• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3 Water Sharing (Berbagi Air)

2.3.3 Implementasi Water Sharing (Berbagi Air)

1. Water Sharing di Asia

Contoh implementasiwater sharing di Asia terlihat pada Indus Water Treaty memberikan rencana untuk water sharing sungai Indus dan anak –anak sungainya yang mengalir melalui India dan Pakistan. Indus Water Treaty menjadi perlu setelah pemisahan India dengan Pakistan pada tahun 1947. Antara kedua negara mengeluarkan suatu kerangka tentang water sharing treaty.

Ciri-ciri utama Indus Water Treaty meliputi:

 Semua air dari sungai-sungai bagian timur (Sutlej, Ravi, dan Beas) akan tersedia untuk penggunaan yang tidak terbatas untuk India

 Pakistan mengambil air dari anak sungai Basantsar dari sungai Ravi untuk keperluan irigasi kurang lebih 100 acre (40 ha) lahan per tahun

 Pakistan akan mengambil air dari anak sungai yang mengikuti Ravi yang di perlukan untuk irigasi yang telah ditentukan batas minimumnya (Tabel 8).

Tabel 8 Penggunaan minimum air sungai untuk irigasi

Anak Sungai Penggunaan minimum untuk irigasi tahunan (acre*) Basantar 14.000 Bein 26.600 Tamah 1.800 Ijh 3.000 Ket: * 1 acre = 0,4646 ha

 Aliran air di Pakistan yang menghubungkan sungai utama Sutlej atau Ravi, tersedia untuk penggunaan yang tidak terbatas untuk Pakistan. India tidak membuat syarat/ketentuan, hal ini sebagai pemberian kepada Pakistan atas beberapa hak yang diberikan untuk beberapa wilayah.

 Pakistan bebas menggunakan semua air dari sungai di bagian barat (Indus, Jhelum, dan Chenab) dimana India berkewajiban untuk mengalirkannya. Air ini digunakan untuk: (a) Domestik, (b) Penggunaan yang tidak konsumtif, (c) India akan mengalirkan air dari sungai utama Chenab untuk pertanian di Pakistan dengan mengikuti ketentuan aliran maksimum yang bisa digunakan seperti yang disajikan pada Tabel 9 berikut:

Tabel 9 Ketentuan aliran maksimum bagi Pakistan yang digunakan untuk pertanian

Nama kanal Aliran maksimum untuk pertanian

Kanal Ranbir 100 cusec dari 15 April sampai 14 Oktober, dan

350 cusec dari 15 Oktober sampai 14 April

Kanal Pratap 400 cusec dari 15 April sampai 14 Oktober, dan

100 cusec dari 15 Oktober sampai 14 April

d) India bisa melanjutkan untuk mengairi pertaniannya dari sungai di sebelah barat pada hari yang ditetapkan misalnya 1 April 1960, (e) India bisa juga menggunakan aliran lanjutan dari basin berikut:

Tabel 10 Ketentuan aliran maksimum bagi India untuk pertanian

Aliran sungai Wilayah maksimum yang ditanami (acre)

Dari Indus dalam drainage basin 70.000

Dari Jhelum dalam drainage basin 400.000

Dari Chenab dalam drainage basin 225.000 acre, tidak lebih dari 100.000

acre ada di wilayah Jammu Sisi luar drainase pada wilayah

barat Dag Nadi, jumlah daya tampung saluran irigasi yang keluar

drainage basin Chenab ke daerah ini tidak lebih dari 120 cusecs

(f) Pembangkit tenaga hiro-elektrik dari hidro-elektrik yang dibangun yang beroperasi atau dibangun pada hari yang ditetapkan (1 April 1960), (g) India bisa membangun runoff river baru atau menyimpan air pokok untuk kriteria khusus sebagai uraian dalam perjanjian Annexure D dan E.

 Setiap kelompok di kedua negara setuju bahwa beberapa penggunaan non konsumtif disepakati melalui perjanjian bersama, sedangkan aliran yang digunakan untuk kepentingan yang konsumtif melalui syarat dari perjanjian

 Kedua negara setuju untuk membentuk panitia bersama, yang dinamakan Permanent Indus Commission. Sedangkan pemerintah akan memutuskan untuk mengadakan beberapa pernyataan tidak resmi secara langsung dengan pelaksanaan perjanjian tersebut.

2. Water Sharing di Australia

Australia telah membangun teknik-teknik resolusi konflik dalam perencanaan jangka panjang dan pendekatan konsultatif untuk kepentingan pengambilan keputusan alokasi air. Ada suatu riset ini di Lockyer catchment yang menggambarkan bagaimana menghidupkan nilai dan minat tentang penggunaan air yang berkelanjutan dan mengendalikan kepentingan sendiri yang berhubungan dengan peraturan yang dijabarkan ke dalam satu proses pengambilan keputusan di, hal ini juga telah digunakan di Lower Balonne. Dalam mencari kesepakatan, pemecahan masalah bersama, mengidentifikasi kriteria untuk pilihan-pilihan, dan membingkainya kembali, semua teknik-teknik resolusi perselisihan dalam proses pengambilan keputusan di Lockyer Catchment melalui satu sharing diskusi-diskusi dan pandangan-pandangan ke arah pengaturan-pengaturan administratif alokasi air yang saling menghormati. Sedangkan hasil dari negosiasi pada draft Lockyer WRP telah menuju ke arah pencapaian yang lebih besar dalam keberlanjutan regional jangka panjang berdasarkan tiga garis dasar (ekonomi, sosial, dan lingkungan) dan peningkatan pelaksanaan agenda reformasi air di Lockyer Catchment. Perbedaan kontras terjadi di Lower Balonne, bahwa ketiadaan perhatian untuk kebutuhan- kebutuhan air, dan kelalaian untuk menggunakan beberapa teknik-teknik resolusi konflik dasar, terutama sekali penghormatan pada sharing pandangan-pandangan

yang terpimpin di dalam hubungan-hubungan antara para pihak. Dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan para pihak, pemerintah Queensland telah memastikan satu pengambilan keputusan ROP yang lebih dapat dipercaya dan proses pengambilan keputusan ROP yang abadi di Lower Balonne.

Hal ini tidak berarti bahwa proses-proses alokasi dan perencanaan sumber daya air perlu diperlakukan istimewa terutama dalam proses-proses resolusi konflik (melalui proses-proses yang mungkin terjadi di dalam hubungan dimana konflik terjadi). Yang lebih baik dilakukan, harus menumbuhkan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan dan perhatian-perhatian, perlu identifikasi tentang minat dasar dan hal-hal yang disetujui, dan penggunaan tepat dari pendekatan resolusi konflik yang lain, sehingga hal ini dapat menambah nilai untuk satu perencanaan melalui proses konsultatif.

3. Water Sharing di Afrika

Keadilan adalah prinsip luas yang paling bisa diterima dalam pembagian sumber air lintas batas Afrika. Seperti kasus Zambezi River yang dibagi ke delapan negara Afrika Tengah bagian selatan. Akan tetapi, masalahnya menjadi rumit karena adanya struktur kontrol buatan yang tidak hanya cenderung pada perubahan aliran rezim alam dari hilir sungai, tetapi juga pengaruh budaya leluhur. Pembagian air dari Zambezi River untuk wilayah Zambia maupun Zimbabwe, dan merekomendasikan alokasi pada basis konstribusi aliran dari dua Negara Bagian, mengasumsikan 100% penggunaan oleh semua negara-negara hulu. Kriteria berdasarkan pada kombinasi sistem alokasi prioritas dan proporsional.

Berbagai bentuk dari sistem alokasi digunakan oleh otoritas pengelolaan air dunia. Umumnya sistem merupakan variasi atau kombinasi dari dua sistem fundamental yaitu sistem prioritas dan proporsional.

Sistem prioritas

Sistem ini membutuhkan prioritas dari kelompok pengguna air dengan cara bahwa kelompok prioritas yang tinggi dipertimbangkan menempati tempat pertama untuk alokasi dalam kejadian bahwa jumlah yang tersedia tidak mencukupi untuk memenuhi semua pengguna. Kedua negara Zambia dan Zimbabwe memprioritaskan kebutuhan air primer (domestik) dari semua grup pengguna air.

Sistem proporsional

Dalam sistem ini pengguna air membagi jumlah yang tersedia dalam proporsi yang ditentukan dengan semua pengguna air mendapatkan alokasi proporsional apabila sumberd aya tidak mencukupi.

Sistem yang mengkombinasikan keduanya diadopsi Zambezi River. Kebutuhan air primer akan diberikan prioritas pertama dalam sistem sedangkan pengguna yang lain menerima alokasi proporsional yang hanya akan sepenuhnya terpenuhi bila ketersediaan sumber daya air mencukupi. Upaya untuk meningkatkan kepedulian konflik potensial seputar akses air yang menuju pada pasokan terbatas pada 2020 dan menyarankan beberapa pendekatan masalah. Studi water sharing di Afrika menunjukkan bahwa beberapa negara bagian di Afrika Tengah bagian selatan akhirnya mempersiapkan dengan lebih baik upaya untuk memperkenalkan keseimbangan dan menyediakan mekanisme perbaikan untuk mengantisipasi konflik melalui beberapa rekomendasi

Sedangkan konsep keadilan dalam pembagian sumber air Zambezi River umumnya pada kedua Zambia dan Zimbabwe bisa dipertimbangkan dalam hubungannya dengan dua skenario: 1) antara berbagai grup pengguna/kategori, tidak tergantung pada lokasinya dan 2) antara pemerintah Negara bagian yang berkuasa.

Merupakan suatu fakta bahwa air, seperti unsur alam yang lain, diketahui tidak ada batas-batas politik. Air akan selalu mengalir ke lereng yang lebih rendah, tanpa disadari melibatkan seluruh unsur ekologi, termasuk manusia. Setiap anggota dalam sistem ekologi harus dipertimbangkan untuk mempunyai akses yang sama pada air. Setiap intervensi hulu akan berakibat, positif atau sebaliknya terhadap ketepatan pembagian air pada masing-masing grup pengguna di hilir. Kesulitannya adalah bagaimana membangun konsep pembagian yang tepat yang diakibatkan setiap unsur. Oleh karena itu kelompok pengguna yang ada perlu dipertimbangkan mendapatkan pembagian yang adil dalam setiap unit air yang mengalir dari hulu sampai anak sungai. Hal ini juga dimaksudkan agar kelompok pengguna khusus

Pada konteks keadilan internasional dalam akses sumber air transboundary seperti Zambezi River, ini bisa lebih aman apabila membuang jauh-jauh batasan politik.

Alokasi cadangan untuk kebutuhan masa depan digunakan sebagai suplemen dan penyangga dalam fluktuasi permintaan air dalam kelompok pengguna. Selain itu, tenaga air, menjadi satu singa yang bisa berbagi air, karena bukan merupakan pengguna yang konsumtif. Oleh karena itu, air masih tersedia dalam lingkungan dan untuk pengguna konsumtif yang lain.

4. Water Sharing di Eropa

Eropa menghadapi berbagai macam tantangan yang berhubungan dengan air, perubahan iklim, peningkatan populasi dan peningkatan penggunaan air. Eropa, sebagai benua, terdiri dari 46 negara, dan banyak perbedaan ekstrim muncul diantaranya adalah kaya versus miskin, maju versus sedang berkembang, daerah yang menderita kekeringan versus daerah yang menghadapi banjir, air bersih versus air minum yang tidak aman dikonsumsi, dan optimal versus ketiadaan sanitasi. Kondisi umum terlihat bahwa barat laut Eropa memiliki kelebihan air, Eropa selatan memiliki sangat sedikit air, dan Eropa timur tidak memiliki cukup sanitasi dan air minum. Kesemuanya ini berarti bahwa, dalam kenyataannya, Eropa menghadapi sekumpulan besar tantangan-tantangan.

Penggunaan air berkelanjutan adalah sebuah contoh yang baik, karena hal ini adalah masalah yang dihadapi oleh hampir semua negara dan daerah. Selain itu, kita juga harus menyadari bahwa tekanan yang dibebankan oleh tingginya kepadatan populasi Eropa, dan pertumbuhan penduduk di beberapa negara, sebagaimana pertumbuhan irigasi pertanian, sering memperburuk tantangan air.

Di Eropa, 41 juta orang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dikonsumsi dan 85 juta kekurangan akses untuk sanitasi dasar. Namun, akses terhadap air adalah hak dasar manusia. Jadi, beban pokok ini harus dibagi secara merata diantara masyarakat, daerah-daerah dan bahkan negara, melalui prinsip

”solidaritas” yaitu suatu aksi berdasarkan kepercayaan orang bahwa mereka

mempunyai tugas untuk membantu sesama manusia. Mekanisme solidaritas melibatkan semua komponen dalam masyarakat termasuk pemerintah, otoritas

lokal, kelompok-kelompok masyarakat sipil, perusahaan swasta, dan lembaga- lembaga multilateral.

Banyak mekanisme solidaritas yang sukses telah ada di Eropa. Dalam negeri di Eropa, distribusi pelayanan dan biaya yang adil dilakukan melalui pajak umum, tarif air yang lebih tinggi untuk daerah-daerah yang lebih kaya (atau urban) dan

bisnis, dan rencana ’keuntungan-bersih’ untuk menyediakan subsidi biaya air bagi

rakyat miskin. Diantara negara-negara, mekanisme solidaritas telah ada termasuk investasi finansial Uni Eropa di Anggota Negara Bagian yang Baru dan dana pengembangan luar negeri yang disediakan oleh EuropeAid dan European Water Inisiative. Contoh lain termasuk penggalangan dana yang difokuskan untuk air, dana sumbangan dan keahlian melalui adanya kota-kota kembar, dan sumbangan waktu, uang dan keahlian oleh perusahaan air Eropa dan para pegawainya.

Meskipun pemerintah nasional dan lokal bertanggung jawab untuk pengembangan air dan sistem sanitasi, aksi-aksi solidaritas internasional harus mendukung dan menambah inisiatif ini.

Beberapa hal yang dapat dipelajari dari kasus implementasi water sharing di Eropa adalah:

 Terdapat ketidaksamaan akses masyarakat terhadap hak dasar atas air yang aman. Hal ini tidak hanya terdapat di negara-negara di luar Eropa. Di dalam Eropa, negara-negara dengan cakupan air yang sangat baik mempunyai hak atas negara-negara lain yang jutaan penduduknya meniadakan hak dasar ini.

 Tentang ketidaksamarataan akses terhadap air dan sanitasi pada masyarakat menunjukkan solidaritas dengan sesama makhluk hidup, baik yang berada dalam wilayah satu negara atau di luar negeri.

 Banyak mekanisme solidaritas yang telah ada di Eropa pada tingkat multilateral, nasional dan lokal. Contoh-contoh sukses solidaritas antara pengguna air dan otoritas masyarakat dapat dicontoh dan dikembangkan lebih jauh untuk membantu mengurangi ketidaksamarataan ini.

 Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk memastikan ketersediaan air dan sanitasi untuk semua masyarakat harus diperkenalkan melalui:

- legitimasi otoritas lokal (misal kotamadya, pedesaan, kelompok otoritas lokal, dan daerah-daerah)

- kapasitas dalam mengelola pelayanan sanitasi dan air

- kemampuan mereka berkolaborasi dengan stakeholder yang berbeda-beda (misal pemerintah, LSM, masyarakat sipil, dan sektor swasta, baik di Eropa dan negara-negara berkembang lainnya).

 Aksi-aksi solidaritas yang dilakukan dapat:

- diprakarsai otoritas nasional dan lokal melalui ketetapan kerangka peraturan dan sistem tarif yang memastikan keadilan dalam distribusi layanan dan biaya

- menyediakan jaringan keamanan untuk mereka yang terperangkap dalam rantai hutang

- menyediakan, secara langsung pada tingkat lokal, pendanaan yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan proyek-proyek sanitasi dan air - memajukan keahlian lokal dan pengetahuan dan membangun kapasitas

lokal melalui berbagi pengalaman

 Harus dipahami dengan jelas bahwa tidak ada satupun mekanisme solidaritas yang menyediakan sebuah solusi yang berdiri sendiri, tetapi menggunakan kombinasi semua mekanisme solidaritas sehingga diharapkan peningkatan keberlanjutan akses terhadap air dan sanitasi untuk semua bisa terwujud.

 Tanggung jawab utama untuk meletakkan sistem sanitasi dan air dalam wadah yang ada dalam pemerintahan lokal dan nasional. Peranan aksi-aksi solidaritas internasional adalah untuk mendukung dan menambah inisiatif ini, baik dalam hal pendanaan dan pembangunan kapasitas.

5. Water Sharing di Amerika

Implementasi water sharing tercermin dari sebuah konsep pembagian air di lintas perbatasan yang bermanfaat bagi Amerika Serikat dan Meksiko. Daerah San Diego-Tijuana merupakan contoh yang menggambarkan pendekatan DAS secara holistik. Di daerah perbatasan Amerika Serikat-Meksiko yang kering dengan populasi yang berkembang, beberapa pemimpin tidak melihat hubungan mendasar antara ketersediaan air yang cukup dengan kualitas hidup pada masyarakat perbatasan. Kekeringan dan pertumbuhan penduduk sebagai faktor yang dominan menyebabkan terjadinya kontroversi yang berkepanjangan dalam bidang politik, ekonomi dan lingkungan. Hal ini mempengaruhi evolusi penyediaan air dan

infrastruktur. Infrastruktur yang terkait dengan air adalah infrastruktur yang digunakan untuk mengelola sumber-sumber air termasuk air bersih, air limbah dan

storm water.

Sumber air konvensional adalah hujan, salju yang mencair, airbumi dan air permukaan (sungai dan danau). Sumber air yang non konvensional antara lain hasil pengolahan air laut dan air yang didaurulang. Dimana pun keberadaan air itu, banyak faktor menyebabkan terjadinya sejumlah hambatan dalam penyediaan infrastruktur air, termasuk demografi dan penggunaan lahan, sumber air, bentuk wilayah dan kapasitas infrastruktur yang sudah ada.

Terlepas dari sejumlah hambatan yang terjadi, terdapat dua macam peluang regional yang bisa dilakukan dalam hal pembagian air: yaitu penyaluran air lintas perbatasan atau kepemilikan dan pengoperasian infra struktur air bersama-sama. Termasuk opsi pembagian air adalah waduk binasional, fasilitas pengolahan air laut binasional, penyaluran air daur ulang, dan pemilikan serta pengoperasian bersama

sistem pengisian (recharge) dan pengambilan (extract) airbumi. Satu analisis

hambatan menunjukkan bahwa berbagi akifer penyimpan dan pemanfaatan kembali air daur ulang adalah peluang berbagi air yang layak dan efektif dari segi biaya yang akan memberi keuntungan. Melalui penyuntikan (injeksi) ke dalam akifer yang bisa diakses dari dua sisi perbatasan, air daur ulang mengatasi hambatan- hambatan untuk pengangkutan yang disebabkan oleh perkembangan kota.

Sementara beberapa pilihan yang ada dalam menghasilkan sumber air yang baru, daur ulang air merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan berkaitan dengan kondisi topografi, hidrogeologi, dan infrastruktur. Proyek daur ulang air yang dikembangkan adalah South Bay Water Reclamation Plant (SBWRP) di Tijuana dan International Wastewater Treatment Plant (IWTP) di San Diego, yang mengatur kualitas air, jauh dekatnya akses, dan/atau status perjanjian air antar dua negara. Dengan menginjeksi air daur ulang pada elevasi yang lebih tinggi di Rio Alamar, air akan tersedia bagi konsumen di Tijuana dan hilir Tijuana River Valley

di Amerika Serikat. Kedua masyarakat akan untung dan terhindar dari biaya tinggi dari saluran pipa air melalui daerah perkotaan yang padat. Perbaikan aliran sungai merupakan bagian dari proyek, biaya pengelolaan akifer dapat dikurangi sementara perbaikan habitat dan ruang terbuka dan mitigasi bencana banjir terukur.

Melihat pembatas/hambatan yang ada, kondisi berikut merupakan skenario untuk pembagian air yang melewati perbatasan (water sharing across the border):

1. Dua tipe kesempatan yang ada untuk pembagian air (water sharing): pemindahan air lintas perbatasan dan kepemilikan bersama dan pengadaan infrastruktur. Pilihan-pilihan untuk pembagian air di daerah San Diego- Tijuana termasuk terowongan air 2 negara, pabrik penyulingan air 2 negara, pemindahan air daur ulang, dan kepemilikan bersama dan pengisian airbumi (groundwater recharge) dan sistem ekstraksi.

2. Pembagian air harus difokuskan pada keberlanjutan, dicirikan adanya standar minimal untuk kebutuhan air dasar dan kualitas hidup dan terkadang pemeliharaan lingkungan. Kebutuhan daerah Tijuana-Rosarito melebihi kebutuhan daerah San Diego dan oleh karena itu harus difokuskan awalnya untuk pembagian air. Akan tetapi, pembagian air tanpa keuntungan ke daerah San Diego memberikan sedikit rangsangan untuk investasi.

3. Penambahan air dari Colorado River tidak mungkin sampai di daerah San Diego-Tijuana untuk beberapa waktu. Akan tetapi, kepemilikan bersama dan pengoperasian terowongan air akan memperkuat keandalan penyaluran air secara langsung ke daerah San Diego-Tijuana; selanjutnya, tantangan kelembagaan dan politik dengan pilihan ini sangatlah penting.

4. Airbumi merupakan sumber daya yang dibagi. Diantara Tijuana River Valley, airbumi yang digunakan berlebihan untuk penggunaan pertanian menyebabkan penurunan kualitas air yang membatasi penggunaan saat ini. Di Tijuana, sumur airbumi menghasilkan air dengan kandungan garam yang cenderung tinggi. Airbumi dapat diisi untuk memelihara kapasitas menahan air pada akifer untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil air. Injeksi air dari sumber lainnya dapat mengisi akifer untuk jangka waktu tidak terbatas dan mengijinkan penyaluran air di bawah permukaan tanah pada pengguna.

5. Desalinasi (desalination) menawarkan kesempatan untuk penyedian air tidak terbatas, tetapi peralatan dan energi yang digunakan untuk proses tersebut membutuhkan biaya. Untuk itu desalinasi dapat menjadi jalan untuk pembagian air (water sharing) di masa mendatang.

6. Daur ulang air menawarkan penyediaan air yang tetap, tetapi opini publik menghalangi optimisasi sum berdaya ini, karena daur ulang air membutuhkan biaya besar.

7. Secara teori, pengolahan air pertanian untuk air daur ulang dapat menyediakan banyak air permukaan untuk penggunaan perkotaan. Tetapi jarak yang jauh antara sumber dan pengguna dan penggunaan lahan perkotaan berpengaruh terhadap tingginya biaya pengolahan.

8. Perbedaan ketinggian dan penggunaan lahan perkotaan menyebabkan penyaluran air dari daerah San Diego ke daerah Tijuana-Rosarito sangat terhambat dan membutuhkan biaya besar. IWTP dan SBWRP menggambarkan kualitas air terbaik dari yang ada.

Penghambat teknik yang digambarkan dan ringkasan pilihan pembagian air menunjuk pada banyak tantangan yang mungkin secara teknik dan pembagian air dengan biaya efektif yang menguntungkan. Hal ini memungkinkan bahwa satu alternatif penyimpanan akifer dan penggunaan lagi air daur ulang dapat diimplementasikan di masa mendatang. Air daur ulang diinjeksi kedalam akifer langsung dapat diakses yang menawarkan keuntungan apabila hambatan biaya pengangkutan jarak jauh melalui pengembangan daerah perkotaan yang pesat dapat diatasi.

Hambatan, tantangan dan kesempatan pembagian air akan sama sepanjang bagian-bagian lain daerah perbatasan. Contoh ini menggambarkan kenyataan dan menunjukkan bagaimana kerjasama lintas perbatasan dan upaya teknis dapat menurunkan kekurangan air, meningkatkan kualitas hidup, dan keamanan penduduk perbatasan.

6. Water Sharing di Indonesia

Keberadaan subak tidak dapat dilepaskan dari sifat kegotong-royongan masyarakat Bali yang sangat tinggi serta tradisi turun-temurun raja-raja di Bali yang mengakui hak atas tanah dan perolehan airnya bagi mereka-mereka yang membuka lahan di suatu tempat. Kelembagaan ini juga tidak dapat dilepaskan dari keterkaitannya dengan kepercayaan agama Hindu yang mereka anut. Aturan-aturan agama Hindu dipakai sebagai dasar tuntunan (awig-awig) bagi subak dalam melaksanakan kegiatannya.

Kegiatan yang dilakukan subak meliputi operasi dan pemeliharaan, serta pengelolaan air irigasi yang dipadukan dengan budidaya pertanian, seperti menentukan jadwal tanam dan jadwal pemberian air, pemilihan jenis tanaman, rotasi tanaman, usaha pemberantasan hama dan sebagainya. Subak melayani anggotanya dengan mengusahakan pembuatan jaringan irigasi yang diperlukan secara lengkap, mulai dari bendung (empelan), saluran (telabah), bangunan sadap (tembuku), bangunan pembagi air (pemaron) dan sebagainya.

Pada jaman kolonial Belanda, jumlah subak mencapai 2.484 kemudian menurun hingga menjadi 1.230 pada tahun 1951 dengan cakupan areal seluas 96.243 hektar. Penurunan jumlah subak disebabkan adanya kegiatan pemerintah berupa perbaikan dan peningkatan jaringan irigasi dengan menggabungkan jaringan subak menjadi jaringan irigasi yang lebih besar. Berkembangnya sistem sewa lahan pertanian dan degradasi prasarana irigasi mengakibatkan semakin beratnya beban