• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak dan Luas

Penelitian dilakukan di areal konsesi PT. Toba Pulp Lestari sektor Aek Nauli, Simalungun, Sumatera Utara. Daerah penelitian berada 160 km dari Medan dan 35 km dari Pematang Siantar. Secara geografis lokasi penelitian terletak antara 2o40’00” – 2o50’00” Lintang Utara dan 98o50’00” – 98o10’00” Bujur Timur (TPL 2008). Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

Keadaan Fisik Lapangan

Keadaan lahan di sektor Aek Nauli merupakan lahan kering dengan topografi bervariasi yaitu : datar (00-80) seluas 7.346 ha (32,6%), landai (80-150) seluas 6.737 ha (29,9%), agak curam/ sedang (150-250) seluas 5.430 ha ( 24,1%), curam (250-400) seluas 2.321 ha (10,3%) dan sangat curam (>400) seluas 699 ha (3,1%). Topografi di lokasi penelitian termasuk datar sampai landai. Ketinggian tempat di sektor Aek Nauli antara 250 – 1700 meter di atas permukaan laut (letak plot penelitian ± 1200 m dpl). Jenis tanah di wilayah penelitian yaitu Dystropepts, Hydrandepts, Dystrandepts, Humitropepts (TPL 2008) dan termasuk jenis tanah group Inceptisol berdasarkan klasifikasi USDA 2000 (Simanjuntak 2010) dengan jenis batuan Peusangan, Sihapas dan Vulkan Tersier (Hutagalung 2008).

Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951) di Aek Nauli termasuk tipe iklim A (basah) dengan rata-rata curah hujan 2824 mm per tahun (235 mm/bulan), dimana bulan tertinggi terjadi hujan jatuh pada bulan Oktober dan terendah pada bulan Agustus (TPL 2008). Beberapa sungai atau anak sungai yang terdapat di areal kerja sektor Aek Nauli adalah : Bah Kisat, Bah Parlianan, Bah Mabar, Bah Boluk, Bah Haposuk dan Aek Silau.

Suhu udara di lokasi penelitian berkisar 18,7 – 21,1oC dengan suhu rata-rata tahunan 19,9oC dan suhu rata-rata tanah tahunan 22,9oC. Data curah hujan, temperatur udara dan kelembaban relatif secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4 dan Lampiran 1.

Gambar 4 Rata-rata curah hujan,temperatur udara dan kelembaban relatif di lokasi penelitian(tahun 1967-2009).

Keadaan Hutan

Luas areal konsesi Sektor Aek Nauli 22.533 Ha terdiri dari : Luas efektif HTI jenis Eucalyptus 9.861 ha, hutan konservasi seluas 10.328 ha, hutan jenis unggulan pinus seluas 584 ha, kawasan dengan tanaman kehidupan seluas 1.127 ha (aren, bambu dan lainnya) dan seluas 508 ha digunakan sebagai sarana operasional (gedung administrasi, base camp, workshop, store, holding, mess karyawan, musholla, kantin, jalan angkutan dan lainnya) serta sisanya 125 hektar merupakan daerah enclave dimana penduduk bermukim. Areal kerja hutan tanaman dibagi ke dalam beberapa blok dan dari blok dibagi menjadi beberapa petak (compartement) dengan luasan bervariasi. Sektor Aek Nauli terdiri dari 5 blok kerja (estate) yaitu : blok kerja Aek Nauli, Siapas-apas, Gorbus, Rondang dan Huta Tonga. Dalam penelitian ini blok kerja yang digunakan adalah blok kerja Aek Nauli dan Gorbus sesuai dengan umur tegakan yang diperlukan.

Jenis tanaman yang terdapat di sektor Aek Nauli sebagai HTI pulp yaitu :

Eucalyptus grandis, E. urophylla, E. pellita dan 22 klon Eucalyptus hibrid terseleksi hasil persilangan antar jenis Eucalyptus yang berbeda. Salah satu jenis hibrid yang telah dikembangkan secara skala operasional adalah hibrid E. urograndis (E. urophylla S.T.Blake x E. grandis W.Hill ex Maid) dimana jenis tetuanya E. urophylla berasal dari Indonesia dan E. grandis berasal dari Australia. Hibrid-hibrid di TPL terus diseleksi dari sekitar 65 klon yang dicobakan oleh R&D PT Toba Pulp Lestari, tinggal 15 klon yang dikembangkan dalam skala luas (IND 1, IND 31, IND 32, IND 33, IND 38, IND 40, IND 41, IND 42, IND 45, IND 46, IND 47, IND 48, IND 52, IND 56 dan IND 60) dan sejumlah 7 klon yang dikembangkan di sektor Aek Nauli (IND 1, IND 32, IND 33, IND 40, IND 42, IND 47 dan IND 51). Tidak menutup kemungkinan klon-klon ini di masa datang masih akan terus diseleksi berdasarkan tingkat pertumbuhan dan tingkat resistensi terhadap hama dan penyakit (Komunikasi pribadi dengan kepala divisi hama dan penyakit, Research and Development PT TPL Nuhamara 2010).

Hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli dikembangkan menggantikan jenis E. uropylla dan E. grandis yang ditanam pada rotasi pertama setelah konversi dari hutan alam. Hibrid E. urograndis merupakan tanaman rotasi ke 2

dan ke 3 di sektor Aek Nauli setelah tanaman tetuanya, namun merupakan tanaman rotasi 1 dan ke 2 untuk jenis tersebut sehingga dalam penelitian ini hibrid

E. urograndis yang dikaji dianggap sebagai hibrid pada rotasi 1 dan 2.

Alasan mengapa jenis Eucalyptus dikembangkan sebagai tanaman pokok dan digunakan sebagai bahan baku industri pulp di PT Toba Pulp Lestari, adalah sebagai berikut ( TPL 2009) :

1. Sebagian besar perusahaan industri pulp dunia menggunakan kayu

Eucalyptus sebagai bahan bakunya, ini menunjukkan bahwa kayu Eucalyptus

cocok dan memenuhi syarat sebagai bahan baku industri pulp dengan kualitas sangat baik.

2. Tanaman Eucalyptus sudah pernah ada 50 tahun yang lalu di daerah sekitar PT Toba Pulp Lestari Tbk. beroperasi yaitu pada daerah Habinsaran, Tarutung, Dolok Sanggul, Siborong-borong, Merek, Dairi, Sidikalang, Parapat, Samosir, Tongging dan Tapanuli Selatan.

3. Eucalyptus merupakan tanaman cepat tumbuh (fast growing species) sehingga panen dapat dilakukan dalam jangka waktu relatif pendek atau berdaur pendek dengan hasil produksi biomassa cukup besar.

4. Eucalyptus dapat diperbanyak dengan mudah baik secara generatif maupun vegetatif dan dapat tersedia atau disediakan sepanjang tahun dalam jumlah yang banyak.

5. Tanaman Eucalyptus dapat tumbuh dengan sebaran karakteristik tempat tumbuh yang luas.

6. Eucalyptus relatif tahan terhadap kebakaran

7. Pulp yang dihasilkan dari kayu Eucalyptus memiliki mutu/kualitas yang baik, karena :

 Serat kayu Eucalyptus termasuk kategori serat menengah

 Kotoran (rona) yang terdapat dalam serat Eucalyptus sedikit

 Bilangan Kappa (cappa number) yang dimiliki oleh kayu Eucalyptus

tinggi sekitar 14. Bilangan kappa adalah total bahan kimia yang diperlukan untuk membentuk pulp.

Preskripsi Teknik SilvikulturHibrid E. urograndis

Perusahaan hutan tanaman PT Toba Pulp Lestari memulai pengembangan jenis Eucalyptus sejak tahun 1987. Proses kloning yang dikembangkan di PT Toba Pulp Lestari terdiri dari 4 tahapan. Tahap pertama tahun 1987 mulai merintis penanaman jenis-jenis Eucalyptus dari biji tanpa diketahui tetuanya. Tahap kedua tahun 1992 mulai terjadi penyerbukan tidak terkendali (open pollination) dengan tetua betina yang diketahui seperti E. urophylla. Tahap ketiga tahun 1994 mulai melakukan penyerbukan terkendali (controlled pollination) dengan tetua jantan dan betina yang diketahui seperti E. urophylla dan E. grandis. Tahap keempat sejak tahun 1996 dihasilkan individu baru hasil persilangan terkendali untuk hibrid E. urograndis. Tahap selanjutnya adalah perbanyakan yang dilakukan secara klonal (vegetatif) melalui stek dengan harapan memiliki karakter yang sama dengan klon asal (Aridha 2010). Seleksi terus dilakukan untuk memperbaiki penampakan (Performance) hasil hibrid Eucalyptus bersamaan dengan pengembangan dalam skala luas. Teknik silvikultur yang dilakukan di PT Toba Pulp Lestari meliputi;

Pembibitan

PT Toba Pulp Lestari mengembangkan pusat pembibitan modern seluas 10 hektar berlokasi di Porsea yang dapat menghasilkan 1,8 juta bibit per bulan dengan sistem mini dan macro cutting. Sejak tahun 2005 perusahaan tersebut telah menggunakan 100% bibit hasil klon (Damanik dan Sianipar 2007). Bibit yang dihasilkan secara vegetatif dalam bentuk klon-klon telah teruji mempunyai potensi yang lebih seragam dengan menggunakan metode mini dan macro cutting. sebagai berikut :

Produksi bibit dengan mini cutting. Kegiatan produksi bibit dengan sistem mini cutting meliputi persiapan mother plant. Pengadaan mother plant

untuk sistem ini diambil dari plantled hasil pembiakan kultur jaringan Kegiatan persiapan mother plant dilakukan melalui pembuatan rumah plastik dan bedengan pasir serta pengisian media pada kotak pasir.

Media yang digunakan untuk mengisi kotak bedengan adalah sirtu (batu koral) dan pasir dengan komposisi: lapisan bawah setebal ± 15 cm diisi dengan

sirtu dan lapisan kedua setebal ± 25 cm diisi dengan pasir yang telah dicampur dengan pupuk osmocote perbandingan 4 kg osmocote dicampur dengan 2 m3 pasir.

Sebelum penanaman, media pasir disiram dengan air menggunakan House Nozzle hingga pasir memadat. Bibit terlebih dahulu dicelupkan ke dalam larutan fungisida Bavistin dengan dosis 1 gram/liter air. Bibit mother plant ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 15 cm pada sore hari dan dilakukan penyiraman kembali setelah tanam.

Pemeliharaan mother plant meliputi : pemotongan pucuk pada umur 3 minggu dengan tinggi pucuk setelah dipotong menjadi ± 15 cm. Penyiraman dilakukan 3-4 kali sehari pada umur 0-1 minggu dan 1-2 kali sehari setelah umur di atas 1 minggu. Pemupukan dilakukan secara intensif yaitu menggunakan pupuk

osmocote dosis 13 gram/tanaman (1x1 tahun), dolomite dosis 50 gram/tanaman (1x3 bulan) dan pupuk provit red dosis 0,2 gram/tanaman (1x1 bulan). Penyemprotan fungisida dan insektisida dilakukan jika terjadi gejala serangan hama dan penyakit. Pemeliharaan lainnya adalah weeding dengan cara membersihkan rumput, gulma, daun yang gugur dan yang terkena penyakit secara rutin.

Produksi bibit dengan macro cutting. Kegiatan produksi bibit dengan

macro cutting yang berasal dari kebun pangkas meliputi: pengisian media, pemanenan dan pemotongan coppice, penanaman dan pemeliharaan serta pengiriman bibit ke lapangan.

Media yang digunakan adalah campuran gambut dengan pasir sungai yang telah disterilkan terlebih dahulu. 2 m3 gambut yang telah disaring dengan ayakan 5 mesh dicampur dengan 1 m3 pasir dapat mengisi tube yang berukuran diameter 3 cm dan tinggi 12 cm sebanyak 31.080 tube.

Pemanenan coppice dilakukan 1 bulan setelah pemotongan pucuk. Coppice

yang dipanen mempunyai batang lentur dan tidak terlalu tua yang diambil dari batang utama sebanyak ± 10 coppice/mother plant/bulan dengan panjang coppice

10-15 cm dapat menghasilkan 2-3 cutting.

Pemeliharaan hasil cutting. Coppice hasil panen baik dari hasil mini cutting maupun dari macro cutting dimasukan ke dalam wadah berisi air untuk

dilakukan pengguntingan dengan panjang cutting antara 2-3 cm dan daun ditinggal 1/3 bagian. Potongan cutting digantung di atas rak dan ujung cutting terendam larutan fungisida dosis 20 gram/liter air dan zat pengatur tumbuh Rooton F dosis 200 gram/liter air di dalam baki plastik.

Kemudian, cutting ditanam dalam tube di rumah kaca (green house) dengan pengurangan cahaya 30% memakai sarlon. Penyiraman dilakukan dengan misting nozzle yaitu dengan sistem pengkabutan secara otomatis agar kelembaban di rumah kaca selalu berkisar 80-90%. Pada fase ini dilakukan penyemprotan fungisida Antracol dan Dithane dengan dosis masing-masing 2 gr/liter air dan insektisida Durban dengan dosis 2 cc/liter air.

Setelah 5 minggu di rumah kaca, stek sudah mengalami pengerasan batang dan dipindah ke area terbuka (open growing area). Pemupukan di area terbuka dilakukan 2 kali setiap minggu dengan dosis 1500gr NPK/200 liter air dan pemupukan kedua dengan mencampurkan 400 gr Urea dan 1500 gr TSP/200 liter air. Penyiraman dilakukan setiap 30 menit selama 10 menit atau tergantung kondisi cuaca.

Pengiriman bibit stek dari area terbuka ke lokasi penanaman dilakukan setelah bibit berumur 3,5-4 bulan. Bibit yang dikirim ke lapangan adalah bibit

sehat dan segar, diameter bibit ≥ 0,2 cm, akar kompak, jumlah daun minimal 4 helai, tinggi bibit ≥ 25 cm dan tidak bercabang. Selain itu bibit disiram terlebih

dahulu sebelum dikirim ke lapangan. Penanaman

Tahapan dalam kegiatan penanaman meliputi kegiatan persiapan lahan dan penanaman, sebagai berikut:

Persiapan lahan. Persiapan lahan mencakup kegiatan pembersihan secara manual (manual slash) yang dimulai dengan memotong sampai putus semua gulma, tunggul dan coppice yang ada di areal 2 bulan sebelum penanaman dilakukan (T-2). Kemudian 1,5 bulan sebelum penanaman (T-1,5) dilakukan penyemprotan (Pre plant spraying 1) terhadap gulma menggunakan herbisida dengan bahan aktif glukasil-90 dosis 1,8 liter/ha, sedangkan terhadap alang-alang menggunakan paraquat dengan dosis 2,5 liter/ hektar. Jika masih ada gulma yang

hidup setelah 2 minggu penyemprotan, maka dilakukan penyemprotan ke 2 (pre plant spraying 2) dengan dosis 1,5 liter/ha 2 minggu sebelum kegiatan penanaman dimulai. Herbisida yang digunakan adalah Round up.

Penanaman. Kegiatan penanaman baik pada rotasi 1 maupun rotasi 2 relatif sama sesuai dengan standar operasional perusahaan. Kegiatan penanaman dilakukan dengan jarak tanam 3 x 2,5 m atau 3 x 2 m (kecuali pada umur 5 tahun jarak tanam masih 3x3 m) dimana 3 m untuk jalur tanam Timur ke Barat dan 2,5 m jalur tanam Utara ke Selatan. Pembuatan lubang tanam menggunakan alat berupa dodos dan lubang tanam berukuran 30 cm x 30 cm x 20 cm. Penanaman dilakukan dengan hati-hati terutama pada saat meletakan bibit karena akan menentukan keberhasilan tanaman.

Bersamaan dengan waktu penanaman, dilakukan pemberian pupuk dasar (pemupukan 1A dan 1B). Pupuk dasar 1A menggunakan rock posphat 300 kg/ha yang dicampurkan di atas titik tanam dengan tanah di dalam lubang tanam, sedangkan pemupukan dasar 1B dengan menggunakan pupuk NPK majemuk 100 kg/ha yang diletakkan dengan tugal di kiri kanan tanaman yang baru ditanam dengan jarak tugal 10 cm dari lubang tanam.

Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan mulai dari penyulaman atau penyisipan tanaman, penyemprotan gulma dan alang-alang dan pemupukan yang dilakukan mulai tanaman berumur 1 bulan setelah tanam sampai tanaman berumur 22 bulan di lapangan. Pemeliharaan 1-12 bulan setelah tanam disebut pemeliharaan I dan umur 17-22 bulan setelah tanam disebut pemeliharaan II. Tahapan-tahapan pemeliharaan meliputi:

a. 1 (satu) bulan setelah tanam (T+1 ):

 Penyulaman atau penyisipan (blanking) dilakukan untuk mengisi tanaman yang mati dilaksanakan paling lambat dalam suatu compartement .

 Penyemprotan gulma atau ilalang dengan herbisida glukosil atau paraquat (BSS1) yang disemprotkan dalam jalur dengan dosis 1,8 liter/ha.

 Pemupukan (2A dan 2B) dengan pupuk Urea 50 kg/ha atau 30 gr/tanaman dan pupuk TSP 75 kg/ha atau 45 gr/tanaman dengan cara ditugal.

b. 3 (tiga) bulan setelah tanam (T+3): Penyemprotan ke 2 (BSS 2) dengan dosis 1,8 liter/ha.

c. 5 (lima) bulan setelah penanaman (T+5 ):

 Penyemprotan ke 3 (BSS 3) dengan dosis 1,8 liter/ha.

 Pemupukan (3A) dengan pupuk Urea dosis 60 kg/ha.

 Pemupukan (3B) dengan pupuk TSP dosis 70 kg/ha.

d. 8 (delapan) bulan setelah tanam (T+8): Penyemprotan ke 4 (BSS 4) dengan dosis 1,3 liter/ha

e. 9 (Sembilan) bulan setelah tanam (T+9): Pemupukan menggunakan pupuk Urea dengan dosis 70 kg/ha dan ditugal.

f. 12 (dua belas) bulan setelah tanam (T+12): Penyemprotan ke 5 (BSS 5) dengan dosis 1 liter/ha dalam 200 liter air

g. 17 (tujuh belas) bulan setelah tanam (T+17): Penyemprotan ke 6 (BSS 6) dengan dosis 1 liter/ha dalam 200 liter air

h. 22 (dua puluh dua) bulan setelah tanam (T+22): Penyemprotan ke 7 (BSS 7) dengan dosis 1 liter/ha dalam 200 liter air.

Jadi pemupukan yang diberikan pada tegakan hibrid E. urograndis di lapangan selama tegakan tumbuh mulai dari waktu tanam sampai tanaman berumur 9 bulan jumlah seluruhnya sebanyak : rock posphat 300 kg/ha + 100 kg/ha NPK + 180 kg/ha Urea + 145 kg/ha TSP. Pemupukan di atas setara dengan jumlah unsur hara 96 kg/ha N + 63,18 kg/ha P + 12,45 kg/ha K + 109,61 kg/ha Ca.

Berdasarkan pengelolaan atau pemeliharaan di atas, maka rata-rata persen hidup dan tingkat kematian hibrid E. urograndis di sektor Aek Nauli dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Rata-rata persen hidup hibrid E. urograndis (Simanjuntak 2010)

Umur (tahun) Daya tumbuh (%), kumulatif Mortaliti (%), kumulatif

0,5 1 2 3 4 5 95 89 87 84 82 81 5 11 13 16 18 19 Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan sistem tebang habis dengan daur tebang 5 tahun. Penebangan dilakukan dengan menggunakan chainshaw. Tunggul pohon yang ditinggalkan maksimal 5 cm dari permukaan tanah. Kemudian kegiatan pembagian batang dilakukan berdasarkan ukuran yang telah ditetapkan yaitu panjang 3 meter atau sesuai dengan alat angkut, dan kayu yang berdiameter ≥ 5 cm adalah kayu yang diangkut ke pabrik sebagai bahan baku. Selanjutnya dilakukan kegiatan penumpukan kayu menggunakan alat berat Harvester dan muat bongkar kayu dengan menggunakan excavator serta pengangkutan ke tempat pengumpulan kayu.

Dokumen terkait