• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PEMIKIRAN

2. Interview/Wawancara

Wawancara adalah suatu proses memperoleh informasi untuk tujuan penelitian dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak yang terkait. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dan dinamika pembelajaran dan arah kebijakan STPP Bogor. Wawancara dilakukan kepada Ketua STPP Bogor, para pejabat fungsional (fasilitator/dosen) dan para pejabat struktural.

Operasional Variabel

Variabel, indikator dan pengukuran untuk karakteristik calon penyuluh pertanian ahli tersaji pada Tabel 2. Sedangkan indikator dan pengukuran pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya tersaji pada Tabel 3 dan untuk mengetahui pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli tentang ketahanan pangan diukur dengan indikator dan pengukuran yang tersaji pada Tabel 4.

Tabel 2. Karakteristik calon penyuluh pertanian ahli

Variabel Indikator Parameter

Asal daerah Asal domisili dan instansi pengrim calon penyuluh pertanian ahli tugas belajar di STPP Bogor

Berasal dari provinsi, kabupaten/kota atau bentuk kelembagaan/instansi pengirim

Pendidikan Formal Terakhir

Pendidikan formal terakhir yang dicapai oleh calon penyuluh pertanian ahli sebelum tugas belajar di STPP Bogor

Tingkat pendidikan responden yang ditunjukkan dengan tingkat pendidikan tertinggi SLTA atau D III

Pendidikan Non Formal

Lama dan banyaknya mengikuti jenis pelatihan yang

berkaitan dengan ilmu penyuluhan dalam tiga tahun terakhir dengan satuan jam pelatihan

1. Jenis pelatihan yang pernah diikuti

2. Jumlah jam belajar

Bidang keahlian (jurusan)

Keahlian yang dipilih oleh calon penyuluh pertanian

Bidang keahlian penyuluhan pertanian dan penyuluhan peternakan Tingkat penguasaan materi Penguasaan materi penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan

Tingkat penguasaan materi penyuluhan pertanian dan ketahanan pangan yang dipersepsikan menurut pendapat responden

Tabel 3. Pemahaman calon penyuluh pertanian ahli terhadap tugas pokok dan fungsinya

Indikator Pengukuran

1 Definisi penyuluhan pertanian

1. Pengetahuan tentang definisi penyuluhan

2 Perencanaan

penyuluhan pertanian

1. Identifikasi potensi wilayah dan agroekosistem

2. identifikasi kebutuhan teknologi pertanian 3. Penyusunan rencana kerja penyuluh

pertanian

4. Penyusunan program penyuluhan pertanian

3 Pelaksanaan

penyuluhan pertanian

1. Penyusunan materi penyuluhan pertanian

2. Penerapan metode penyuluhan pertanian

3. Membina kelompok tani

4. Pengembangan swadaya dan swakarya petani

4 Evaluasi dan pelaporan penyuluhan pertanian

1. Membuat evaluasi pelaksanaan tugas 2. Menyusun pelaporan

5 Pengembangan penyuluhan pertanian

1. Penyusunan Juklak dan Juknis. 2. Perumusan kajian arah kebijakan

penyuluhan pertanian

3. Pengembangan metode sistem kerja penyuluhan pertanian

6 Pengembangan profesi penyuluh pertanian

Penyusunan karya tulis ilmiah dan ilmu popular bidang pertanian

7 Penunjang penyuluhan pertanian

Mengikuti seminar dan lokakrya penyuluhan pertanian

Tabel 4. Pengetahuan calon penyuluh pertanian ahli tentang ketahanan pangan

Indikator Pengukuran

1. Definisi ketahanan pangan

Tingkat pemahaman penyuluh pertanian terhadap ketahanan pengan

2. Pengetahuan tentang ketersediaan

Tingkat pengetahuan penyuluh pertanian terhadap subsistem ketersediaan pangan 3. Pengetahuan tentang

distribusi

Tingkat pengetahuan penyuluh pertanian terhadap subsistem distribusi pangan 4. Pengetahuan tentang

konsumsi

Tingkat pengetahuan penyuluh pertanian terhadap subsistem konsumsi pangan 5. Pengetahuan tentang

mutu dan keamanan pangan

Tingkat pengetahuan penyuluh pertanian tentang mutu dan keamanan pangan

Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Arikunto, 1998). Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur. Dalam kaitannya dengan besarnya angka korelasi ini, Juliandi (2007) menyebutkan bahwa koefisien validitas yang tidak begitu tinggi, katakanlah berada di sekitar 0,50 sudah dapat diterima dan dianggap memuaskan. Namun apabila koefisien validitas ini kurang dari 0,50 maka dianggap tidak memuaskan.

Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Singarimbun dan Effendi, 1995). Untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak, diuji dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6 (Juliandi, 2007).

Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen dalam penelitian ini digunakan dengan teknik pengambilan sampling yaitu proporsional sampling, dimana responden diambil dari alumni STPP Bogor yang mewakili kedua jurusan sejumlah 18 orang. Teknik pengambilan sampel ini dipakai dengan tujuan untuk lebih memenuhi keterwakilan sampel pengujian. Proporsional sampel pengujian instrumen untuk masing-masing jurusan yang tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5. Proporsional sampling pengujian instrumen

No Alumni Jumlah

1 Penyuluhan Pertanian 10

2 Penyuluhan Peternakan 8

Jumlah 18

Hasil pengujian keterandalan yang dilakukan kepada 18 orang responden alumni STPP Bogor memberikan hasil nilai alpha 0,97 pada koefisien reliabilitas untuk instrumen tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian sedangkan untuk instrumen pengetahun ketahanan pangan diberikan hasil nilai alpha 0,98. Atas dasar hasil perhitungan ini, dan dengan mengacu keterandalan maka kuesioner dapat dinyatakan andal dan dapat dipergunakan karena nilai keterandalan dari ketiga instrumen memiliki nilai yang lebih besar dari batas nilai diterimanya suatu intrumen yaitu 0,60.

Berdasarkan uraian dari jenis-jenis validitas yang ada dan untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan dapat dipercaya, pengukuran validitas atau kesahihan dalam penelitian ini menggunakan kesahihan konstruk dan kesahihan isi. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian ini disajikan pada Tabel 6 dan Tabel 7, serta data selengkapnya tersaji pada Lampiran 3.

Tabel 6. Hasil uji reliabilitas instrumen tupoksi penyuluhan pertanian No Indikator Nilai Kisaran Reliabilitas (alpha cronbach) Keterangan 1 Definisi Penyuluhan Pertanian 0,81 Reliabel

2 Perencanaan Penyuluhan Pertanian 0,54 - 0,85 Reliabel 3 Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian 0,68 - 0,91 Reliabel

4 Evaluasi dan Pelaporan 0,89 - 0,90 Reliabel

5 Pengembangan Penyuluhan 0,90 1 item pertanyaan di delete, Reliabel 6 Pengembangan Profesi 0,63 - 0,84 Reliabel

7 Penunjang Penyuluhan 0,62 Reliabel

Tabel 7. Hasil uji reliabilitas instrumen ketahanan pangan

No Indikator Nilai Kisaran Reliabilitas (alpha cronbach) Keterangan 1

Definisi Ketahanan Pangan 0,66 - 0,82 Reliabel 2 Pengetahuan Ketersediaan

Pangan

0,42 - 0, 78 2 item pertanyaan di delete, Reliabel 3 Pengetahuan Distribusi Pangan 0,50 - 0, 85 1 item pertanyaan di

delete, Reliabel 4 Pengetahuan Konsumsi 0,40 - 0,82 1 item pertanyaan di

delete, Reliabel 5 Pengetahuan Mutu dan Keamanan

Pangan

0, 62 - 0,74 Reliabel

Pengolahan dan Analisis Data

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry dan analisis. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif dan inferensial. Analisis secara deskriptif dilakukan pada karakteristik penyuluh yang meliputi asal daerah, bidang keahlian, penguasaan materi, pendidikan non formal dan pendidikan formal sebelumnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer Microsoft excel dan program SPSS for Windows versi 18 untuk penarikkan kesimpulan.

Data karakteristik pendidikan calon penyuluh pertanian ahli dikategorikan dalam jenjang pendidikan yang telah ditempuh sebelum menjadi mahasiswa di

STPP Bogor, yang terdiri dari SLTA, SPP/SPMA/SMK Bidang Pertanian, Diploma III Pertanian, Diploma III Non Pertanian dan Sarjana Non Pertanian. Sedangkan data bidang keahlian penyuluh dikategorikan dalam pertanian, peternakan, dan perikanan. Pendidikan non formal adalah lamanya calon penyuluh pertanian ahli pernah mengikuti pelatihan sebelum dan ketika menjadi mahasiswa STPP Bogor yang dihitung dalam jumlah jam pelatihan. Pengkategoriannya berdasarkan Peraturan Menpan No 2 tahun 2008 yaitu batasan rentang jumlah jam pelatihan (JP) dalam mendapatkan angka kredit, yang terdiri dari sangat rendah (< 80 JP); rendah (81-160 JP); sedang (161-400 JP); dan tinggi (401-500 JP).

Pengkategorian tingkat pemahaman tupoksi dan tingkat pengetahuan ketahanan pangan penyuluh pertanian dilakukan dengan cara range (rentangan) yaitu data tertinggi dikurangi data terendah lalu dikategorikan dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi (Riduwan dan Sunarto, 2009). Sedangkan menurut Khomsan (2000), mengkategorikan pengetahuan bisa dibagi dalam tiga kelompok yaitu baik, sedang dan kurang. Cara pengkategorian dilakukan dengan menetapkan cut-off point dari skor yang telah dijadikan persen. Untuk keseragaman maka dianjurkan menggunakan cut-off point sebagai berikut : 1. Baik dengan skor >80%

2. Sedang dengan skor 60 – 80% 3. Kurang dengan skor <60%

Uji korelasi Pearson dan Spearman’s rho digunakan untuk menganalisis hubungan karateristik penyuluh pertanian terhadap pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan. Analisis korelasi Pearson untuk menguji hubungan antar variabel yang datanya bersifat rasio sedangkan analisis korelasi Spearman digunakan untuk menguji hubungan antar variabel yang datanya bersifat ordinal. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman terhadap tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan dilakukan dengan analisis regresi berganda. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan adalah: 1) Asal Daerah, 2) Pendidikan formal terakhir, 3) Pendidikan non formal; 4) Bidang Keahlian (jurusan) 5) Persepsi Penguasaan Materi. Model regresi berganda pemahaman tupoksi dan pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh pertanian ahli adalah sebagai berikut :

Y = a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ b

3

X

3

+ b

4

X

4

+ b

5

X

5

Keterangan :

Y = Pemahaman Tupoksi dan Pengetahuan Ketahanan Pangan a = Konstanta

b = Koefisien Regresi X1 = Asal Daerah

X2 = Pendidikan formal terakhir

X3 = Pendidikan non formal (pelatihan)

X4 = Bidang Keahlian (jurusan)

X5 = Tingkat Penguasaan Materi

D1 = Varibel dummy untuk asal daerah yang diperoleh :

D1 = 1 (wilayah Indonesia Barat)

D1 = 0,1 (wilayah Indonesia Tengah)

D1 = 0,0 (wilayah Indonesia Timur)

D2 = Varibel dummy untuk bidang keahlian yang diperoleh :

D2 = 1 (pertanian) D2 = 0 (peternakan)

Sedangkan untuk merekomendasikan jenis kurikulum atau mata latihan/pengajaran dari hasil persepsi pengetahuan ketahanan pangan calon penyuluh pertanian ahli digunakan dengan analisis SWOT.

Definisi Istilah

Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi petani agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup.

Penyuluh pertanian, penyuluh perikanan, atau penyuluh kehutanan, baik penyuluh PNS, swasta, maupun swadaya, yang selanjutnya disebut penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan.

Calon penyuluh pertanian ahli adalah Pegawai Negeri Sipil utusan daerah yang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor dan akan diproyeksikan sebagai penyuluh pertanian lapangan setelah lulus dari STPP Bogor. Jabatan fungsional penyuluh adalah penyuluh yang sudah menjadi PNS akan

diangkat dalam jabatan fungsional sehingga proses kenaikan pangkatnya melalui sejumlah kredit poin yang sudah diperoleh.

Penyuluh pertanian terampil adalah jabatan fungsional penyuluh pertanian keterampilan, yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mempergunakan prosedur dan teknik kerja tertentu.

Penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional penyuluh pertanian keahlian, yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi, dan teknik analisis tertentu.

Karakteristik calon penyuluh pertanian ahli adalah ciri untuk mengidentifikasikan latar belakang seorang calon penyuluh pertanian ahli yang melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor meliputi; asal daerah, pendidikan formal, pendidikan non formal, bidang keahlian dan perspsi penguasaan materi.

Asal daerah adalah lokasi dimana seorang calon penyuluh pertanian ahli berasal sebelum melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.

Pendidikan formal adalah pendidikan terakhir dari calon penyuluh pertanian ahli sebelum melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor terstratifikasi SLTA/SPMA/SMK Pertanian, Diploma III dan Strata-1 non pertanian.

Pendidikan non formal adalah pendidikan dalam bentuk pelatihan teknis pertanian yang diperoleh sebelum melaksanakan tugas belajar di STPP Bogor.

Bidang keahlian adalah program studi yang dipilih oleh calon penyuluh pertanian ahli selama melaksanakan pendidikan di STPP Bogor.

Persepsi penguasaan materi adalah tingkat pemahaman calon penyuluh pertanian ahli dalam bidang penyuluhan dan ketahanan pangan.

Tugas pokok dan fungsi penyuluh pertanian meliputi definisi penyuluhan pertanian, perencanaan penyuluhan pertanian, pelaksanaan penyuluhan, evaluasi dan pelaporan, pengembangan penyuluhan pertanian, pengembangan profesi penyuluh pertanian dan unsur penunjang.

Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman merata dan terjangkau.

Ketersediaan pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan atau sumber lain.

Distribusi pangan adalah gambaran proses aksesibilitas di tingkat rumah tangga.

Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu.

Kurikulum adalah kumpulan mata kuliah/latihan untuk pendidikan di STPP Bogor

Mata Kuliah/Latihan adalah kumpulan sub-sub mata pelajaran yang diajarkan kepada calon penyuluh pertanian ahli di STPP Bogor.

Dokumen terkait