• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sanad Hadis

Dalam dokumen Sedekah dalam perspektif hadis (Halaman 55-68)

BAB III KAJIAN HADIS-HADIS SEDEKAH

2. Identifikasi Sanad Hadis

ﻛﺯ ﺓﻮ ٥٥ ﻢﺣ : ٤ ، ٣٩٥

Ketiga, setelah ditelusuri dalam kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah melalui tema hadis, penulis menemukan dengan hasil sebagai berikut:

Kitab Miftâhu Kunûz al-Sunnah

ﺕﺎﻗﺪﺼﻟﺍ : ﻰﻠﻋ ﻞﻛ ﻢﻠﺴﻣ ﺔﻗﺪﺻ ﻦﻤﻓ ﱂ ﺪﳚ ﻞﻤﻌﻴﻠﻓ ﻑﻭﺮﻌﳌﺎﺑ 9

Sahih al-Bukhari, kitab ke-24, bab ke-30 Sunan al-Nasa’i, kitab ke-23, bab ke-56 Sunan al-Darimi, kitab ke-20, bab ke-34

ﺦﺑ : ﺓﻮﻛﺯ ﻙ ٢٤ ﺏﺎﺑ ٣٠ ﺲﻧ : ﺓﻮﻛﺯ ﻙ ٢٣ ﺏﺎﺑ ٥٦ ﻰﻣ : ﺎﻗﺭ ﻕ ﻙ ٢٠ ﺏﺎﺑ ٣٤

Demikianlah penelusuran hadis-hadis yang telah penulis dapat dari tiga metode dalam melakukan takhrij hadits. Dan dari keterangan yang didapat di atas penulis menemukan sebanyak 5 hadis. Adapun untuk hasil penelusuran hadis-hadis yang terdapat dalam kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts dan Miftâhu Kunûz al-Sunnah semuanya sudah tercantum sebelumnya di penelusuran langkah pertama.

2. Identifikasi Sanad Hadis

Setelah melakukan penelusuran pada bagian hadisnya, penulis menemukan beberapa sanad yang perlu ditinjau sehingga dapat diketahui

8Abû Hajar Muhammad al-Sa’id bin Buyûni Zaghlul,

Mausû’ah A trâf al-Hadîts, Jilid 5 (Beirut: Dâr Kutub al-‘Ilmiyyah, 1989), h. 464.

9A.J. Wensinck,

Miftâhu Kunûz al-Sunnah (Lahore: Idârah Tarjaman al-Sunnah, 1979), h. 262.

yang ditemukan penulis terdapat dalam tabel dan skema sanad hadis dalam lampiran 4 dan 5.

Dilihat dari tabel dan skema sanad hadis, menunjukan bahwa terdapat jalur periwayatan yang sama mulai dari Abû Mûsa sampai Syu’bah. Dan untuk mengetahui lebih jelas tentang periwayat hadisnya, maka penulis akan melakukan penelitian atas periwayat hadis di atas yang diambil dari kitab-kitab Rijal sehingga dapat diketahui kualitas kepribadiannya. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Jalur periwayatan hadis dari al-Nasâ'i

Periwayat pertama, al-Nasâ'i nama lengkapnya adalah Abû ‘Abdirrahmân Ahmad bin Syua’ib bin ‘Ali bin Sinân bin Bahr al-Khurâsânî al-Nasâ'i. Imam al-Nasâ’i adalah seorang yang mempunyai ilmu yang sangat dalam, pandai, kritikus perawai hadis, dan mempunyai karya dengan susunan yang baik. Beliau lahir di daerah Nasâ tahun 215 H dan meninggal di Palestina hari senin tahun 302 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ishâq bin Râhawaih, ‘Ali bin Hujr,10 Muhammad bin ‘Abdil A'lâ,11Qutaibah bin Sa’îd, dan Suwaid bin Nashr.12 Sedangkan murid-muridnya yaitu Abû

10Syams al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar A ’lâm al-Nubalâ

',

Jilid 1 (Riyadh: Bait al-Afkâr al-Dauliyah, t.t.), h. 791-793.

11Jamaluddin Abi al-Hajjaj Yusuf al-Mizzi, T ahdzîb al-Kamâl, Jilid 25 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1992), h. 581.

12Ahmad Farid,

al-Naisabûri.13

Pernyataan kritikus hadis tentang kepribadian imam al-Nasâ'i: Abu Sa’id bin Yunus menilainya dengan seorang imâm dalam hadits, seorang yang tsiqah, tsabat, dan hâfizan, al-Dâruqutnî menilainya dengan seorang yang mempunyai banyak hadis dan meridhai hujjahnya,14 al-Dzahabi menilainya dengan seorang imâm yang memiliki ilmu dan pemahaman yang luas, seorang pengkritik, serta seorang pengarang yang baik.15

Periwayat kedua, Muhammad bin ‘Abdil A'lâ nama lengkapnya adalah Muhammad bin ‘Abdil A'lâ Shan’âni Qais, Abu Abdullah al-Bashri. Beliau meninggal di Bashrah tahun 245 H. Adapun guru-gurunya yaitu Umayyah bin Khâlid, Khâlid bin al-Hârits, Sufyân bin ‘Uyainah, dan ‘Abdurrahman bin Mahdi. Sedangkan murid-muridnya yaitu Abû Dâud, Muslim, Ibnu Mâjah, Tirmidzi, al-Nasâ’i, dan ‘Abdullah bin Muhammad bin Abî al-Dunyâ.16

Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin ‘Abdil A'lâ: Abû Zur’ah dan Abû Hâtim menilainya dengan tsiqah, dan Ibnu Hibbân menyebutkan al-tsiqât dalam kitabnya.17

Periwayat ketiga, Khâlid nama lengkapnya adalah Khâlid bin al-Hârits bin ‘Ubaid bin Sulaiman bin ‘Ubaid bin Sufyân bin Mas’ûd bin Sukain.

13Tajuddin Abi Nashr ‘Abdul Wahhab bin Taqiyyuddin al-Subki,

T abaqât al-Syâfi’iyyah al-Kubra, Jilid 2 (Kaira: Idârah Muhammad ‘Abdul Latîf, t.t.), h. 83-84.

14Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

Tahdzîb al-Kamâl, h. 335-340. 15Al-Dzahabi, Siyar A ’lâm al-N ubalâ

', h. 791. 16Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

T ahdzîb al-Kamâl, Jilid 25 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1992), h. 581-582.

17Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

guru-gurunya yaitu Sufyân al-Tsauri, Syu’bah bin al-Hajjâj, ‘Abdullah bin ‘Aun, dan Hisyam bin’Urwah. Sedangkan murid-muridnya yaitu Muhammad bin ‘Abdil A'lâ, Ahmad bin Hanbal, Musaddad, dan Ishâq bin Rahawaih.

Pernyataan kritikus hadis tentang Khâlid bin Hârits: Abû Hâtim, al-Nasâ’i, dan Muhammad bin Sa’ad menilainya dengan tsiqah, dan Abû Zur’ah menilainya dengan al-sadûq.18

Periwayat keempat, Syu’bah bin al-Hajjâj nama lengkapnya adalah Syu’bah bin al-Hajjâj bin al-Ward al-‘Ataki al-Azdi Abu Bistam al-Wasati, budak ‘Abdah bin al-Aghar budak Yazid bin al-Muhallab bin Abi Shufrah. Beliau lahir pada tahun 82 H dan meninggal pada awal tahun 160 H dalam umurnya yang ke-77 tahun. Adapun guru-gurunya yaitu Mâlik bin Anas, ‘Ubaidillah bin Umar, Hisyam bin ‘Urwah, Sufyân al-Tsauri, dan Sa’id bin Abî Burdah bin Abi Mûsa al-Asy’ari. Sedangkan murid-muridnya yaitu Khâlid bin al-Hârits, Sufyân al-Tsauri, ‘Abdullah bin al-Mubârak, dan ‘Abdurrahman bin Mahdi.

Pernyataan kritikus hadis tentang Syu’bah bin al-Hajjâj: Yahya bin Ma’în menilainya dengan seorang imâm al-mutqîn, Muhammad bin Sa’ad

18Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 7 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1985), h. 35-38.

menilainya dengan seorang yang tsabat dalam hadits.20

Periwayat kelima, bin Abî Burdah disini yaitu Sa’îd bin Abî Burdah yang mempunyai nama lengkap ‘Âmir bin Abî Mûsa ‘Abdullah bin Qais al-Asy’ari al-Kûfi. Beliau meninggal tahun 168 H. Adapun guru-gurunya yaitu Anas bin Mâlik, Abî Burdah bin Abî Mûsa, Abî Wâil Saqîq bin Salamah, dan Abî Bakr bin Hafs bin ‘Umar bin Sa’ad bin Abi Waqâs. Sedangkan murid-muridnya yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, Khâlid bin Nâfi’ al-Asy’ari, dan ‘Amrû bin Dînâr.

Pernyataan kritikus hadis tentang Sa’îd bin Abî Burdah: Abû Hâtim menilainya dengan sadûq tsiqah, Ishâq bin Manshûr berkata dari Yahya bin Ma’în dan al-‘Ijlî menilainya dengan tsiqah,21 dan al-Nasâ’i menilainya dengan tsiqah.22

Periwayat keenam, Abî disini adalah ayah dari Sa’îd bin Abî Burdah yang mempunyai nama lengkap Abû Burdah bin Abî Mûsa al-Asy’ari. Beliau adalah termasuk dari kalangan tabi’in yang faqih dari Kufah. Meninggal pada hari Jumat tahun 104 H. Adapun guru-gurunya yaitu Zubair bin al-‘Awwâm, ‘Abdullah bin Umar bin al-Khattâb, ‘Ali bin Abi Thâlib, Abî Mûsa al-Asy’ari, Abû Hurairah, dan ‘Aisyah Ummul Mu'minîn.

19Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 12 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1988), h. 479-494.

20Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i,

T ahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 168-170.

21Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 10 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1987), h. 345-346.

22Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i,

T ahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2, h. 8.

Mûsa al-Asy’ari, Syu’bah bin Dînâr al-Kûfi, dan Abû Ishâq al-Syaibani. Pernyataan kritikus hadis tentang Abû Burdah bin Abî Mûsa al-Asy’ari: Muhammad bin Sa’ad dan al-‘Ijli menilainya dengan seorang yang tsiqah lagi memiliki banyak hadits.23

Periwayat ketujuh, Abî Mûsa disini adalah Abî Mûsa al-‘Asy’ari yang mempunyai nama lengkap ‘Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadar bin Harb bin Amir bin al-Asy’ari. Para ulama berbeda pendapat terhadap tahun wafatnya Abû Mûsa al-Asy’ari, akan tetapi menurut al-Dzahabi dan Abu Nu’aim bahwa Abû Mûsa meninggal pada bulan Dzulhijjah tahun 44 H. Adapun guru-gurunya yaitu Nabi Muhammad Saw, ‘Abdullah bin Mas’ûd, ‘Ali bin Abi Thâlib, ‘Umar bin Khattâb, dan Abû Bakar al-Shiddîq. Sedangkan murid-muridnya yaitu Anas bin Mâlik Anshari, Hasan al-Bashri, Abû Burdah bin Abî Mûsa, dan Abû ‘Ubaidah bin ‘Abdullah bin Mas’ûd.

Pernyataan kritikus hadis tentang Abû Mûsa Asy’ari: Ibnu al-Madînî menilainya dengan hakim umat ada empat yaitu ‘Umar, ‘Ali, Abû Mûsa, dan Zaid bin Tsâbit, dan al-Dzahabi menilainya dengan seorang ahli ibadah, zuhud, dan ahli puasa.24

23Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 33 (Beirut: Mu'assasah al-Risa>lah, 1992), h. 66-71.

24Syams al-Dîn Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar A ’lâm al-Nubalâ

',

Periwayat pertama, al-Dârimî nama lengkapnya adalah ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Fadl bin Bahrâm bin ‘Abdussamad Dârimî al-Tamîmî. Beliau lahir tahun 181 H dan meninggal hari Jumat tahun 255 H. Adapun guru-gurunya yaitu Muslim bin Ibrâhim, Muhammad bin Qudâmah, Sulaiman bin Harb, dan Ja’far bin ‘Aun. Sedangkan murid-muridnya yaitu Muslim, Abû Dâud, Tirmidzi, al-Bukhari, dan Abû Hâtim Muhammad bin Idrîs al-Râzi.

Pernyataan kritikus hadis tentang al-Dârimî: Abdurrahman bin Abî Hâtim al-Râzi menilainya dengan seorang imâm di zamannya, Abû Hâtim bin Hibbân menilainya dengan seorang huffâz yang bertaqwa, ahli wara’ dalam agama,25 al-Khatîb meriwayatkan dari Ahmad bin Hanbal menilainya dengan tsiqah.26

Periwayat kedua, Muhammad bin Ja’far yang mempunyai nama lengkap Muhammad bin Ja’far al-Bazzâr, Abu Ja’far al-Madâin. Beliau meninggal tahun 206 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syubah bin al-Hajjaj, Abdussamad bin Habib, Mustalim bin Said al-Wasithi, dan Isa bin Maimun al-Madani. Sedangkan murid-muridnya yaitu Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhammad bin al-Marwazi, Muhammad bin al-Husain al-Burjulani, dan Qathan bin Ibrâhim al-Naisabûrdan ‘Abbâs bin Muhammad al-Dûr.

Pernyataan kritikus hadis tentang Muhammad bin Ja’far: Abu Hatim menilainya dengan haditsnya dicatat, Ibnu Hibban menyebutkan dalam

25Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 15, h. 210-216. 26Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i,

T ahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 2, h. 374.

Bar menilainya dengan tidak kuat.28

Periwayat ketiga yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, penulis sudah membahas sebelumnya pada jalur periwayatan al-Nasâ’i halaman 45-46. Periwayat keempat yaitu Sa’id bin Abi Burdah telah dibahas oleh penulis pada halaman 46. Periwayat kelima yaitu Abi Burdah telah dibahas pada halaman 46-47. Dan periwayat terakhir yaitu Abi Musa al-‘Asy’ari juga telah dibahas pada halaman 47.

c. Jalur periwayatan hadis dari Ahmad bin Hanbal

Periwayat pertama, Ahmad bin Hanbal mempunyai nama lengkap yaitu Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibani, Abu Abdillah al-Marwazi. Beliau lahir di Baghdad pada bulan Rabiul Awwal tahun 164 H dan menurut Hanbal bin Ishaq bin Hanbal meninggal di Baghdad pada Jumat tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ibrâhim bin Sa’ad al-Zuhri, Sufyân bin ‘Uyainah, ‘Abdurrahman bin Mahdi, Qutaibah bin Sa’îd, Muhammad bin Idrîs Syâfi’i, dan Waki’ bin Jarrâh. Sedangkan murid-muridnya yaitu Bukhari, Muslim, Abu Daud, ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, al-Tirmidzi, Ibnu Majah, al-Nasa’i, dan Yahya bin Ma’in dan Abu Zur’ah.29

27Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 25 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1992), h. 10-12.

28Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, T ahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 3 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 533.

29Syams al-Din Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsman al-Dzahabi, Siyar A ’lâm al-Nubalâ

',

menilainya dengan tsiqah tsabat dalam hadits, al-Nasa’i menilainya dengan al-tsiqah al-ma´mun, dan Ibnu Sa’ad menilainya dengan tsiqah, tsabat, sadûq.30

Periwayat kedua, ‘Abdurrahman mempunyai nama lengkap yaitu Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim bin ‘Abdurrahman bin Auf Qurasyi al-Zuhri. Beliau lahir tahun 108 H dan menurut Marwan al-Utsmani meninggal tahun 185 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ayahnya Sa’ad bin Ibrahim, Syu’bah bin al-Hajjâj, Walîd bin Katsîr, Muhammad bin Muslim bin Syihab al-Zuhri, dan Muhammad bin Ishâq bin Yâsar. Sedangkan murid-muridnya yaitu anaknya Sa’ad bin Ibrâhim, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abu Daud, ‘Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabiy, ‘Abdurrahman bin Mahdi, dan Waki’ bin al-Jarrâh.

Pernyataan kritikus hadis tentang ‘Abdurrahman: ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbali dari ayahnya dan Abu Hatim menilainya dengan tsiqah, Sa’id bin Khirasy menilainya dengan sadûq,31 dan Ibnu Abi Maryam dari Ibnu Ma’in menilainya dengan tsiqah hujjah.32

Periwayat ketiga, keempat, kelima, dan keenam, penulis sudah membahasnya secara terperinci pada jalur al-Nasa’i dan al-Darimi mulai dari Syu’bah, Sa’id bin Abi Burdah, Abu Burdah, dan Abu Musa al-Asy’ari.

30Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihâbuddin al-Asqalani al-Syâfi’i, T ahdzîb al-Tahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 43-44.

31Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1982), h. 88-92.

32Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i,

Tahdzîb al-T ahdzîb, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 66.

Periwayat pertama, Muslim mempunyai nama lengkap yaitu Muslim bin Hajjâj bin Muslim bin Wardi bin Kawisyadz al-Qusyairi al-Naisaburi. Khusus untuk imam Muslim, penulis tidak membahasnya secara terperinci, karena setelah diteliti beliau termasuk orang yang tsiqah dan hadis-hadisnya pun termasuk ke dalam kualitas hadis yang baik. Adapun untuk lebih jelasnya terlampir dalam lampiran 6.

Periwayat kedua, Abû Bakar mempunyai nama lengkap yaitu ‘Abdullah bin Muhammad bin Ibrâhim bin ‘Utsman bin Khuwasta al-‘Absiy, Abû Bakar bin Abi Syaibah. Beliau meninggal pada bulan Muharram tahun 235 H. Adapun guru-gurunya yaitu Ismâ’il bin ‘Ulyah, Abû Usâmah Hammad bin Usamah, ‘Abdullah bin al-Mubarak, Qutaibah bin Sa’id, Waki’ bin al-Jarrâh, dan Yahya bin Sa’id al-Qattân. Sedangkan murid-muridnya yaitu al-Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Abû Hatim Muhammad bin Idrîs al-Râzi, dan Abû Zur’ah ‘Ubaidillah bin Abdul Karîm al-Râzi.

Pernyataan kritikus hadis tentang Abû Bakar bin Abî Syaibah: al-‘Ijli, Abu Hatim, dan Ibnu Khirâsy menilainya dengan tsiqah,33 serta Ibnu Qâni’ menilainya dengan tsiqah tsabat.34

Periwayat kedua, Abû Usâmah mempunyai nama lengkap yaitu Hammad bin Usâmah bin Zaid al-Qurasyi, Abû Usâmah al-Kûfi. Menurut

33Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîd al-Kamâl, Jilid 16 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1996), h. 34-41.

34Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i,

Tahdzîd al- Tahdzîd, Jilid 2 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 420.

Sedangkan menurut Ibnu Sa’ad, beliau meninggal di Kufah pada hari Jumat bulan Syawwal tahun 201 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, Sufyân al-Tsauri, Hisyam bin ‘Urwah, dan Hammad bin Zaid. Sedangkan murid-muridnya yaitu Mahmûd bin Ghailan al-Marwazi, Qutaibah bin Sa’id, Muhammad bin Idris al-Syafi’i, Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abî Syaibah, dan Ahmad bin Muhammad bin Hanbal.35 Pernyataan kritikus hadis tentang Hammâd bin Usâmah bin Zaid al-Qurasyi, Abû Usâmah: al-‘Ijli, Ibnu Sa’ad, dan Hanbal bin Ishaq dari Ahmad menilainya dengan tsiqah.36

Periwayat ketiga, keempat, kelima, dan keenam, penulis sudah membahasnya secara terperinci pada jalur al-Nasa’i dan al-Darimi mulai dari Syu’bah, Sa’id bin Abi Burdah, Abu Burdah, dan Abu Musa al-Asy’ari. e. Jalur periwayatan hadis dari al-Bukhâri

Periwayat pertama, al-Bukhâri mempunyai nama lengkap yaitu Muhammad bin Ismâ’il bin Ibrâhim bin al-Mughîrah bin Bardizbah. Khusus untuk imam Muslim, penulis tidak membahasnya secara terperinci, karena setelah diteliti beliau termasuk orang yang tsiqah dan hadis-hadisnya pun termasuk ke dalam kualitas hadis yang baik. Adapun untuk lebih jelasnya terlampir dalam lampiran 6.

35Jamaluddin Abî al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi, Tahdzîd al-Kamâl, Jilid 7 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, 1985), h. 217-223.

36Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i,

Tahdzîd al- Tahdzîd, Jilid 1 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 477.

yaitu Muslim bin Ibrâhim al-Azdi al-Farahidi, Abu ‘Amar al-Bashri. Beliau meninggal di Bashrah pada bulan Shafar 222 H. Adapun guru-gurunya yaitu Syu’bah bin al-Hajjâj, ‘Abdullah bin ‘Aun, ‘Abdullah bin al-Mubârak, Wuhaib bin Khâlid, dan ‘Abdussalam bin Syaddad. Sedangkan murid-muridnya yaitu Bukhari, Abu Daud, ‘Abdullah bin ‘Abdurrahman al-Darimi, Abû Hatim, Abû Zur’ah, dan Yahya bin Ma’in.

Pernyataan kritikus hadis tentang Muslim bin Ibrâhim: Abu Bakar bin Abi Khaitsamah dari Yahya bin Ma’in menilainya dengan tsiqah ma´mun, Abdurrahman bin Abi Hatim menilainya dengan tsiqah sadûq,37 Ibnu Sa’ad menilainya dengan tsiqah banyak hadisnya.38

Periwayat ketiga, keempat, kelima, dan keenam, penulis sudah membahasnya secara terperinci pada jalur al-Nasa’i dan al-Darimi mulai dari Syu’bah, Sa’id bin Abi Burdah, Abu Burdah, dan Abu Musa al-Asy’ari. Uraian mengenai sanad Hadis tentang Kewajiban dan bentuk-bentuk Sedekah adalah sebagai berikut: Pertama, dari segi penerimaannya termasuk dalam haditsnya marfu’39 karena sampai kepada Nabi Saw. Kedua, dari segi kuantitas hadis, terlihat bahwa hadis di atas adalah termasuk hadis

37Jamaluddin Abi al-Hajjâj Yusuf al-Mizzi,

Tahdzîb al-Kamâl, Jilid 27 (Beirut: Mu'assasah al-Risalâh, 1996), h. 487-492.

38Ahmad bin ‘Ali bin Hajar Syihabuddin al-Asqalani al-Syafi’i, Tahdzîb al-T ahdzîb, Jilid 4 (Beirut: Mu'assasah al-Risâlah, t.t.), h. 65.

39Hadis marfu’ adalah perkataan, perbuatan atau ikrar yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Saw, baik sanad hadis tersebut bersambung-sambung atau terputus, dan baik yang menyandarkan hadis itu sahabat, maupun lainnya. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits (Bandung: PT al-Ma’arif, 1974), h. 160.

orang. Ketiga, dari segi kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para perawinya, terlihat bahwa hampir seluruh perawi yang terlihat dalam periwayatan Hadis tersebut tsiqah44, hanya satu jalur periwayatan yang daif45, yaitu pada Muhammad bin Ja’far pada jalur periwayatan imam al-Darimi. Tetapi, karena ada muttabi’46 pada jalur periwayatan imam Muslim, al-Bukhari, Ahmad bin Hanbal, dan al-Nasa'i, maka kedudukannya naik menjadi hadis hasan lighairih47. Keempat, dari segi hubungan periwayatan, maka seluruh sanad hadis bersambung, walaupun ada tiga perawi yang tidak menunjukan adanya pertemuan di antara guru dan murid, yaitu pada jalur imam al-Darimi antara Syu’bah bin al-Hajjaj, Muhammad bin Ja’far, dan imam al-Darimi. Tetapi, kalau dilihat dari kata penghubung yang digunakan mereka, yaitu haddatsana dan akhbarana maka kata penghubungnya

40Menurut Abdul Wahab Khallaf, hadis

Ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu orang, dua orang, atau sejumlah orang, tetapi jumlahnya tidak sampai kepada jumlah perawi hadis mutawatir. Keadaan perawi seperti ini terjadi sejak perawi pertama sampai perawi terakhir. Lihat, Munzier Suparta dan Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa, 1993), h. 94.

41Sahabat adalah orang yang bertemu dan hidup bersama Rasulullah Saw minimal setahun lamanya. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 281.

42

Tabi’in adalah orang-orang yang menjumpai sahabat dalam keadaan iman dan Islam, dan mati dalam keadaan Islam, baik perjumpaan itu lama maupun sebentar. Lihat, Fatchur Rahman,

Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 291. 43

Tabi’–tabi’in adalah orang-orang yang hanya bertemu dengan tabi’in. Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 292.

44Tsiqah: dapat dipercaya. Lihat, Kamaluddin Nurdin Marjuni, Kamus Syawarifiyyah (Jakarta: Ciputat Press Group, 2009), h. 209.

45

Da’if: hadis yang lemah. Lihat, Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadis (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 43.

46

Muttabi’ adalah hadis yang mengikuti periwayatan rawi lain sejak pada gurunya (yang terdekat), atau gurunya guru (yang terdekat itu). Lihat, Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahul Hadits, h. 107.

47Hadis

hasan lighairih adalah hadis hasan yang tidak memenuhi persyaratan hadis hasan secara sempurna atau pada dasarnya hadis tersebut adalah hadis daif , akan tetapi karena adanya sanad atau matan lain yang menguatkannya (syahid atau muttabi’), maka kedudukan hadis daif

tersebut naik derajatnya menjadi hadis Hasan lighairih. Lihat, Munzier Suparta dan Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, h. 122.

yang mengindikasikan kuat perjumpaan antarmereka. Dan salah satu indikator yang menunjukan pertemuan antarmereka adalah terlihat dari tahun lahir dan wafatnya mereka yang diperkirakan adanya pertemuan.48 Kelima, Berdasarkan beberapa catatan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk seluruh sanad hadisnya adalah shahih.

Dalam dokumen Sedekah dalam perspektif hadis (Halaman 55-68)

Dokumen terkait