• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

E. Jalannya Penelitian

Secara garis besar jalannya penelitian hingga diperoleh data adalah sebagai

berikut : Determinasi Tanaman Pembuatan Simplisia Meliputi : 1. Pengumpulan bahan 2. Sortasi basah 3. Pencucian 4. Perajangan 5. Pengeringan 6. Sortasi kering

Pembuatan Serbuk Rimpang Lengkuas

Penyarian Maserasi Sampai Diperoleh Maserat

Penyarian Perkolasi Sampai Diperoleh Perkolat

Pemeriksaan Rendemen Minyak Atsiri, pemeriksaan indek bias

Uji Kualitatif dengan KLT

Analisis Hasil

Gambar 2. Skema penetapan rendemen minyak atsiri ekstrak lengkuas yang diperoleh dari maserasi dan perkolasi.

1. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dan rimpang ini dengan menggunakan kunci determinasi dari buku “Flora of Java” volume I dan Volume III (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1968)

2. Pembuatan Simplisia Meliputi: a. Pengumpulan bahan

Rimpang lengkuas diperoleh dari BPTO Tawangmangu. Dipilih rimpang yang sudah tua dan dipanen pada saat musim kemarau agar kandungan minyak atsirinya tinggi.

b. Sortasi basah

Soratasi basah dilakukan dengan maksud untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing dari simplisia. Hal itu dilakukan supaya nantinya tidak mengganggu proses penelitian, sehingga didapat hasil yang akurat.

c. Pencucian, perajangan, dan pengeringan

Rimpang lengkuas dicuci dengan air mengalir hingga bersih, kemudian ditiriskan. Rimpang lengkuas yang telah bersih dan bebas dari sisa air cucian tersebut dirajang menggunakan alat perajang hingga diperoleh hasil dengan ketebalan yang kurang lebih sama. Lengkuas yang telah dirajang, disusun di atas alas dari bambu yang berlubang-lubang kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam. Secara berkala selalu dibolak-balik agar pengeringan merata. Letak pengering juga diatur sehingga memungkinkan aliran udara dari atas kebawah atau sebaliknya.

d. Sortasi kering

Rimpang lengkuas yang sudah kering kemudian dipisahkan dari benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran lain yang masih tertinggal dalam simplisia kering.

e. Pembuatan serbuk simplisia

Rimpang lengkuas yang sudah kering kemudian diserbuk menggunakan blender kemudian diayak dengan beberapa macam ayakan yang mempunyai diameter lubang berbeda-beda .

3. Penyarian Maserasi

Sebanyak 100 gram serbuk kering dimasukkan kedalam sebuah erlenmeyer , ditambahkan cairan penyari sebanyak 500ml dan diaduk. Biarkan termaserasi selama 5 hari dalam erlenmeyer tertutup dengan pengadukan setiap hari. Setelah direndam, sari diserkai dan ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai sehingga diperoleh sari sebanyak 500 ml. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk selama 2 hari, kemudian enapan dipisahkan (Anonim, 1986). Maserat yang diperoleh diuapkan sampai beratnya sama dengan berat bahan dasar yang dipergunakan yaitu 100 gram (Anonim, 1966).

4. Penyarian Perkolasi

Sebanyak 100 gram serbuk simplisia dengan derajat halus tertentu dimasukkan kedalam bejana dituangi 50 ml etanol 70%, direndam sedikitnya 12 jam. Adonan dimasukkan kedalam sebuah perkolator sedikit demi sedikit sambil ditekan perlahan-lahan kemudian dituangi dengan etanol 70%, sehingga zat

cairnya mulai menetes dan adonannya masih ditutupi dengan suatu lapisan cairan penyari. Perkolator ditutup dan biarkan selama 24 jam. Cairan dibiarkan menetes, dan adonan dituangi cairan penyari. Perkolat ditampung sampai jumlah 80% dari berat bahan yang digunakan (80g). Penyarian dilanjutkan dengan menambah cairan penyari sampai 500 mg dari cairan yang menetes itu, setelah menguap tidak meninggalkan sisa. Zat cair yang diperoleh pada penyarian kedua ini diuapkan sampai beratnya 20% dari bahan dasar yang digunakan (20g) kemudian hasil penyarian pertama dan kedua ini dicampur (Anonim, 1966).

5) Penetapan rendemen minyak atsiri ekstrak rimpang lengkuas.

Sebanyak 100 ml ekstrak rimpang lengkuas yang diperoleh secara maserasi maupun perkolasi dimasukkan ke dalam labu alat Stahl, lalu penggodok dihubungkan dengan merangkai alat destilasi Stahl. Sebelum pemanasan berlangsung, air pendingin dalam kondensor dihidupkan dengan cara mengalirkan air pendingin ke dalam kondensor tersebut melalui pipa yang berhubungan dengan kondensor. Setelah rangkaian alat destilasi terpasang, listrik dihidupkan untuk memanasi ekstrak rimpang lengkuas dalam labu penggodok. Proses destilasi berlangsung selama 6-7 jam. Penyulingan selesai, minyak atsiri yang tertampung dibiarkan selama 15 menit dan catat volume minyak atsiri yang tertampung dalam buret.

2) Pemeriksaan indek bias minyak atsiri ekstrak lengkuas.

Indek bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indek bias berguna untuk identifikasi dan deteksi ketakmurnian (Anonim, 1985).

Pemeriksaan indek bias dilakukan dengan suatu alat, yaitu refraktometer. Refraktometer Abbe digunakan untuk mengukur rentang indek bias dari bahan-bahan yang tercantum dalam Faramakope, sedangkan hand refraktometer digunakan untuk mengukur bahan-bahan yang mempunyai harga indek bias dalam rentang tertentu (1,333-1,520).

Pemeriksaan minyak atsiri rimpang lengkuas dengan refraktometer Abbe Minyak atsiri hasil destilasi ditetapkan indek biasnya dengan refraktometer Abbe. Alat ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat menerima sinar matahari dengan baik. Air dialirkan melalui kran yang telah dilewatkan pada thermostat sehingga suhu tetap 20°C selama 10 menit. Kedua prisma dipisahkan dengan membuka kran, sebanyak 1-2 tetes minyak atsiri diteteskan di atas permukaan salah satu prisma, alat penunjuk angka diputar perlahan-lahan sampai terlihat titik terang. Indek bias di baca pada busur skala pembacaan, setelah hasil di catat prisma di buka dan cairan dihilangkan menggunakan kertas saring yang dibilas dengan aseton. (Reksohadiprodjo,1979)

6. Profil Kromatografi Lapis Tipis ekstrak rimpang lengkuas

Ekstrak cair dari rimpang lengkuas yang diperoleh dengan cara penyarian maserasi dan perkolasi dilakukan analisa kualitatif kandungan minyak atsiri dengan kromatografi lapis tipis menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan

fase gerak n-heksan-etil asetat (96:4 v/v) yang sebelumnya telah dijenuhkan dalam bejana. Ekstrak ditotolkan pada lempeng silika gel dan dielusi dalam bejana. Bercak yang diperoleh dideteksi dengan pengamatan di bawah lampu UV 254. (Wagner, 1984)

Dokumen terkait