• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Data

2. Implementasi CSR dalam Menunjang Kinerja UMKM

Setelah melakukan analisis CSRi setiap UMKM batik dan setiap kategori pada CSR, selanjutnya penulis akan melakukan perhitungan profit margin dari setiap UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini. Profit margin digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan dari UMKM batik. Berikut profit margin dari setiap UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo:

Tabel 5.10. Profit Margin Tahunan dari Setiap UMKM Batik yang Menjadi Responden

No Nama Usaha Penjualan (Rupiah) Laba (Rupiah) Profit Margin (Ratio) 1 Batik Oguud 1.680.000.000 840.000.000 0,5 2 Batik Setya 150.000.000 75.000.000 0,5 3 Batik Uni 300.000.000 144.000.000 0,48 4 Batik Jova 126.000.000 50.400.000 0,4

5 Batik Loring Pasar 513.000.000 153.900.000 0,3 6 Batik Tritunggal 96.000.000 24.000.000 0,25 7 Batik Widya Kencana 600.000.000 120.000.000 0,2 8 Batik Nurma 450.000.000 90.000.000 0,2 9 Batik Mahkota 800.000.000 160.000.000 0,2 10 Batik Sherlyta Ayu 1.800.000.000 360.000.000 0,2 11 Batik Hayuningrum 100.000.000 20.000.000 0,2 12 Batik Pandono 240.000.000 48.000.000 0,2 13 Batik Truntum 35.000.000 7.000.000 0,2 14 Batik Estu Mulya 200.000.000 40.000.000 0,2 15 Batik Puspa Kencana 400.000.000 80.000.000 0,2 16 Batik Fantri 60.000.000 6.000.000 0,1 17 Batik Purworaharjo 1.440.000.000 144.000.000 0,1 18 Batik Puspita Mekar 10.000.000.000 700.000.000 0,08 19 Batik Ratnasari 216.000.000 10.800.000 0,05 20 Batik Herdea 10.000.000.000 500.000.000 0,05 Jumlah 29.206.000.000 3.573.100.000 4,61 Rata-rata 1.460.300.000 178.655.000 0,23 Sumber: Data Primer

Tabel 5.10 menunjukkan besarnya profit margin dari setiap UMKM batik. Dalam penelitian ini, profit margin digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan dari setiap UMKM. Pada tabel 5.11 diketahui bahwa rata-rata dari profit margin UMKM batik di Kampoeng Batik Laweyan Solo sebesar 0,23 atau 23%. Ini berarti apabila profit margin dari satu UMKM di atas nilai rata-rata (lebih dari 0,23 atau 23%), maka profit margin yang dimiliki UMKM tersebut tinggi. Sebaliknya, apabila profit margin yang dimiliki UMKM di bawah rata-rata (kurang dari 0,23 atau 23%), maka profit margin UMKM tersebut rendah. Pada tabel 5.11 menunjukkan bahwa sebanyak 6 responden (30%) dari total 20 responden memiliki nilai profit margin tinggi. Sementara, sebanyak 14 responden (70%) memiliki nilai profit margin rendah.

b. Kinerja Non Keuangan UMKM Batik (dengan Perluasan Pemasaran dan Pemesanan Kembali dari Pelanggan)

Setelah mengetahui CSRi dari setiap UMKM, implementasi CSR berdasarkan kategori, dan profit margin dari setiap UMKM, maka selanjutnya penulis melakukan analisis CSR dalam menunjang kinerja non keuangan. Penelitian terhadap 20 responden menunjukkan bahwa semua responden telah melakukan CSR bagi tenaga kerjanya, diantaranya dengan memberikan bonus upah, cuti hamil, santunan bagi tenaga kerja yang mengalami kecelakaan, sakit, maupun kematian, dan menerima saran dari pekerja mengenai keselamatan

kerja. Dari hasil wawancara dengan Bapak Oguud (pemilik Batik Oguud), CSR yang dilakukan pemilik UMKM tersebut ternyata dapat meningkatkan loyalitas dan kinerja dari tenaga kerja. Beliau menyampaikan bahwa peningkatan loyalitas dan kinerja dari tenaga kerja berpengaruh pada kualitas produk yang dihasilkan dan ketepatan waktu dalam penyelesaian pesanan. Hal tersebut memiliki pengaruh pada kepuasan pelanggan yang berdampak pada terjadinya perluasan pasar dan pemesanan kembali dari pelanggan. Batik Oguud yang sudah memperluas wilayah pemasarannya sampai Amerika, Malaysia, Singapura, dan Jepang. Hal serupa juga disampaikan oleh Ibu Dewi selaku pemilik Batik Puspa Kencana yang awalnya hanya melayani pelanggan lokal, tetapi sekarang sudah memperluas pemasarannya sampai ke Malaysia.

Perluasan pasar juga dipengaruhi oleh promosi dan rekomendasi yang dilakukan bukan hanya oleh UMKM tetapi juga oleh antar pelanggan dan masyarakat sekitar. Rekomendasi masyarakat sekitar kepada pelanggan merupakan salah satu wujud imbal balik dari CSR yang dilakukan UMKM sehingga terjalin hubungan yang baik antara pemilik UMKM dengan lingkungan dan masyarakat sekitar. Contoh CSR yang dilakukan untuk lingkungan dan masyarakat sekitar adalah adanya pengolahan limbah yang tidak mencemari lingkungan, turut membantu dalam membangun sarana dan prasarana lokasi sekitar, membantu memberikan dana jika ada kerusakan lingkungan akibat

proses produksi, dan ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan yang rusak. Seperti yang dilakukan oleh Bapak Feri selaku pemilik Batik Puspita Mekar yaitu melakukan pengolahan limbah dengan menggunakan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan memiliki disposal atau sarana untuk menjernihkan kembali air yang sudah digunakan sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksinya. Proses tersebut selain menghemat biaya produksi, juga tidak mengganggu lingkungan sekitar. Lokasi UMKM yang berada di tengah pemukiman warga, tidak mengganggu dan mencemari lingkungan sehingga masyarakat sekitar ikut merekomendasikan produk batik dari UMKM ini kepada pelanggan. CSR juga dilakukan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Hal ini dilakukan oleh Ibu Tika selaku pemilik Batik Uni. Beliau merekrut tenaga kerja dari lingkungan sekitar lokasi produksi. Usaha ini selain dapat mengurangi pengangguran di sekitar lokasi produksi, ternyata juga mendorong masyarakat sekitar untuk ikut serta dalam merekomendasikan produk dari usaha batik ini. Dari analisis hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa implementasi CSR yang tinggi dapat menarik perhatian pelanggan sehingga terjadi perluasan pasar dan pelanggan menjadi setia untuk membeli produk dari suatu UMKM batik.

Hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan responden menunjukkan bahwa sebanyak 95% (19 responden) menyatakan bahwa implementasi CSR pada tenaga kerja dan masyarakat

merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam menjaga keberlangsungan hidup suatu usaha. Sementara, sebanyak 5% (1 responden) yaitu Batik Tritunggal tidak setuju dengan adanya implementasi CSR. Menurut Bapak Siswanto selaku pemilik dari Batik Tritunggal, CSR tidak penting untuk dilakukan karena tidak memberikan manfaat bagi usaha ini. Bentuk perhatian dan kepedulian yang dilakukan oleh Bapak Siswanto tidak membuat tenaga kerja menjadi loyal atau setia untuk bekerja pada usaha batik ini. Dari hasil wawancara implementasi CSR dalam menunjang kinerja non keuangan UMKM, menunjukkan bahwa semua responden menyatakan CSR menunjang kinerja non keuangan yang ditunjukkan dengan perluasan pasar dan pemesanan kembali dari pelanggan. c. Hasil Crosstabulation CSRi dengan Profit Margin

Implementasi CSR terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa hanya 9 responden yang implementasi CSR-nya menunjang kinerja. Sebanyak 9 responden UMKM terdiri dari 3 UMKM yang memiliki implementasi CSR dan profit margin tinggi dan 6 UMKM yang memiliki implementasi CSR dan profit margin rendah. Sementara itu, sebanyak 11 responden implementasi CSR-nya tidak menunjang kinerja UMKM. Hal ini dibuktikan dengan analisis crosstabulation dengan program statistika SPSS 16 yang menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 5.11. Analisis Crosstabulation CSR dengan Profit Margin Profit Margin Total Rendah Tinggi CSRi Rendah 6 3 9 Tinggi 8 3 11 Total 14 6 20

Sumber: Data olahan SPSS

Tabel 5.11 menampilkan hasil crosstabulation tingkat CSRi dengan profit margin sebagai kinerja keuangan UMKM. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan CSRi tidak menunjang kinerja keuangan dari UMKM. Berikut hasil analisis crosstabulation pada tabel 5.11:

1) CSRi Tidak Menunjang Profit Margin (CSRi Tinggi-Profit Margin Rendah, CSRi Rendah-Profit Margin Tinggi)

Tabel 5.11 menunjukkan banyaknya UMKM yang memiliki CSRi tinggi tetapi profit margin-nya rendah, yaitu sebanyak 8 UMKM. Ke-8 UMKM tersebut adalah Batik Puspa Kencana, Batik Purworaharjo, Batik Puspita Mekar, Batik Sherlyta Ayu, Batik Mahkota, Batik Herdea, Batik Widya Kencana, dan Batik Fantri. Ini berarti meskipun UMKM batik melakukan CSR dengan baik tetapi tidak menunjang profit margin yang dihasilkan oleh UMKM batik tersebut. Wawancara yang dilakukan dengan Bapak Feri (Pemilik Batik Puspita Mekar) menunjukkan bahwa meskipun CSR yang dilakukan banyak dan sering tetapi tidak meningkatkan penjualan dari usaha ini secara drastis. Menurut beliau, CSR merupakan kewajiban dari seorang pemilik usaha yang harus

dipenuhi sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan usaha. Beliau juga mengatakan bahwa implementasi CSR yang tinggi tidak membuat kinerja keuangannya menjadi meningkat juga. Bapak Feri menyampaikan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi kinerja keuangan seperti fluktuasi harga bahan baku dan permintaan pasar akan batik. Selain itu, dengan adanya CSR beliau harus menyisihkan keuntungannya untuk pendanaan program CSR seperti ikut serta dalam membangun sarana dan prasarana lokasi sekitar. Hal serupa juga disampaikan oleh pemilik Batik Puspa Kencana, Batik Purworaharjo, Batik Sherlyta Ayu, Batik Mahkota, Batik Herdea, Batik Widya Kencana, dan Batik Fantri.

Terdapat pula 3 UMKM yang memiliki CSRi rendah tetapi profit margin-nya tinggi yaitu Batik Jova, Batik Setya, dan Batik Tritunggal. Ini berarti walaupun CSR yang dilakukan oleh UMKM rendah atau kurang optimal tetapi tidak berdampak pada profit margin yang dihasilkan oleh UMKM. Hasil wawancara dengan Bapak Slamet selaku pemilik Batik Setya menyatakan bahwa keunikan, inovasi, dan kualitas dari produk batik merupakan salah satu faktor meningkatnya penjualan dari usaha batik. Produk yang dihasilkan oleh usaha ini adalah batik lukis yang sudah jarang diproduksi oleh pengrajin batik. Menurut beliau, keunikan dari produknya yang membuat penjualan usaha ini meningkat. Hal ini

membuktikan bahwa implementasi CSR bukan satu-satunya faktor yang dapat mendukung kinerja keuangan dari suatu usaha. Hasil ini berarti terdapat 11 dari 20 UMKM yang menjadi responden menunjukkan bahwa implementasi CSR tidak menunjang kinerja keuangan.

2) CSRi Menunjang Profit Margin (CSRi-Profit Margin Rendah, CSRi-Profit Margin Tinggi)

Sementara, pada tabel 5.12 tampak terdapat 6 UMKM yang memiliki tingkat CSRi dan profit margin yang rendah, yaitu Batik Estu Mulya, Batik Truntum, Batik Pandono, Batik Hayuningrum, Batik Ratnasari, dan Batik Nurma. Hal ini berarti tingkat CSRi dan profit margin ke-6 UMKM tersebut searah. Apabila UMKM rendah dalam melakukan CSR, maka profit margin-nya pun juga rendah. Dalam wawancara dengan Bapak Supiarso (pemilik Batik Hayuningrum) menunjukkan bahwa implementasi CSR yang rendah tentunya akan membuat hubungan antara pemilik dengan tenaga kerja menjadi kurang baik. Beliau mengatakan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada Batik Hayuningrum kurang loyal karena beberapa tenaga kerja memilih untuk pindah ke tempat kerja lain. Tetapi beliau mengatakan bahwa CSR tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan kinerja keuangan dari usahanya. Menurut Bapak Supiarso, baik CSR tinggi atau rendah, kinerja keuangan yang dihasilkan akan tetap sama.

Selanjutnya, sebanyak 3 UMKM memiliki tingkat CSRi dan profit margin yang tinggi, yaitu Batik Oguud, Batik Loring Pasar, dan Batik Uni. Hal ini memiliki arti bahwa CSR yang tinggi akan diikuti dengan profit margin yang tinggi. Hasil wawancara dengan Bapak Oguud selaku pemilik Batik Oguud menunjukkan bahwa implementasi CSR yang tinggi dapat menunjang kinerja keuangannya. Hal ini karena pemilik Batik Oguud dapat menjalin hubungan yang baik dengan tenaga kerja dan masyarakat sekitar. Menurut Bapak Oguud, tenaga kerja yang bekerja dengannya sangat setia dan selalu menghasilkan produk berkualitas serta tepat waktu dalam penyelesaiannya. Selain itu, masyarakat sekitar juga ikut merekomendasikan produk Batik Oguud apabila ada orang yang akan mencari kain batik. Hal inilah yang membuat Batik Oguud mampu menghasilkan profit margin yang tinggi. Dari analisis tersebut ini berarti terdapat 9 dari 20 UMKM yang menunjukkan bahwa implementasi CSR menunjang kinerja keuangan.

Dokumen terkait