• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Karyawan Pertamina Golongan Pimpinan

Golongan pimpinan jika dibandingkan dengan golongan yang ada di bawahnya memiliki beberapa kelebihan, dilihat dari segi pekerjaan, ekonomi dan sosial. Golongan pimpinan dalam perusahaan ini terdiri dari beberapa jenjang, mulai dari golongan 1 yaitu golongan pimpinan yang paling tinggi dan golongan 9 yaitu golongan pimpinan yang paling rendah. Golongan 1 adalah pembina atau pimpinan puncak, golongan 2-4 adalah golongan utama (pimpinan divisi), 5-6 adalah pengawas, golongan 7-9 adalah supervisor (Purnamasari, 2003).

Secara umum meskipun berada pada jenjang yang berbeda, karyawan yang berada pada beberapa golongan ini memiliki tugas dan tanggung jawab untuk dapat menyusun, mengatur dan mengontrol pekerjaan setiap anak buahnya, bahkan mereka dituntut untuk dapat menjadi motivator bagi setiap karyawan yang ada di bawah pimpinannya. Perbedaan tugas dan tanggung jawab yang dilaksanakan tergantung pada di divisi mana mereka memimpin atau ditempatkan.

Pada umumnya di suatu perusahaan seorang karyawan yang memiliki golongan atau pangkat yang cukup tinggi adalah karyawan yang sebagian besar pekerjaannya dihabiskan di dalam kantor (pekerjaannya mengandalkan pikiran) bukan di pabrik atau sejenisnya yang pekerjaannya banyak mengandalkan kekuatan fisik. Namun di perusahaan ini, karyawan golongan pimpinan tidak hanya menjalankan pekerjaan di dalam kantor saja atau tidak hanya bekerja di lapangan (seperti pabrik, kilang) saja, tetapi bisa juga menjalankan pekerjaannya di dalam kantor dan di lapangan (pabrik, kilang), karena pabrik atau kilang termasuk bagian dari perusahaan yang memegang peranan penting dalam perusahaan. Relasi yang mereka miliki cukup luas karena terkadang mereka diharuskan untuk bekerja sama dengan rekan dari luar perusahaan dan bagi karyawan golongan pimpinan yang berada pada golongan 2-9 diharuskan untuk berelasi dengan beberapa orang yang memiliki kedudukan penting di perusahaan tersebut bahkan dengan beberapa pihak luar yang memiliki kerjasama dengan perusahaan. Tanggung jawab, tugas dan relasi yang luas ini membuat pengalaman kerja yang mereka miliki lebih banyak jika dibandingkan dengan karyawan yang bukan pimpinan.

Secara ekonomi, kehidupan mereka dapat dikatakan cukup mapan. Karena selain mendapatkan gaji yang lebih besar, mereka juga mendapatkan beberapa fasilitas lain dari perusahaan, antara lain fasilitas kesehatan yang lebih lengkap, misalnya dengan fasilitas ditempatkan di ruang VIP ketika mereka dirawat di rumah sakit, beberapa barang inventaris dari perusahaan misalnya perabotan rumah tangga. Meskipun karyawan yang bukan pimpinan juga mendapatkan

fasilitas perabotan rumah tangga namun barang yang didapat memiliki perbedaan. Semakin tinggi golongan karyawan tersebut maka semakin lengkap fasilitas yang didapatkan. Lingkungan tempat tinggal karyawan golongan pimpinan dibedakan menjadi tiga tempat, ada perumahan yang memang dikhususkan untuk karyawan golongan pimpinan saja, yaitu perumahan yang dikhususkan untuk golongan 1-3 dan perumahan lain untuk golongan 4-5 dan ada juga perumahan yang dihuni oleh karyawan pimpinan yang berada pada golongan 5 sampai pada karyawan yang bukan pimpinan. Pada umumnya mereka ditempatkan di rumah dinas yang lebih besar beserta isinya yang lebih lengkap. Semakin tinggi golongan seorang karyawan, maka semakin lengkap barang inventaris yang diberikan oleh perusahaan.

Berbagai keadaan yang melekat pada karyawan golongan pimpinan seperti pekerjaan dan keadaan ekonomi di atas membuat mereka berada pada lingkungan sosial yang berbeda dengan karyawan yang bukan pimpinan. Lingkungan tempat tinggal yang berbeda, pendapatan yang besar, relasi yang lebih luas, tanggung jawab dalam pekerjaan dan kedudukan yang tinggi ini membuat mereka memiliki status sosial yang dipandang lebih tinggi dari karyawan yang bukan pimpinan. Pekerjaan dan jabatan yang dimiliki membuat mereka lebih dihormati, dihargai dan menjadi panutan bagi anak buahnya. Selain status sosial mereka juga menunjukkan gaya hidup yang terlihat sedikit berbeda dengan karyawan yang golongannya lebih rendah daripada mereka. Bisa dikatakan mereka memiliki gaya hidup sedikit berlebihan yang sebetulnya hal ini bukanlah suatu hal yang dilarang. Gaya hidup yang berlebihan ini didukung dengan pendapatan yang besar

dan mendapat dukungan fasilitas tambahan dari perusahaan yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan karyawan yang bukan pimpinan.

Perusahaan memiliki program pelatihan untuk karyawan yang akan memasuki masa pensiun dan tidak bersifat wajib. Program ini biasanya disebut dengan “Kewirausahaan”. Kewirausahaan ditujukan untuk karyawan beserta pasangannya (suami atau istri karyawan tersebut) dan dilaksanakan ketika karyawan memasuki 2 atau 3 tahun menjelang masa pensiun. Namun, ada sedikit perbedaan tentang kewirausahaan tersebut antara karyawan golongan pimpinan dan yang bukan pimpinan. Bagi karyawan yang bukan pimpinan, mereka juga mengikuti program kewirausahaan yang sama, hanya saja mereka tidak mengikuti program ini di kota yang sama. Biasanya pelatihan diadakan di kota Bandung atau Surabaya. Pemilihan kota tergantung pada kebijakan perusahaan yang setiap tahunnya dapat berubah. Sementara untuk karyawan golongan pimpinan, kewirausahaan biasa dilaksanakan di kota Bali dan Yogyakarta. Pemilihan kota yang akan dituju sebagai tempat pelatihan berdasarkan pada golongan karyawan tersebut. Karyawan yang berada pada golongan 5-1 mengikuti pelatihan ke Bali dan karyawan pada golongan 9-6 ke Yogyakarta. Meskipun terdapat perbedaan tempat pelatihan yang didasarkan pada golongan karyawan, namun materi pelatihan yang diberikan tidak memiliki perbedaan. Kegiatan dalam program ini selain diadakan untuk memberikan pelatihan kewirausahaan, juga diadakan konsultasi dengan psikolog sebagai persiapan untuk memasuki masa lansia. Semua fasilitas dan biaya yang diadakan untuk pelatihan ini ditanggung

sepenuhnya oleh perusahaan. Kewirausahaan ini bukan akhir dari program perusahaan untuk mempersiapkan karyawan dalam menghadapi pensiun.

Selain itu ada program yang disebut dengan Masa Persiapan Pensiun Karyawan (MPPK). Sekitar enam bulan sebelum memasuki MPPK karyawan akan diberikan surat pemberitahuan dari perusahaan. Surat tersebut berisi tentang pemberitahuan bahwa karyawan tersebut sebentar lagi akan memasuki MPPK dan berisi tentang hak dan kewajiban yang harus dilakukan karyawan sebelum memasuki MPPK. Saat karyawan memasuki MPPK, karyawan tersebut akan berhenti bekerja namun tetap akan mendapat gaji bersih sama seperti saat masih aktif bekerja serta diperbolehkan tetap tinggal di perumahan dinas dan mendapatkan fasilitas dari perusahaan selama satu tahun. Program ini berlaku bagi semua karyawan baik yang berada pada golongan pimpinan maupun karyawan yang bukan pimpinan.

D. Penyesuaian Diri Pada Karyawan Pertamina Golongan Pimpinan yang

Dokumen terkait