• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informan V Latar Belakang Informan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2.5 Informan V Latar Belakang Informan

Informan yang kelima dari penelitian ini adalah Ibu Rina. Beliau adalah ibu dari Nana. Beliau bekerja sebagai ibu rumahtangga. Beliau berusia 35 tahun. Beliau memiliki 3 orang anak, yang pertama bernama Vina berusia 12 tahun, yang kedua bernama Vino berusia 11 tahun dan yang ketiga bernama Nana berusia 9 tahun. Beliau hidup dengan keluarga besarnya, karena sejak suaminya meninggal pada tahun 2008, beliau tidak lagi tinggal bersama keluarga besar Pak Riski, suaminya. Peneliti melakukan wawancara pada tanggal 27 November 2016 di rumah beliau. Namun peneliti juga sering mendapat informasi dari beliau saat Nana melakukan bimbingan belajar di rumah peneliti.

Dinamika Keluarga

Ibu Rina menceritakan mulai dengan proses awal mengenal Bapak Riski. Pada waktu itu, Ibu Rina mengenal Bapak Riski dan mulai berpacaran, namun tanpa disadari hubungan semakin jauh. Beliau mengatakan “ emang si aku jelek dan udah jelek, aku mengakui sebelum menikah kan saya hamil dulu sama bapaknya Nana, dan orang tuanya kan ngak setuju.. tapi kan bapaknya Nana cinta banget sama aku... lha terpaksa.. lagian ibunya itu kan jantungan.. habis tu kan dia masuk rumah sakit tho...nah aku tu ndak tau kalau udah hamil 5 bulan nah saya dicek dah umur 5 bulan.. habis itu di shock jantungan.. dan yang disalahkan aku”. Pengalaman itu membuat hubungan beliau dengan ibu Agnes (Ibunya Pak Riski) menjadi tidak harmonis. Kemudian bu Rina menceritakan bahwa sebenarnya Bapak Riski memiliki pergaulan yang kurang sehat. Beliau mengatakan “ pemabuk dan pernah kena narkoba, tapi dia ngak ngisap, tapi

dicokot ikut dengan temannya pakai narkoba dan dipenjara 5 tahun. Ibu Rina bercerita selama bapak dipenjara 5 tahun keluarganya tidak pernah menengok, ibu Rina yang selalu menengok di penjara. Setelah keluar Bapak Riski tetap melanjutkan kebiasaannya minum lagi (mabuk). Setelah itu bapak mau ikut ke gereja mau ikut sembayangan. Setelah pengalaman itu, hubungan beliau dengan Bu Agnes berangsur menjadi baik. Pernah suatu kali ibu Agnes meminta Ibu Rina mengantar belanja di pasar, namun dalam perjalanan saat melewati rel kereta Bu Agnes jatuh, karena posisi Bu Rina di belakang maka Bu Rina pun jatuh. Pada waktu itu usia kandunganya 7 bulan sehingga langsung kontraksi, namun baru dibawa ke rumah sakit pada malam hari. Ketika itu dikira beliau akan melahirkan, namun tidak apa-apa, hanya posisi bayi menjadi terbalik ( sungsang). Namun lahirnya Vina normal.

Namun setelah melahirkan beliau hampir meninggal, dan seperti orang lumpuh tidak bisa duduk, berdiri, atau bahkan tidur. Beliau juga bercerita pernah mengalami kelumpuhan yang menyebabkan tidak bisa berjalan dan harus digendong untuk pindah ke lain tempat oleh adik ibu Rina, sedangkan suaminya tidak mau mengurusnya. Sejak saat itu Vina tidak boleh bertemu dengan ibunya karena permintaan bu Agnes agar tidak tertular penyakitnya, saai itu Ibu Rina merasa depresi berat. Beliau mengatakan “ siapa yang ngak stress... bukanya saya sakit didampingi anak supaya semangat hidup.. saya bertahan sampai 3 bulan di rumah itu saya tidak diberi makan. Saya yang ngak bisa apa malah anak saya dijauhkan dari saya”. Bapak Riski bekerja sebagai tukang las.

Dalam dinamika hidup berkeluarga, Ibu Rina sering tidak mendapatkan biaya untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Beliau mengatakan saya ngak dikasih uang oleh suami saya”. Beliau bercerita Vina mengalami proses perkembangan yang lambat baru di usia 5 tahun ia dapat berjalan. Kemudian Ibu Agnes meminta kepada Ibu Agata (ibu dari Ibu Rina) untuk membawa pulang Ibu Rina. Setelah Ibu Rina sembuh tetap Vina tidak boleh diambil. Ibu Rina terus memperjuangkan untuk mengambil Vina kembali namun tetap tidak boleh, karena dianggap tidak mampu mengurus. Setelah itu Ibu Rina hamil anak yang kedua dan yang kedua juga diambil oleh Bu Agnes dan tidak boleh diurus oleh Ibu Rina. Beliau mengatakan “ betapa sakitnya aku, anak saya tidak diterima dalam keluarga dan sudah gede diminta kayak gitu”. Vino anak kedua Ibu Rina juga diambil oleh keluarga bu Agnes waktu usia 5 tahun. Ibu Rina selalu memperjuangkan untuk meminta kembali anak-anaknya namun tetap tidak bisa justru malah akan diberikan pada Ibu Yeni di Boyolali (adik dari Pak Riski).

Kepada peneliti, beliau mengatakan sangat sakit hati kepada keluarga Bapak Riski sampai sekarang ini. Selanjutnya ibu menceritakan saat kehamilan Nana, bapak rizki sudah sakit dan dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta. Beliau mengatakan “ Nana lahir juga ngak mau, ngak ada yang menunggu proses kelahirannya, jadi anak saya terbuang, kan ngak ada yang mengakui dia cucunya”. Peneliti bertanya kepada beliau selama kehamilan Nana apakah ada penyakit yang diderita? Beliau menggungkapkan sakitnya sakit hati”. Saat itu beliau menceritakan kebinggungannya dan kekecewaannya karena ketika datang berkunjung ke rumah Bu Agnes, kedua anaknya tidak mau menyambut justru memalingkan muka, pada saat itu juga Ibu Rina harus

menggurus suami yang sedang sakit, sedangkan dari pihak keluarga besar sudah tidak memperdulikan keadaan Pak Riski, sehingga beliau harus berfikir sendiri. Setelah peristiwa itu, ternyata Bu Rina mengandung anak ketiga, namun keluarga Pak Rizki tidak menerima kehadiran Bu Rina sehingga, mereka tidak hidup bersama lagi. Beliau beliau bercerita bahwa ” Nana ngak pada mau, ngak pada mau trima Nana sebagai cucunya sampai sekarang, makanya anak saya kan sering kayak gitu tho... saya udah bersyukur dia jalan aja 6 tahun”. Peneliti menanyakan penyebab Nana belum bisa berjalan samapai sudah usia 6 tahun. Beliau mengatakan” kan vitamin dari saya ndak ada, saya ngurusi sendiri, ngak ada yang ngasih vitamin. Bisa lahir normal aja aku bersyukur”. Hingga sekarang Nana tidak diterima oleh keluarga besar Bu Agnes. Beliau juga menceritakan bahwa sampai sekarang Nana menyimpan sakit hati terhadap neneknya, beliau mengatakan ” yang ngak ada kasih sayangnya”. Kemudian peneliti menanyakan informasi mengenai proses pendidikan awal Nana. Beliau menceritakan bahwa keterlambatan Nana berjalan membuat Nana belum bisa bersekolah. Nana baru sekolah di taman kanak-kanak ketika berumur 7 tahun, namun masih dengan pendampingan yang ekstra kerena belum mampu berdiri secara maksimal. Banyak orang mengatakan bahwa Nana mengalami penyakit gizi buruk karena sangat lemah untuk berdiri sendiri. Ibu Rina mengungkapkan bahwa ada panti asuhan yang akan membiayai Nana, namun bu Rina tidak mau, karena tidak mau dipisahkan lagi dengan anaknya, saat ditanya oleh pihak panti Nana menjawab “meskipun tidak punya apa-apa, saya punyanya nyawa”.

Peneliti mendapatkan informasi mengenai proses belajar Nana di rumah, beliau mengatakan bahwa Nana sering mengeja tulisan yang ada, namun

Ibu Rina mendiamkan karena beliau tidak tega untuk mengajari atau menuntut Nana belajar. Beliau mengungkapakan bahwa Nana sangat dekat dengan Pak Andreas, sehingga saat tidak bisa mengerjakan Nana langsung menanyakan pada beliau. Nana memiliki hobi mewarnai dan menggambar bebas. Vina kakak Nana juga mengalami lambat dalam belajar, selain itu ibu Rina juga menjelaskan kalau Nana sering terbalik-balik saat menulis misalnya saat menulis huruf “b” menjadi

huruf “d”. Bu Rina juga mengungkapkan saat Nana marah dia cenderung

teriak-teriak dan menangis sendiri. Kebiasaan baik Nana di selalu berbagi dengan keluarga yang lain, meskipun di sering dimusuhi, selain itu dia selalu mendoakan doa Malaikat Tuhan dan selalu mengingatkan Ibu Rina untuk berdoa. Lagu kesukaan Nana berjudul Nderek Dewi Maria. Ibu Rina juga mengungkapkan bahwa Nana memiliki kemampuan seperti anak-anak indigo, menurut Ibu Rina, Nana dirasuki roh keluaganya yaitu nenek buyutnya.

Selain itu melalui wawancara ini juga peneliti mengetahui bahwa Bu Rina dan ketiga anaknya sudah melakukan tes kesehatan berkaitan dengan penyakit AIDS\HIV kerena pak Riski menggunakan narkoba semasa hidupnya. Tes kesehatan dilakukan selama lima kali dan hasilnya negatif semua. Nana mulai menjalani tes setiap tahun mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun. Menurut Bu Rina, Nana senang dengan lagu “ Derek Gusti Yesus” Nana selalu mengulang-ulang kata “atiku ayem-tentrem” berkali-kali untuk menghibur dirinya sendiri, meskipun Nana saat ini masih sakit hati atas perlakuan Bu Agnes. Pengalaman atas perlakuan negatif Bu Agnes seperti meludahi kepala Nana dan mengejek Nana membuat Nana tidak mau dekat neneknya lagi. Bu Rina yang saat ini juga masih mengalami tekanan batin karena masalahnya dengan keluarga terdekat

memberikan pengaruh pada prilaku Nana, saat ini Nana cenderung kasar dan hampir tidak mau bicara sama sekali. Status janda membuat Ibu Rina mendapatkan omongan yang negatif seperti di cap sebagai “ wanita gatel, lonte, PSK” hal itu sering dikatakan orang di depan Nana.

4.1.2.6. Informan VI

Dokumen terkait