek karet. Hal ini dikarenakan oleh semakin tidak menentunya cuaca yang tidak lagi didasarkan pada musim kemarau maupun musim penghujan, sehingga ketersediaan lateks juga tidak menentu. Karena karet hanya akan bisa dipanen pada waktu hari tidak hujan. Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan rata-rata 187.348 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari /bulan. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

g. Hama tanaman.

Hama tanaman juga sangat berpengaruh terhadap jumlah hasil produksi. Karena apabila tidak secepatnya ditanggulangi dan diantisipasi akan berdampak lebih besar lagi dan bisa berakibat pada berkurangnya luas lahan yang dimiliki oleh petani. Adapun hama tanaman yang pernah menyerang pada tanaman kelapa di kabupaten Sambas pada tahun 2010 adalah hama dari spesies Plesispa reichei Chapuis.Adapun serangan hama ini ditandai dengan adanya kerusakan pada anak daun sehingga daun menjadi keriting dan kering.

h. Belum adanya kemitraan usaha yang kuat.

Hal ini sangat berpengaruh pada kontinuitas bahan baku. Petani akan bersemangat untuk berproduksi jika harga di pasaran tinggi dan akan kembali lesu apabila harganya turun. Oleh karena itu, perlunya kemitraan antara industri hulu

(pertanian) dengan industri hilirnya agar konsistensi harga yang ada di pasaran tetap terjaga dan relatif lebih stabil.

i. Kurangnya koordinasi dari instansi yang terkait

Berbagai usaha pembinaan sudah dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sambas terhadap produk yang telah menjadi unggulan daerah, namun usaha tersebut masih belum maksimal. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya koordinasi antar instansi-instansi yang terkait, sehingga sampai saat ini masih belum adanya produk-produk unggulan daerah yang mendapatkan prioritas untuk dibina. Selain itu, diakibatkan oleh kurangnya koordinasi di lingkungan pemda banyak lahan tumpang tindih dalam penggunaannya sehingga ada lahan yang sudah diperuntukan untuk suatu kegiatan diberikan izin lagi untuk kegiatan yang lainnya.

4.6. Implikasi Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Pengembangan

Dokumen terkait