• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor memiliki kawasan hutan yang terletak di wilayah administrasi Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi.

Batas-batas kawasan hutan KPH Bogor adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa

2. Sebelah Timur berbatasan dengan KPH Purwakarta dan KPH Cianjur 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan KPH Sukabumi dan KPH Banten 4. Sebelah Barat berbatasan dengan KPH Banten

Luas

Luas wilayah total kring Kabupaten Bogor, Tangerang dan Bekasi sekitar 585.837,65 ha. Diantaranya berupa kawasan hutan seluas 89.744,16 ha, yang terdiri dari 4 kelas perusahaan (KP), yaitu :

1. KP Acacia mangium = 5.342,90 ha (5,95%) 2. KP Meranti = 8.822,33 ha (9,83%) 3. KP Pinus = 9.438,80 ha (10,52%) 4. KP Payau (belum ditata) = 11.832,81 ha (13,18%) 5. Kawasan PHPA = 37.088,80 ha (41,33%) 6. BKPH Jonggol dan Leuwiliang = 17.218,52 ha (19,19%)

Kelas Perusahaan Acacia mangium KPH Bogor berdasarkan hasil revisi RPKH tetap seluas 5.342,90 ha berada pada wilayah administratif pemerintahan Kabupaten Bogor dan berdasarkan SK Menhut No. 195/Kpts-II/2003 pada tanggal 4 Juli 2003 seluruhnya berfungsi sebagai Hutan Produksi Tetap.

Keadaan Lapangan

Kawasan hutan KP Acacia mangium memiliki konfigurasi lapangan yang sebagian besar relatif datar sampai dengan landai, dengan kemiringan lapangan bervariasi mulai dari kemiringan datar (0-8%) dan beberapa lokasi, terutama dekat batas hutan dan sungai memiliki kemiringan agak curam (15-25%). Sehingga secara umum memenuhi kriteria kawasan yang cocok untuk produksi kayu.

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut untuk setiap kelompok hutan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tinggi Tempat dan Curah Hujan pada Kelas Perusahaan Acacia mangium di KPH Bogor

No. BKPH/ Kelompok Hutan

Tinggi Tempat (m dpl)

Kisaran Curah Hujan (mm/tahun) 1. Parung Panjang a. Cikadu I-II b. Yanlapa c. Pr. Panjang I-III 0 – 75 0 – 323 0 – 75 3.000 3.000 3.000

Bagian hutan Parung Panjang yang sebagian besar daerahnya dataran dengan sebaran kawasan hutan yang dikelilingi enclave mengakibatkan interksi sosial yang sangat kompleks, terutama dalam hal penggarapan lahan di kawasan hutan. Perlu pengkajian yang mendalam untuk mengetahui tingkat penurunan kualitas/ kesuburan tanah oleh adanya pengusahaan kayu berdaur pendek.

Hampir seluruh lokasi enclave berupa sawah yang berbentuk menjari mengelilingi hutan, sehingga tuntutan masyarakat untuk ikut menggarap kawasan hutan sukar untuk dikendalikan, juga penjarahan kayu perlu diwaspadai.

Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan suatu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber-sumber air lainnya yang penyimpanan dan pengeluarannya dihimpun dan ditata berdasarkan hukum-hukum alam

sekelilingnya demi kesinambungan daerah tersebut (PP. 33 tahun 1970 pasal 1, ayat 13), wilayah KP Acacia mangium KPH Bogor termasuk kedalam wilayah DAS Cidurian.

Infrastruktur

Prasarana jalan dan jembatan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan, merupakan faktor yang penting dalam pengembangan dan pemanfaatan potensi hasil hutan/ sumber daya hutan secara optimal, di samping sebagai sarana untuk kepentingan kelancaran kegiatan pembangunan wilayah.

Dalam Kawasan Hutan

Dalam pembagian hutan, dibuat induk alur yang berfungsi sebagai sarana angkutan hasil hutan, sedangkan alur disamping diusahakan dapat berfungsi seperti di atas juga berfungsi sebagai pemisah petak.

Keadaan alur/ induk alur pada Kelas Perusahaan Acacia mangium yang berupa jalan aspal sepanjang 53,71 hm, jalan batu/ pengerasan sepanjang 315,69 hm, jalan tanah sepanjang 526,15 hm dan sisanya berupa selokan sepanjang 6,8 hm.

Guna menunjang angkutan produksi hasil hutan dan untuk menjaga agar tetap terpeliharanya kualitas produksi kayu tebangan, maka diperlukan adanya pemeliharaan jalan angkutan secara rutin dan jalan sogokan pada lokasi yang dianggap perlu. KPH dapat mengajukan pembuatan jalan angkutan melalui RTT Prasarana Hutan.

Luar Kawasan Hutan

Wilayah KPH Bogor, yang berbatasan dengan DKI Jakarta merupakan kawasan dengan fasilitas umum yang memadai, baik prasarana jalan/ transportasi, tempat pengumpulan kayu, pasar, koperasi, lembaga sosial kemasyarakatan maupun fasilitas lainnya tersedia cukup memadai, hal tersebut dapat mendukung proses pengangkutan hasil hutan, pemasaran maupun kegiatan pengelolaan hutan lainnya.

Diantara fasilitas umum yang berada di luar kawasan hutan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

2. Tempat penimbunan kayu khusus (TPKh). Karena KPH Bogor belum menetapkan TPK, sehingga ditetapkan TPKh menurut kepentingannya yang lokasinya dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.Lokasi TPKh di KPH Bogor Tahun 2003

No. TPKh BKPH SK Unit

Penunjukan

Jenis Hasil Hutan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. TPn Tenjo TPn Jagabaya TPKh Cinagara TPKh Cibidas TPKh Cianten TPKh Gunung Bunder TPKh Ngasuh Parung Panjang Parung Panjang Bogor Jonggol Leuwiliang Leuwiliang Jasinga 60/Kpts/III/2000 tgl 7 Februari 2000 sda sda sda sda sda Menyusul

Acacia mangium/ Albizia

Acacia mangium

Pinus Pinus Pinus

Pinus/ Albizia/ Puspa Pinus

Tanah, Batuan dan Iklim

Jenis tanah dan batuan pada BKPH Parung Panjang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.Jenis Tanah dan Batuan pada Kelas Perusahaan Acacia mangium

No. BKPH/ Kelompok Hutan

Jenis Batuan Jenis Tanah

1. Parung Panjang a. Cikadu I-II b. Yanlapa c. Pr. Panjang I-III

Oliocene, Sedimentary Facies Oliocene, Sedimentary Facies Oliocene, Sedimentary Facies

Tuff, Podsolik merah kekuningan Tuff, Podsolik merah kekuningan Tuff, Podsolik merah kekuningan

Pada Tabel 3. dapat terlihat bahwa pada lokasi kawasan hutan Kelas Perusahaan

Acacia mangium sebagian besar memiliki jenis batuan Oliocene dan Sedimentary Facies, jenis tanah yang dominan adalah podsolik merah sampai kekuningan.

Untuk iklim dapat dilihat pada Tabel 1 tercantum bahwa curah hujan rata-rata 3.000 mm/ tahun maka berdasarkan ratio bulan basah dan bulan kering pada Kelas Perusahaan Acacia mangium termasuk dalam tipe curah hujan A menurut Schmidt dan

Ferguson (1951). Sedangkan suhu harian tertinggi 25,5O C dan suhu terendah sebesar 18 O

C.

Sejarah Penataan

Sejak tahun 1927 s/d 1930, kelompok hutan di daerah Banten, Bogor, Sukabumi disebut juga Bosch District West Priangan. Tahun 1930, daerah Banten dan Bogor-Jakarta dipisahkan dari Bosch District West Priangan menjadi Bosch District baru bernama Bosch District Banten. Pada tahun 1939 daerah Bogor-Jakarta dijadikan 2 Bosch District, yaitu Bosch District Batavia dan Buitenzorg.

Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) dan selama revolusi kemerdekaan (1945-1948), wilayah hutan daerah Bogor-Jakarta tidak mengalami perubahan, kecuali perubahan nama menjadi Einriso Jakarta-Bogor, sedangkan pada masa pendudukan/agresi Belanda (1948-1950), wilayah hutan di daerah Bogor-Jakarta-Banten berada dalam koordinasi seorang Forest Supervisor.

Pada tahun 1948, wilayah hutan di daerah tersebut dipisahkan menjadi 3 daerah hutan, yaitu Daerah Hutan Jakarta, Daerah Hutan Bogor dan Daerah Hutan Banten. Pada tahun 1952, wilayah-wilayah daerah hutan di Bogor dipersatukan kembali menjadi Daerah Hutan Bogor-Jakarta.

Pada tahun 1958, dalam rangka penyerahan urusan pemangkuan hutan dari pemerintahan pusat kepada pemerintahan daerah tingkat I, Daerah Hutan Bogor-Jakarta melepaskan sebagian dari wilayah hutan yang berada di daerah Jakarta, dimasukkan kedalam Dinas Kehutanan DKI Jakarta. Bersamaan dengan itu Daerah Hutan Bogor-Jakarta dirubah menjadi Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Bogor Bogor-Jakarta.

Mulai tahun 1975 ditetapkan sebutan KPH Bogor-Jakarta dirubah menjadi KPH Bogor, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6907/XV/10/1975 tanggal 1 Agustus 1975. Selanjutnya dengan adanya pelimpahan kawasan dari wilayah Kehutanan Provinsi Jawa Barat ke dalam Unit Produksi Perum Perhutani berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2/1978, maka sebutan KPH Bogor berubah menjadi Perum Perhutani/KPH Bogor. Sedangkan sebutan Kepala KPH berubah menjadi Administratur Perhutani/KKPH dengan tugas sebagai kepala pemangkuan sekaligus administratur perusahaan.

Pada penataan hutan yang pertama kali dilaksanakan di KPH Bogor hanya mulai dari pengukuhan sampai dengan kegiatan risalah hutan definitif, yang dipakai untuk dasar menentukan rencana pengelolaan yang tertuang dalam Bagan Kerja KPH untuk jangka 1 April 1976 s/d 31 Maret 1981. Penataan selanjutnya dilaksanakan sampai dengan penyusunan buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH).

Kependudukan

Penduduk secara keseluruhan di Kabupaten Bogor pada tahun 1998 tercatat sebanyak 4.356.691 orang terdiri dari anak-anak (usia 0-14 tahun) sejumlah 1.486.960 orang dan manula (di atas 55 tahun) sejumlah 330.898 orang, sisanya sekitar 2.538.833 orang merupakan usia produktif. Laju rata-rata pertumbuhan penduduk pertahun di Kabupaten Bogor antara tahun 1996-1998 adalah sebesar 1.02%, secara berurutan yaitu dari 4,163 juta jiwa; 4,352 juta jiwa; 4,357 juta jiwa. Dengan meningkatnya jumlah penduduk berarti akan bertambah pula kebutuhan hidupnya dan apabila sebagian dari kebutuhan tersebut berasal dari hutan, maka tingkat keamanan hutan menjadi semakin rawan. Begitu pula kontribusi masyarakat di sekitar hutan terhadap pengelolaan hutan tidaklah kecil.

Angkatan kerja adalah penduduk usia 14 tahun keatas sampai sebelum 55 tahun atau disebut kelompok usia kerja. Dari seluruh penduduk kabupaten Bogor 4.356.691 jiwa, terdapat kelompok usia kerja 2.538.833 jiwa, yang terdiri dari angkatan kerja yang bekerja 1.545.522 jiwa dan angkatan kerja yang tidak bekerja sejumlah 933.311 jiwa (39% dari usia angkatan kerja), sedangkan menurut lapangan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan

No. Lapangan Jenis Kelamin Jumlah Prosen

Pekerjaan Laki-laki Perempuan (jiwa) (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik, gas dan air minum Bangunan / konstruksi

Perdagangan, hotel dan restoran Perhubungan dan komunikasi Bank dan keuangan

Jasa-jasa Lain-lain 149.780 50.019 176.445 41 134.521 264.117 122.340 112.014 200.014 - 24.781 37 84.630 13 24 134.623 26 29 92.063 - 174.561 50.056 261.075 54 134.545 398.740 122.366 112.043 292.077 - 11,29 3,24 16,89 0 8,71 25,8 7,92 7,25 18,9 - Penduduk usia produktif bekerja

Usia produktif yang tidak bekerja

1.209.294 76.160 336.230 917.149 1.545.522 993.311 100,00

Total penduduk usia produktif 1.285.454 1.253.379 2.538.833

Dokumen terkait