• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Analisis Data

1. Implementasi CSR UMKM Batik di

tiga kategori yaitu kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial (yang hanya tercakup pada dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja). Pada tabel 5.6 menunjukkan indeks CSR (CSRi) dari setiap responden dalam penelitian ini. Berikut tabel CSRi setiap responden:

Tabel 5.6. Corporate Social Responsibility Index (CSRi)

No Nama Usaha Ya Tidak CSRi

1 Batik Sherlyta Ayu 35 2 0,95

2 Batik Herdea 35 2 0,95

3 Batik Puspita Mekar 34 3 0,92

4 Batik Loring Pasar 32 5 0,86

5 Batik Uni 32 5 0,86

6 Batik Puspa Kencana 31 6 0,84

7 Batik Widya Kencana 30 7 0,81

8 Batik Oguud 29 8 0,78 9 Batik Purworaharjo 29 8 0,78 10 Batik Mahkota 29 8 0,78 11 Batik Fantri 29 8 0,78 12 Batik Jova 27 10 0,73 13 Batik Pandono 27 10 0,73 14 Batik Hayuningrum 26 11 0,70 15 Batik Nurma 26 11 0,70 16 Batik Ratnasari 25 12 0,68

17 Batik Estu Mulya 23 14 0,62

18 Batik Truntum 23 14 0,62

19 Batik Setya 23 14 0,62

20 Batik Tritunggal 21 16 0,57

Total 566 174 15,30

Rata-rata 28,3 8,7 0,76

Sumber: Data primer diolah Keterangan:

Ya : Pernyataan CSR yang dilakukan oleh responden Tidak : Pernyataan CSR yang tidak dilakukan oleh responden

Tabel 5.6 menunjukkan CSRi dari setiap UMKM. Indeks CSR (CSRi) digunakan untuk mengetahui sejauh mana UMKM batik melakukan implementasi program CSR. Tabel tersebut memuat kolom

untuk jawaban “ya” dan jawaban “tidak”. Kolom jawaban “ya” memiliki

arti berapa banyak item pernyataan CSR yang telah dilakukan oleh

berapa banyak item pernyataan CSR yang tidak dilakukan oleh pemilik UMKM. Pada tabel 5.6 dapat dilihat rata-rata CSRi dari UMKM batik yang menjadi responden dalam penelitian ini sebesar 0,76. Rata-rata CSRi digunakan oleh penulis untuk mengetahui tingkatan atau kategori pada CSRi. Apabila UMKM batik yang menjadi responden penelitian memiliki CSRi di atas rata-rata, maka CSRi dari UMKM tersebut tinggi. Sementara, untuk UMKM dengan CSRi di bawah rata-rata, maka UMKM tersebut memiliki CSRi yang rendah. Tabel 5.6 menunjukkan CSRi yang paling banyak sebesar 0,78.

Dari tabel 5.6 dapat dilihat bahwa UMKM batik yang memiliki CSRi tertinggi sebanyak 2 UMKM, dengan CSRi sebesar 0,95, yaitu Batik Sherlyta Ayu dan Batik Herdea. Ini berarti kedua UMKM batik tersebut sudah melakukan hampir semua item pernyataan CSR dan memiliki kesadaran bahwa CSR merupakan hal penting untuk dilakukan dan memberikan dampak atau manfaat bagi UMKM dan bagi sesama. Kedua responden (pemilik UMKM Batik Sherlyta Ayu dan Batik Herdea) mengatakan bahwa manfaat CSR adalah tenaga kerja menjadi loyal terhadap UMKM dan terjaganya lingkungan sekitar produksi dari pencemaran limbah. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan terhadap tenaga kerja merupakan hal yang penting untuk dilakukan dan merupakan kewajiban bagi pemilik UMKM untuk melakukannya. Kedua responden merasa

bahwa kehidupan usaha yang mereka jalankan tentunya memerlukan bantuan dan kerja sama dari lingkungan sekitar dan dari tenaga kerja.

Selanjutnya, Batik Puspita Mekar, Batik Uni, Batik Loring Pasar, Batik Puspa Kencana, Batik Widya Kencana, Batik Oguud, Batik Purworaharjo, Batik Mahkota, dan Batik Fantri memiliki CSRi yang tinggi. Ini berarti UMKM-UMKM batik tersebut sudah melakukan sebagian besar program CSR, meskipun terdapat beberapa item CSR yang tidak dilakukan. Hal ini memiliki arti bahwa responden memiliki kesadaran bahwa implementasi CSR penting untuk dilakukan, meskipun UMKM batik belum optimal dalam mengimplementasikan program CSR karena masih terdapat beberapa item pernyataan CSR yang belum dilakukan. Responden mengatakan terdapat manfaat dari implementasi CSR yaitu, berkurangnya jumlah pengangguran di sekitar lokasi produksi, tenaga kerja semakin loyal dan semangat dalam bekerja, dan terjalin hubungan baik antara UMKM dengan lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan juga dengan tenaga kerja UMKM yang merupakan masyarakat sekitar lokasi produksi.

Wawancara dengan responden menunjukkan semua responden yang memiliki tingkat CSRi tinggi memberikan jawaban bahwa tanggung jawab sosial penting untuk dilakukan. Tetapi, terdapat beberapa item CSR yang tidak dilakukan oleh UMKM batik dikarenakan responden kurang memiliki waktu untuk melakukan tanggung jawab sosialnya sehingga beberapa item CSR tidak dapat dilakukan. Misalnya, untuk

kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja dengan item pernyataan memiliki jam pelatihan pekerja dan item pernyataan adanya pelatihan bagi setiap karyawan. Kedua item pernyataan CSR ini paling banyak tidak dilakukan karena responden atau pemilik UMKM batik tidak pernah memiliki waktu untuk memberikan pelatihan bagi tenaga kerjanya.

Sementara, untuk Batik Jova, Batik Pandono, Batik Hayuningrum, Batik Nurma, Batik Ratnasari, Batik Estu Mulya, Batik Truntum, dan Batik Setya memiliki CSRi rendah. Hasil ini menunjukkan bahwa ke-8 responden tersebut memiliki CSRi di bawah rata-rata meskipun beberapa item pernyataan CSR telah dilakukan. Hal ini memiliki arti bahwa responden memiliki kesadaran mengenai pentingnya implementasi program CSR tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kendala yang menyebabkan implementasi CSR belum dapat dilakukan dengan baik.

Temuan tersebut didukung dengan hasil wawancara yang menunjukkan responden yang memiliki tingkat CSRi rendah mengatakan terdapat beberapa kendala dalam implementasi CSR. Kendala yang dihadapi oleh responden yaitu, kurangnya waktu untuk melakukan tanggung jawab sosial dan kendala dalam hal pendanaan. Seperti halnya, wawancara dengan Bapak Syamsul Aarif selaku pemilik Batik Nurma. Beliau menjelaskan bahwa bentuk kepedulian dan perhatian kepada tenaga kerja, lingkungan, dan masyarakat sekitar merupakan hal penting untuk dilakukan tetapi tidak mudah melakukannya secara optimal. Hal

ini dikarenakan kesibukan Bapak Syamsul Aarif dalam bekerja dan juga pendanaan untuk implementasi tanggung jawab sosial seperti membantu memberikan dana jika ada kerusakan lingkungan akibat proses produksi. Bapak Syamsul Aarif menjelaskan sebagai pelaku UMKM, keuntungan yang didapat dari hasil produksi digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk menambah modal usaha sehingga tidak banyak bagian dari keuntungan yang digunakan untuk pendanaan implementasi CSR.

Indeks CSR terendah terletak pada Batik Tritunggal sebesar 0,57. Artinya pemilik dari Batik Tritunggal kurang memiliki kesadaran mengenai pentingnya implementasi program CSR. Hal ini didukung hasil wawancara dengan Bapak Siswanto yang menunjukkan bahwa implementasi CSR tidak penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan pelaksanaan program CSR dirasa tidak terlalu memberikan dampak atau manfaat bagi UMKM Batik Tritunggal. Wawancara dengan Bapak Siswanto membuktikan bahwa perhatian dan kepedulian kepada tenaga kerja ternyata tidak membuat tenaga kerja menjadi loyal atau setia kepada Batik Tritunggal.

Setelah melakukan analisis Indeks Corporate Social Responsibility (CSRi) dari setiap responden UMKM batik, selanjutnya penulis melakukan analisis implementasi CSR berdasarkan kategori CSR, yaitu kategori ekonomi, kategori lingkungan, dan kategori sosial dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Berikut akan dijabarkan persentase dari jawaban responden berdasarkan kategori CSR:

a. Kategori Ekonomi

Kategori pertama dalam pengungkapan CSR adalah kategori ekonomi. Dalam kuesioner ini, kategori ekonomi diukur dengan menggunakan 7 pernyataan. Tabel 5.7 berikut ini menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden:

Tabel 5.7 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Ekonomi

Pernyataan (Kode) Jawaban Responden

Ya % Tidak % Pernyataan 1 (G4-EC1) 16 80 4 20 Pernyataan 2 (G4-EC2) 16 80 4 20 Pernyataan 3 (G4-EC3) 5 25 15 75 Pernyataan 4 (G4-EC4) 17 85 3 15 Pernyataan 5 (G4-EC5) 18 90 2 10 Pernyataan 6 (G4-EC6) 19 95 1 5 Pernyataan 7 (G4-EC7) 18 90 2 10 Jumlah 109 31 Persentase 77,86 22,14

Sumber: Data primer diolah

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari implementasi program CSR pada kategori ekonomi terdapat pada pertanyaan ke-6, yaitu sebanyak 19 responden (95%) menjawab

“ya”. Sementara, sebanyak 1 responden (5%) menjawab “tidak”.

Pernyataan ke-6 adalah UMKM turut membantu dalam membangun sarana dan prasarana lokasi sekitarnya. Hasil ini memiliki arti bahwa hampir semua responden telah melakukan program CSR membantu membangun sarana dan prasarana di lokasi sekitar UMKM. Wawancara kepada responden membuktikan bahwa responden sering membantu dalam pembangunan sarana dan prasarana lokasi

sekitar UMKM seperti membayar iuran dan mengikuti kerja bakti di lingkungan sekitar UMKM.

Selanjutnya, pada pernyataan ke-5 dan ke-7, terdapat 18 responden (90%) menjawab “ya” dan sebanyak 2 responden (10%) menjawab “tidak”. Pernyataan ke-5 dalam kategori ekonomi yaitu mempekerjakan masyarakat sekitar UMKM dan pernyataan ke-7 adalah pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar pemilik UMKM merekrut tenaga kerja dari masyarakat sekitar UMKM batik. Sementara itu, hampir semua responden memiliki pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Untuk responden yang memberikan jawaban

“tidak” artinya mereka mempekerjakan masyarakat di luar wilayah

UMKM dan tidak memiliki pengetahuan mengenai dampak ekonomi yang terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diterima oleh responden mengenai dampak ekonomi yang terjadi.

Kemudian, untuk pernyataan ke-4 sebanyak 17 responden (85%)

menjawab “ya” dan sebanyak 3 responden (15%) menjawab “tidak”.

Pernyataan ke-4 yaitu pemberian upah sudah sesuai dengan standar. Hasil ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memberikan upah sesuai dengan standar upah untuk pengrajin batik. Sementara wawancara membuktikan untuk pemberian upah yang tidak sesuai dengan standar upah untuk pengrajin batik dikarenakan

responden belum memiliki kemampuan lebih secara finansial untuk membayar tenaga kerja sesuai dengan standar upah pengrajin batik.

Pernyataan nomor 1 dan pernyataan nomor 2 sebanyak 16

responden (80%) menjawab “ya” dan sebanyak 4 responden (20%) menjawab “tidak”. Item pernyataan nomer 1 nilai ekonomi yang

dihasilkan didistribusikan secara langsung (pendapatan, biaya, kompenasasi ke karyawan, donasi ke masyarakat, dan keuntungan yang digunakan membayar pinjaman). Pernyataan nomer 2 berisi pembayaran kewajiban atau hutang dibayar tepat waktu dan ditulis dalam pembukuan. Ini berarti sebagian besar responden telah melakukan distribusi nilai ekonomi secara langsung untuk kompensasi ke karyawan, donasi ke masyarakat, dan untuk membayar pinjaman serta telah melakukan pembayaran kewajiban atau hutang secara tepat waktu dan ditulis dalam pembukuan. Sementara, sebagian kecil responden tidak melakukan item pernyataan CSR nomor 1 dan nomor 2. Hal ini disebabkan responden tidak memiliki kewajiban atau hutang yang harus dilunasi. Selanjutnya, pada pernyataan ke-3, sebanyak 5 responden (25%) menjawab “ya” dan sebanyak 15 responden (75%) menjawab “tidak”. Pernyataan ke-3 yaitu membuat pembukuan berkaitan dengan penerimaan bantuan keuangan atau modal dari pemerintah setempat. Ini berarti hanya sebagian kecil dari responden yang telah melakukan pembukuan berkaitan dengan penerimaan bantuan

keuangan atau modal dari pemerintah setempat. Tapi, kebanyakan dari responden tidak melakukan pembukuan penerimaan bantuan keuangan atau modal dari pemerintah setempat karena responden tidak mendapatkan bantuan keuangan dari pemerintah. Hanya sebagian kecil dari responden yang mendapatkan bantuan keuangan atau modal dari pemerintah setempat.

Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sebanyak 77,86% total pernyataan CSR pada kategori ekonomi dijawab dengan jawaban

“ya”. Ini berarti pemilik UMKM batik Kampoeng Batik Laweyan Solo yang menjadi responden telah melakukan sebagian besar item pernyataan CSR pada kategori ekonomi.

b. Kategori Lingkungan

Kategori kedua adalah kategori lingkungan. Dalam kuesioner ini, kategori lingkungan diukur dengan menggunakan 20 pernyataan. Tabel 5.8 yang menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden:

Tabel 5.8 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori Lingkungan

Pertanyaan (Kode) Jawaban Responden

Ya % Tidak % Pernyataan 1 (G4-EN1) 7 35 13 65 Pernyataan 2 (G4-EN2) 20 100 0 0 Pernyataan 3 (G4-EN3) 20 100 0 0 Pernyataan 4 (G4-EN4) 2 10 18 90 Pernyataan 5 (G4-EN5) 16 80 4 20 Pernyataan 6 (G4-EN6) 19 95 1 5 Pernyataan 7 (G4-EN7) 19 95 1 5 Pernyataan 8 (G4-EN8) 19 95 1 5 Pernyataan 9 (G4-EN9) 19 95 1 5 Pernyataan 10 (G4-EN10) 19 95 1 5 Pernyataan 11 (G4-EN11) 19 95 1 5 Pernyataan 12 (G4-EN12) 18 90 2 10 Pernyataan 13 (G4-EN13) 16 80 4 20 Pernyataan 14 (G4-EN14) 14 70 6 30 Pernyataan 15 (G4-EN 15) 8 40 12 60 Pernyataan 16 (G4-EN 16) 16 80 4 20 Pernyataan 17 (G4-EN 17) 3 15 17 85 Pernyataan 18 (G4-EN 18) 19 95 1 5 Pernyataan 19 (G4-EN 19) 12 60 8 40 Pernyataan 20 (G4-EN 20) 17 85 3 15 Jumlah 302 98 Persentase 75,5 24,5

Sumber: Data primer diolah

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa persentase tertinggi terdapat pada pernyataan 2 dan pernyataan 3, yaitu sebanyak 20 responden (100%)

menjawab pernyataan dengan jawaban “ya”. Pernyataan 2 adalah

penghematan dalam menggunakan energi (listrik, bahan bakar minyak, atau gas). Pernyataan 3 berisi tentang penggunaan air sesuai dengan kegunaannya. Artinya, semua responden dalam penelitian ini

telah melakukan upaya penghematan dalam menggunakan energi (listrik, bahan bakar minyak, atau gas) secara rutin dan telah melakukan penghematan dalam menggunakan air. Kemudian,

sebanyak 19 responden (95%) memberikan jawaban “ya” pada

pernyataan 6, pernyataan 7, pernyataan 8, pernyataan 9, pernyataan 10, pernyataan 11, dan pernyataan 18. Namun, sebanyak 1 responden (5%) menjawab “tidak” untuk ketujuh pernyataan tersebut.

Pernyataan 6 yaitu memiliki kesadaran apabila menghasilkan dampak buruk pada lingkungan, pernyataan 7 adalah membantu perbaikan lingkungan yang rusak, dan pernyataan 8 adalah membantu merawat dan melindungi lingkungan. Selanjutnya, pernyataan 9 yaitu sadar bahwa penggunaan energi menghasilkan polusi, pernyataan 10 adalah membantu mengurangi polusi yang ada, pernyataan 11 yaitu membatasi bahan-bahan yang membuat polusi, dan pernyataan 18 adalah mengetahui dampak luas dari kerusakan lingkungan.

Hasil ini memiliki arti bahwa hampir semua responden telah memiliki kesadaran bahwa penting untuk melakukan ketujuh item

pernyataan CSR ini. Sebanyak 1 responden menjawab “tidak” pada

item-item pernyataan CSR tersebut karena belum memiliki kesadaran akan dampak buruk yang dihasilkan dari adanya proses produksi, kurang membantu dalam perbaikan lingkungan yang rusak, kurang membantu dalam merawat dan melindungi lingkungan,

penggunaan energi untuk proses produksi menghasilkan polusi, belum mengurangi polusi yang ada, dan belum melakukan pembatasan penggunaan bahan-bahan yang dapat menghasilkan polusi.

Pada pernyataan 20 sebanyak 17 responden (85%) memberikan

jawaban “ya” dan sebanyak 3 responden (15%) memberikan jawaban “tidak”. Pernyataan 20 berisi tentang ikut serta dalam

mengambil tindakan pemulihan lingkungan yang rusak. Hasil ini memiliki arti bahwa sebanyak 17 responden telah secara rutin ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan lingkungan yang rusak. Sementara, untuk 3 responden yang menjawab “tidak”, artinya

responden belum secara aktif dan rutin ikut serta dalam mengambil tindakan pemulihan lingkungan yang rusak. Berikutnya, pernyataan 5, pernyataan 13, dan pernyataan 16 sebanyak 16 responden (80%)

menjawab “ya” dan sebanyak 4 responden (20%) menjawab “tidak”.

Pernyataan 5 yaitu lokasi produksi tidak memberikan dampak pada lingkungan, pernyataan 13 adalah mengetahui banyaknya limbah dan cara membuangnya, dan pernyataan 16 berisi mengetahui limbah dapat merusak lingkungan. Ini berarti sebagian besar responden memiliki lokasi produksi yang tidak memberikan dampak buruk pada lingkungan, responden telah mengetahui banyak limbah yang dihasilkan dari proses produksi dan cara membuangnya, serta

responden telah memiliki pengetahuan yang benar bahwa limbah yang dihasilkan dari proses produksi dapat merusak lingkungan.

Pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 14 responden (70%)

menjawab “ya” pada pernyataan 14 dan 6 responden (30%) memberikan jawaban “tidak”. Pernyataan 14 berisi mengenai limbah zat kimia yang dibuang tidak mencemari lingkungan. Artinya, sebagian dari responden membuang limbah zat kimia yang tidak mencemari lingkungan. Hal ini didukung wawancara dengan responden yang menunjukkan bahwa limbah zat kimia yang dihasilkan oleh UMKM batik memiliki volume yang kecil sehingga ketika limbah dibuang tidak mencemari lingkungan. Pernyataan 19

terdapat 12 responden (60%) menjawab “ya” dan 8 responden (40%) menjawab “tidak”. Pernyataan 19 membantu memberikan dana jika

ada kerusakan lingkungan akibat proses produksi. Artinya sebanyak 12 responden telah memberikan dana apabila terdapat kerusakan lingkungan yang disebabkan dari proses produksi. Hasil wawancara membuktikan bahwa responden membayar iuran warga atau dana untuk memperbaiki lingkungan yang rusak. Sementara, responden

yang menjawab “tidak”, mengatakan bahwa responden merasa

proses produksi yang dijalankan usahanya tidak merusak lingkungan sehingga mereka tidak memberikan dana untuk perbaikan lingkungan.

Sebanyak 8 responden (40%) memberikan jawaban “ya” dan 12 responden lainnya (60%) memberikan jawaban “tidak” untuk

pernyataan 15. Pernyataan 15 mengelola limbah yang sangat membahayakan. Persentase menunjukkan bahwa responden telah melakukan pengelolaan limbah yang sangat membahayakan seperti banyaknya kandungan zat kimia yang ada pada limbah produksi batik. Pengelolaan limbah ini salah satunya dengan menggunakan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air Limbah). Tetapi terdapat sejumlah besar responden tidak mengelola terlebih dahulu limbahnya. Hal ini dibuktikan hasil wawancara dengan responden yang menunjukkan bahwa responden tidak mengetahui secara benar bahaya dari limbah yang dihasilkan UMKM batik sehingga responden merasa tidak perlu untuk melakukan pengelolaan limbah. Selanjutnya, pernyataan

1 terdapat 7 responden (35%) yang memberikan jawaban “ya”.

Pernyataan 1 adalah UMKM menggunakan bahan daur ulang. Ini berarti hanya sebanyak sedikit responden yang menggunakan bahan daur ulang dalam proses produksi. Hasil tersebut diperoleh dengan pengakuan responden yang mengatakan bahwa penggunaan bahan daur ulang tentunya merupakan salah satu upaya dalam penghematan biaya dan upaya dalam menjaga lingkungan. Meskipun demikian,

sebanyak 13 responden (65%) memberikan jawaban “tidak” untuk pernyataan ini. Artinya, sebagian besar responden tidak menggunakan bahan daur ulang dalam proses produksinya.

Pernyataan 17 dan pernyataan 4 hanya sebagian kecil responden

yang memberikan jawaban “ya” yaitu, sebanyak 3 responden (15%)

untuk pernyataan 17 dan 2 responden (10%) untuk pernyataan 4. Pernyataan 17 adalah memberikan denda apabila melanggar peraturan mengenai lingkungan hidup dan pernyataan 4 air yang sudah digunakan didaur ulang kembali. Persentase menunjukkan bahwa responden telah memberikan denda apabila melanggar peraturan mengenai lingkungan hidup kepada pengurus warga dan sebagian kecil dari responden menggunakan air yang sudah didaur ulang. Hasil wawancara membuktikan responden menyadari apabila melakukan pelanggaran mengenai lingkungan hidup seperti adanya pencemaran air untuk kebutuhan warga akibat limbah proses produksi batik dan memberikan denda atas hal tersebut. Selain itu, beberapa responden juga telah memiliki alat untuk menjernihkan air yang sudah digunakan untuk didaur ulang dan digunakan kembali.

Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa sebanyak 75,5% total pernyataan

CSR pada kategori lingkungan dijawab dengan jawaban “ya”. Ini

berarti, sebagian besar responden telah melakukan implementasi CSR dalam kategori lingkungan secara rutin.

c. Kategori Sosial, Dimensi: Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja

Kategori ketiga dalam implementasi CSR adalah kategori sosial. Dalam penelitian ini, kategori sosial yang digunakan untuk mengukur implementasi CSR hanya terbatas pada dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja. Dalam kuesioner, kategori ini diukur dengan 10 pernyataan. Berikut tabel 5.9 yang menunjukkan hasil jawaban dan persentase jawaban responden: Tabel 5.9 Distribusi Jawaban Kuesioner Responden Pada Kategori

Sosial, Dimensi: Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja

Pertanyaan (Kode) Jawaban Responden

Ya % Tidak % Pernyataan 1 (G4-LA1) 18 90 2 10 Pernyataan 2 (G4-LA2) 17 85 3 15 Pernyataan 3 (G4-LA3) 19 95 1 5 Pernyataan 4 (G4-LA4) 20 100 0 0 Pernyataan 5 (G4-LA5) 20 100 0 0 Pernyataan 6 (G4-LA6) 19 95 1 5 Pernyataan 7 (G4-LA7) 14 70 6 30 Pernyataan 8 (G4-LA8) 6 30 14 70 Pernyataan 9 (G4-LA9) 8 40 12 60 Pernyataan 10 (G4-LA10) 14 70 6 30 Jumlah 155 45 Persentase 77,5 22,5

Sumber: Data primer diolah

Tabel 5.9 dapat menunjukkan bahwa persentase tertinggi dari implementasi pada kategori sosial, dimensi praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja terdapat pada pernyataan 4 dan pernyataan 5. Pernyataan 4 adalah menerima saran dari pekerja mengenai

keselamatan kerja dan pernyataan 5 yaitu memperhatikan karyawan yang memiliki penyakit, kecelakaan kerja, atau kematian. Sebanyak

20 responden (100%) memberikan jawaban “ya” pada pernyataan 4

dan pernyataan 5. Hal ini berarti semua responden telah melakukan CSR pada pernyataan ini secara rutin. Wawancara dengan responden membuktikan bahwa responden secara terbuka menerima saran dari pekerja mengenai keselamatan kerja. Saran yang diterima seperti permintaan dari pekerja untuk pengadaan masker dan sarung tangan yang digunakan selama proses produksi. Selain itu, apabila tenaga kerja memiliki penyakit atau sedang sakit, mengalami kecelakaan kerja atau kematian, maka pemilik UMKM memberikan perhatian kepada tenaga kerja tersebut baik berupa dana maupun bentuk perhatian lain.

Selanjutnya, pernyataan ke 3 dan ke 6 sebanyak 19 responden

(95%) menjawab “ya” dan 1 responden (5%) menjawab “tidak”.

Pernyataan ke 3 memberitahukan kepada karyawan mengenai setiap perubahan kebijakan sebelum kebijakan tersebut ditetapkan. Pernyataan ke 6 yaitu memberikan informasi bahaya dampak produksi kepada karyawan. Artinya, pemilik UMKM batik atau responden telah memberitahukan kepada karyawan mengenai setiap perubahan kebijakan sebelum kebijakan tersebut ditetapkan dan responden juga telah memberikan informasi bahaya dampak produksi kepada karyawan. Hasil ini didukung oleh wawancara

dengan responden yang menyatakan bahwa komunikasi antara pemilik UMKM dengan tenaga kerja merupakan hal penting dan merupakan kunci untuk menjalin hubungan yang baik antara pemilik UMKM dengan tenaga kerja. Sementara, untuk responden dengan

jawaban “tidak” dikarenakan responden jarang mengkomunikasikan

kebijakan dengan tenaga kerja sebelum kebijakan diterapkan sehingga tenaga kerja langsung mengikuti kebijakan yang telah dibuat oleh pemilik UMKM. Selain itu, ketidaktahuan mengenai bahaya dampak produksi juga membuat responden tidak memberikan informasi kepada tenaga kerja mengenai hal tersebut.

Berikutnya, sebanyak 90% (18 responden) menjawab “ya” dan

10% (2 responden) menjawab “tidak” pada item pernyataan 1. Ini

berarti sebagian besar responden telah melakukan CSR yaitu memberikan tambahan upah bagi karyawan yang bekerja dengan baik. Hasil wawancara membuktikan bahwa responden atau pemilik UMKM batik akan memberikan tambahan upah atau bonus apabila tenaga kerja bekerja dengan baik dan dapat dengan cepat menyelesaikan pekerjaan. Untuk 2 responden yang memberikan

jawaban “tidak” pada item pernyataan ini memiliki arti bahwa

responden tidak memberikan tambahan upah meskipun tenaga kerja telah bekerja dengan baik. Hal ini disampaikan oleh responden pada wawancara yang menayatakan bahwa responden tidak memberikan tambahan upah karena responden merasa bahwa keuntungan yang

didapat tidak seberapa sehingga keuntungan lebih digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan untuk tambahan modal.

Pernyataan ke 2 sebesar 85% (17 responden) memberikan

jawaban “ya”. Persentase ini memiliki arti bahwa sebagian besar

responden telah melakukan CSR pada item pernyataan memperbolehkan karyawan untuk berhenti kerja sementara karena sedang hamil. Tetapi, terdapat 15% (3 responden) yang menjawab

“tidak” pada pernyataan ini. Artinya, responden tidak melakukan

pernyataan nomor 2 tersebut. Hal ini dikarenakan tenaga kerja yang bekerja pada 3 UMKM batik yang menjawab “tidak” adalah tenaga

kerja laki-laki.

Untuk pernyataan 7 dan pernyataan 10 sebanyak 14 responden

(70%) memberikan jawaban “ya” dan sebanyak 6 responden (30%) menjawab “tidak”. Pernyataan 7 adalah memberikan jaminan

kesehatan kepada karyawan dan pernyataan 10 yaitu menerima pengaduan karyawan mengenai masalah ketenagakerjaan. Hasil persentase mengandung makna bahwa sebagian besar responden telah memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja dan dan secara terbuka telah menerima pengaduan karyawan mengenai masalah ketenagakerjaan. Wawancara yang dilakukan penulis kepada responden menunjukkan bahwa pemilik UMKM memiliki kewajiban untuk memberikan jaminan kesehatan kepada tenaga kerja. Responden yang menjawab pernyataan ini dengan jawaban

“ya”, juga memberikan alasan bahwa tenaga kerja merupakan unsur

Dokumen terkait