• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Jenis Sengkubak

a. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Dayak Sintang

Secara umum masyarakat Dayak Sintang mengenal tumbuhan yang disebut sebagai sengkubak adalah suatu tumbuhan yang sering ditemukan dalam keadaan memanjat di antara pohon-pohon besar di hutan di mana daunnya sering digunakan untuk menambah rasa manis pada setiap jenis masakan. Penggunaan daun sengkubak merupakan tradisi dan pengetahuan leluhur yang dalam mengolah masakan. Tumbuhan yang disebut sengkubak untuk kepentingan tersebut adalah Pycnarrhena cauliflora.

Sebagian komunitas etnis Dayak menganggap sengkubak di alam terdiri dari dua jenis, yaitu sengkubak laki-laki (Galearia filiformis) dan sengkubak perempuan (P. cauliflora). Komunitas tersebut juga menyatakan bahwa sengkubak perempuan atau sengkubak jenis yang berakar dan merambat adalah jenis yang umum dipakai sebagai penyedap rasa masakan, karena rasanya yang lebih enak, dibanding sengkubak laki-laki. Walaupun ada perbedaan pendapat diantara etnis Dayak tentang spesies sengkubak laki-laki yang dimaksud, dalam kesempatan ini pengenalan kelompok Dayak tentang kedua jenis sengkubak dimaksud disajikan dalam penjelasan berikut.

(1). Sengkubak Perempuan [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]

Sengkubak perempuan adalah suatu spesies tumbuhan pemanjat (liana) yang mempunyai ciri (menurut etnis Dayak) yaitu adanya akar atau batang yang merambat (Gambar 7). Karena dianggap tumbuh dengan akar-akar yang

merambat dan menjalar untuk memunculkan cabang yang akan ditumbuhi daun dan bunga. Ujung dari cabang-cabang ini tumbuh terus ke atas hingga memanjat pohon-pohon yang ada disekitarnya. Batang atau akarnya sangat lentur sulit dipatahkan jika masih hijau. Daunnya terlihat mengkilat dari arah permukaan (Gambar 8). Di tempat yang subur daunnya dapat berukuran lebih besar dengan lebar dan panjang sekitar panjang 26 cm dan lebar 13 cm.

Gambar 7 Bentuk akar sengkubak perempuan (P. cauliflora)

Keberadaa sengkubak perempuan menurut penduduk saat ini sudah sangat langka. Pembukaan lahan hutan bagi banyak penggunaan dan keperluan pembangunan telah menghilangkan banyak spesies-spesies baik yang sudah diketahui manfaatnya atau spesies yang belum diketahui manfaatnya hilang dari hutan, termasuk diantaranya sengkubak. Menurut responden pengguna sengkubak, saat ini hanya hutan-hutan tertentu yang masih terdapat spesies tersebut.

61

Ciri lainnya yang cukup penting adalah adanya pembungaan yang keluar dari batang sehingga disebut cauliflora (Mackinnon et al. 2000). Buah sengkubak muncul dari batang sengkubak (Gambar 9). Sebagian etnis Dayak Sekujang, dan Dayak Desa menganggap ada bagian diantara buah sengkubak yang dipercaya sebagai ”buntat atau teras” mengandung nilai magis. Buntat yaitu benda alam yang diperoleh atau ditemui dalam atau dengan keadaan tidak normal atau berbentuk aneh (Muslim & Frans dalam Florus et al. 1994). Buntat sengkubak dipercaya sebagai jimat penawar oleh sebagian orang Dayak. Bila menggunakannya pada acara minum tuak, maka pada giliran minum orang berikutnya tuak tersebut akan terasa hambar (tuak adalah sejenis minuman beralkohol yang khas dibuat dari beras ketan yang di fermentasi, biasa dibuat oleh suku Dayak dan sering dihidangkan acara-acara gawai adat Dayak ).

Gambar 9 Buah sengkubak koleksi Herbarium Bogoriense LIPI Cibinong.

Anakan yang berasal dari biji tumbuh menjadi individu tunggal seperti anakan pohon lainnya, belum merambat. Setelah berumur dewasa untuk pertumbuhannya Sengkubak tumbuh berkembang merambat membuat cabang-cabang baru, dan memanjat pohon-pohon yang ada disekitarnya. Anakan sengkubak dengan ciri seperti ini banyak ditemui pada hutan Pungkun Medang Kecamatn Dedai Sintang (Gambar 10). Lokasi hutan adat II Dusun Medang sering menjadi tempat warga kampung lain untuk mencari daun sengkubak.

Gambar 10 Anakan sengkubak yang ditemukan di hutan pungkun Medang

Gambar 11 Batang atau perpanjangan akar sengkubak tumbuh melilit di pohon dan batang yang berada didekat tempat tumbuhnya.

(2). Sengkubak laki-laki [Galearia filiformis (BI.) Boerl.]

Pohon kecil tinggi 5-12 m, batang 15-20 cm, kulit batangnya menunjukkan tanda-tanda adanya alkaloid (Heyne 1987). Sengkubak laki-laki yang dimaksud adalah sengkubak dengan ciri berkayu (berdiri), tumbuh tegak seperti individu lainnya, tidak memanjat pada pohon lain. Ciri yang sangat penting yaitu pada ujung cabang daun terdapat “malai” atau “serat” yang tumbuh menjuntai yang menjadi tempat tumbuhnya bunga dan buah (Gambar 12). Daun tumbuh berselang seling, agak tipis, belakang daun tidak licin dan agak kasap. Urat daun timbul tapi tidak sejelas sengkubak perempuan (P. cauliflora).

63

Gambar 12 Morfologi Galearia filiformis saat sesudah dan belum berbunga

Penamaan sengkubak laki-laki oleh Dayak Sekujang dan Siberuang juga dikenal oleh sebagian etnis Dayak Desa (etnis Dayak yang bermukim di Kec. Dedai dan Kec. Kelam Permai) menyebutnya dengan nama “Kesepai”. Ujung pada pucuk daun pada saat baru tumbuh sering di makan binatang karena rasanya manis (Gambar 13). Jenis sengkubak laki-laki ini banyak dijumpai di hutan Kantuk Desa Paoh Benua Kecamatan Sepauk, diantaranya pada ladang karet alam milik warga Kantuk. Sengkubak laki-laki jarang digunakan untuk memasak. Penamaan dengan kata sengkubak dikarenakan bentuk daun dan rasa daun yang manis mirip dengan fungsi sengkubak perempuan, sehingga disebut sengkubak laki-laki. Dari segi rasa (taste) orang Dayak menyatakan sengkubak lebih manis daripada G. filiformis.

Gambar 13 Pucuk daun G. filiformis sering dimakan binatang di hutan

b. Jenis Sengkubak Menurut Etnis Melayu

Secara umum sengkubak yang dikenal oleh seluruh responden etnis Melayu adalah sengkubak yang mempunyai fungsi sebagai penyedap rasa (Pycnarrhena

cauliflora). Namun khusus pada etnis Melayu di Kecamatan Sintang, sengkubak dikenal dalam tiga versi atau tiga spesies sengkubak. Ketiga spesies sengkubak yang dimaksud adalah sengkubak macan (Excoecaria cochinchinensis Lour.), sengkubak rebung (Staurogyne elongata), dan sengkubak sayur (Pycnarrhena cauliflora.).

(1). Sengkubak Macan (Excoecaria cochinchinensis Lour.)

E. cochinchinensis merupakan perdu bercabang banyak, di Jawa Tengah dikenal sebagai daun sambang darah dan ditanam sebagai tanaman hias. Getahnya mempunyai sifat-sifat beracun, lebih beracun dari getah E. agallocha

LINN. Teysmannia (1910) dalam Heyne (1987) menemukan bahwa pada konsentrasi 1 : 500.000 getah dari E. cochinchinensis masih mematikan pada ikan. E. cochinchinensis di Sintang tumbuh di dataran rendah, pada lahan pekarangan ataupun pada lahan yang sekali-kali tergenang air.

Di Jawa E. cochinchinensis biasa digunakan sebagai obat. Menurut Vordermen dalam Heyne (1987) E. cochinchinensis digunakan untuk pengobatan pendarahan setelah haid. Penggunaan ini berdasarkan ilmu simbolik (signaturenleer), menurut Boorsma dalam Heyne (1987), daunnya tidak bersifat racun.

E. cochinchinensis yang dikenal oleh suku Melayu Sintang sebagai sengkubak macan adalah jenis tumbuhan perdu yang cukup menarik. Jenis ini lebih dikenal karena daunnya digunakan sebagai bahan penghancur darah oleh dukun-dukun etnis Melayu. Tidak ada penjelasan tentang penamaannya sebagai sengkubak macan, tetapi jenis sengkubak ini dipercaya oleh suku Melayu Sintang berguna untuk keperluan pengobatan.

E. cochinchinensis ditanam dan dipelihara oleh tetua etnis Melayu Sintang yang mengerti dan memahami pengobatan (termasuk para dukun-dukun dan mantri). Spesies ini termasuk dalam famili Euphorbiaceae, jika dilihat dari kekerabatannya dengan sengkubak yang selama ini telah dikenal oleh etnis Dayak dan Melayu sebagai sengkubak (penyedap alami), maka E. cochinchinensis sama sekali tidak menunjukkan kesamaan baik dari segi penggunaan ataupun manfaat.

65

(1a). Morfologi E. cochinchinensis

Ciri yang paling menonjol adalah warna daun yang berbeda-beda antara permukaan bagian depan dan belakang daun. Permukaan depan daun berwarna hijau tua, sedangkan belakang daun bewarna merah hati (Gambar 14).

Gambar 14 Warna bagian belakang daun Excoecaria cochinchinensis

E. cochinchinensis merupakan tumbuhan cukup cantik untuk dijadikan tanaman hias karena warna daunnya yang cukup menarik (Gambar 15). Dari semua lokasi pengamatan, E. cochinchinensis tidak sekalipun ditemukan di jalur-jalur pengamatan di enam lokasi pengamatan, melainkan hanya ditemukan tumbuh dipekarangan rumah responden yang didata.

Gambar 15 Morfologi Sengkubak macan versi suku Melayu Sintang

(1b). Kegunaan E. cochinchinensis

E. cochinchinensis diakui mempunyai manfaat sebagai bahan pengobatan yang berkaitan dengan kelancaran peredaran darah saat haid. Kegunaan sengkubak macan yang sering dimanfaatkan dukun-dukun (tabib) melayu untuk

pengobatan adalah sebagai penghancur darah dan obat saat haid yang sering menyebabkan rasa sakit. Penggunaan E. cochinchinensis disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Penggunaan E. cochinchinensis bagi pengobatan

Bagian yang digunakan

Komposisi Cara pengolahan Kegunaan

3-4 lembar Daun direbus, airnya diminum

Penghancur darah (diminum saat haid) Daun

3-4 lembar

di tambah akar kuning (Fibraurea chloroleuca)

Semua bahan direbus airnya diminum

Haid sering sakit

E. cochinchinensis juga dikenal oleh dukun atau etnis Dayak tidak sebagai sengkubak macan, tetapi dukun-dukun etnis Dayak menyebutnya daun pengobat muntah darah dan menggunakan daun E. cochinchinensis sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit muntah darah.

(2). Sengkubak sayur (Pycnarrhena cauliflora)

Sengkubak sayur atau sengkubak daun ubi merupakan spesies yang umum dikenal oleh generasi tua pada etnis Melayu, di mana daunnya sering digunakan sebagai penyedap rasa dalam sayuran. Pengenalan etnis Melayu terhadap sengkubak sayur memiliki kesamaan dengan etnis Dayak secara keseluruhan yang menganggap spesies tersebut adalah sengkubak yang biasa digunakan nenek moyang sebagai “penyedap rasa alami” .

Kegunaan Sengkubak Sayur oleh etnis Melayu

Pola penggunaan sengkubak oleh etnis Melayu Sintang cukup menarik untuk dicermati. Pengetahuan yang dimiliki dalam menjadikan atau mengemas sengkubak sebagai penyedap rasa dan membuat sengkubak lebih praktis untuk digunakan cukup menarik. Penggunaan sengkubak oleh etnis Melayu Sintang disajikan dalam Tabel 15. Sengkubak yang telah tersedia dalam wujud serbuk sangat praktis dan dapat digunakan dalam waktu yang lama untuk keperluan masak sehari-hari. Teknik penyimpanan sengkubak yang dilakukan oleh responden etnis Melayu tersebut cukup baik sebagai ide inovatif untuk pengembangan pemanfaatan sengkubak dimasa datang yang lebih praktis dan tahan lama.

67

Tabel 15 Penggunaan dan pengolahan sengkubak oleh etnis Melayu

Bagian yang digunakan

Cara pengolahan Teknik

penyimpanan

Kegunaan

Daun segar Daun segar dalam jumlah

lebih banyak ; Dibersihkan

Ditumbuk hingga halus Dianginkan (dikeringkan)

Bubuk sengkubak yang sudah halus di simpan dalam wadah bersih, seperti botol plastik (bekas botol agua kecil)

Sebagai serbuk penyadap rasa atau serbuk ”micin alami”

Walaupun sebagian besar etnis Melayu Sintang saat ini sudah sangat jarang menggunakan sengkubak, namun dari wawancara diketahu bahwa selalu ada keinginan untuk menggunakan sengkubak kembali sebagai penyedap rasa masakan. Sengkubak tetap menjadi bagian kekayaan pengetahuan budaya warisan nenek moyang yang dihargai dan tetap diinginkan dapat digunakan.

Gambar 16 Sengkubak melilit sebuah batang pohon, Lokasi hutan karet alam campuran Dusun Suak Kecamatan Sepauk Sintang, 2007

(3). Sengkubak Rebung (Staurogyne elongata)

S. elongata merupakan golongan terna, termasuk dalam famili Acanthaceae, batangnya lunak dan lemah, tumbuh dihutan-hutan rindang. Akarnya digunakan sebagai obat diureticum daunnya juga biasa digunakan sebagai obat (Heyne 1987). Menurut penduduk, S. elongata mudah tumbuh di tanah-tanah yang lembab, sedikit berair atau bahkan di hutan yang cukup lembab. Tanaman ini mudah ditanam di halaman rumah dengan kondisi tanah yang becek (Gambar 17). Masyarakat Melayu Sintang menggunakan S. elongata sebagai penyedap

dalam sayuran yang dimasak. S. elongata juga ditemukan di hutan adat I Sirang (desa Sirang Setambang, Kecamatan Sepauk Sintang).

S. elongata sangat berbeda karakteristiknya dengan sengkubak (P. cauliflora). Pemberian nama depan oleh etnis Melayu Sintang sebagai sengkubak rebung, mungkin dikarenakan peranannya yang hampir sama yaitu dapat digunakan sebagai penambah rasa manis pada masakan. Bedanya penggunaan S. elongata dalam sayuran, lebih ditekankan pada penggunaan daunnya yang dapat di makan sebagai bahan sayur yang manis, sedangkan sengkubak daunnya tidak berfungsi sebagai sayur, tapi semata-mata di ambil sarinya sebagai penyedap rasa (to add sweet flavour).

Gambar 17 Sengkubak rebung, lokasi desa Baning Kota Sintang

Pengetahuan penggunaan S. elongata sebagai penambah rasa manis pada masakan terutama pada sayuran, ternyata juga dilakukan oleh etnis Dayak. Namun etnis Dayak mengenal spesies ini dengan sebutan ”Bodoso” (etnis Dayak Sekujang, Desa Sirang Setambang). Cara penggunaan S. elongata dalam pengolahan masakan disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Penggunaan S. elongata oleh Etnis Melayu Sintang

Bagian yang digunakan

Takaran/ komposisi

bahan

Cara pengolahan Kegunaan

Daun, terutama bagian yang muda Beberapa helai (sesuai selera) Sengkubak rebung digunakan terakhir, saat sayuran yang dimasak sudah hampir tanak (matang)

Penambah rasa manis pada masakan (terutama sayuran)

Secara umum pengetahuan etnis Melayu maupun Dayak Sintang tentang kegunaan sengkubak adalah sama, yaitu sebagai penyedap rasa pada sayuran

69

atau ikan yang dimasak, dan dapat mengurangi rasa pahit yang ditimbulkan jenis sayuran tertentu bila dimasak. Kegunaan lainnya adalah sebagai salah satu bahan yang digunakan dalam pengobatan (lebih bersifat obat luar, seperti jaram), dan sengkubak dianggap mempunyai nilai magis dan dipercaya oleh sebagian etnis Dayak ataupun Melayu (Tabel 17).

Tabel 17 Pengetahuan etnis Dayak dan Melayu terhadap sengkubak

Sengkubak laki-laki

Sengkubak perempuan Sengkubak macan Sengkubak rebung

Galearia filiformis Pycnarrhena cauliflora Exoecaria cochinchinensis

Dayak Karakteristik Pohon kecil

Berkayu Daun tumbuh berselang-seling Ujung cabang daun tumbuh “malai” Bunga tumbuh pada malai

Ukuran buah kecil diameter < 1 cm

Tidak berkayu (berserat) Akar merambat Ujung cabang tumbuh merambat

Bunga (buah) muncul dari batang

Ukuran buah diameter bisa > 1 cm

- -

Kegunaan Daun penambah rasa manis pada masakan (jarang digunakan)

Daun penambah manis atau penghilan pahit pada sayuran

Penangkal gangguan makhluk halus

(daun sengkubak bersama kayu lukai)

Buah (buntat) atau “teras” untuk zimat penawar Melayu

Karakteristik - Tidak berkayu (berserat) Akar merambat Ujung cabang tumbuh merambat

Bunga (buah) muncul dari batang

Ukuran buah diameter bisa > 1 cm

Perdu bercabang banyak Warna permukaan daun berbeda dg bagian belakang daun (bag depan hijau, belakang daun merah hati)

Terna

Ukuran daun kecil-kecil panjang x lebar (4 x 1)

Bunga bewarna putih, ukuran sangat kecil.

Kegunaan - Daun penambah manis

atau penghilan pahit pada sayuran

Penangkal gangguan makhluk halus

(daun sengkubak bersama kayu lukai)

Obat :

Daun untuk campuran jaram, demam merona batangnya untuk obat keteguran

Pengobatan

Penghancur darah (haid sering sakit)

Dicampur pada sayuran

(menambah rasa manis)

Secara ekonomis sengkubak saat ini belum mempunyai nilai, karena manfaatnya belum dikenal secara luas (komunitas lokal) dan kandungan kimia

penting yang berguna bagi pengobatan belum diketahui. Namun bagi etnis Dayak dan Melayu yang telah mengenalnya sengkubak (P. cauliflora), sengkubak merupakan warisan pengetahuan nenek moyang yang perlu dilestarikan (100% responden menyatakan harapan ke depan sengkubak perlu dilestarikan). Bahkan, karena semakin sulitnya mendapatkan daun sengkubak, sehingga daunnya sering menjadi buah tangan bila hendak mengunjungi keluarga atau sanak famili di kampung yang lain.

B. Aspek Konservasi Sengkubak [Pycnarrhena cauliflora (Miers.) Diels.]

Dokumen terkait