• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kabupaten Maluku Tenggara merupakan wilayah kepulauan dengan 119 buah pulau yang menghasilkan daratan seluas 4.676,00 Km2 dan luas perairan 3.180,70 Km2. Kabupaten Maluku Tenggara terdiri dari 2 gugus kepulauan, yaitu kepulauan Kei Kecil dengan jumlah pulau 98 pulau dimana 12 pulau tidak dihuni dan kepulauan Kei Besar dengan jumlah pulau 21 pulau dimana 7 pulau tidak dihuni (BPS Kabupaten Maluku Tenggara, 2008).

Kabupaten Maluku Tenggara terletak di antara 50 – 6,50 LS dan 1310– 133,50 BT. Wilayah kabupaten ini memiliki batas-batas: (1) di sebelah utara dengan perairan Papua bagian selatan, (2) di sebelah selatan dengan laut Arafura, (3) di sebelah barat dengan laut Banda dan perairan bagian utara kepulauan Tanimbar dan (4) di sebelah timur dengan kepulauan Aru (BPS Kabupaten Maluku Tenggara 2009). Perairan Maluku Tenggara pada umumnya merupakan perairan yang dangkal. Perairan ini merupakan perairan yang kaya akan sumberdaya hayati, khususnya ikan (pelagis, demersal dan udang).

Desa Sathean adalah merupakan salah satu desa sentral perikanan yang berada di Kecamatan Kei Kecil Kabupaten Maluku Tenggara. Jumlah penduduk desa ini sebanyak 1.634 jiwa dimana 340 orang di antara mereka adalah nelayan. Dari segi produksi ikan yang dihasilkan purse seine mini adalah salah satu jenis alat tangkap yang dominan di Desa Sathean, selain bagan, jaring insang dan pancing (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009).

Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi sehari-hari dimana unsur penyusun iklim utama adalah temperatur dan curah hujan, sehingga untuk mengetahui tipe iklim suatu wilayah perlu mengetahui karakteristik temperatur dan dan curah hujan. Suhu rata-rata Kabupaten Maluku Tenggara dalam tahun 2004 – 2009 ditemukan pada bulan Agustus yaitu 23,6 oC dan suhu tertinggi pada bulan Oktober - Nopember yakni 32,5 – 32,7°C. Suhu udara musim angin Barat berkisar dari 24,1 – 31,5 °C, pada musim pancaroba 1 berkisar dari 31,3 – 31,4 °C, pada musim angin Timur 30,1 – 30,5 °C, dan musim Pancaroba 2 berkisar dari 24 – 32,7 °C, sedangkan suhu udara dekat permukaan laut berkisar dari 23 –

23,5 °C (rata-rata 23,3 °C) (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP Provinsi Maluku 2006).

Iklim Kabupaten Maluku Tenggara adalah tipe A (nilai Q = 0,10) dengan 10 bulan basah, 1 bulan kering dan 1 bulan lembab. Curah hujan di daerah ini memiliki pola Moonsun (musiman) dengan ciri distribusi curah hujan bulanan berbentuk “V”. Musim angin barat berlangsung pada bulan Desember hingga Pebruari, musim angin timur pada Juni hingga Agustus, musim pancaroba 1 pada bulan Maret hingga Mei dan musim pancaroba 2 pada bulan September hingga Nopember.

Pengurangan jumlah curah hujan terjadi saat pertengahan musim Timur (Juni-Agustus) hingga pertengahan musim pancaroba 2 (Oktober), tetapi melimpah pada saat musim angin barat hingga akhir Pancaroba 1. Nilai rata-rata curah hujan terendah dalam 5 tahun terakhir dicapai pada bulan Agustus yakni 50,8 mm. Terindikasi bahwa jumlah curah hujan Agustus–September semakin menurun sejak tahun 2008 sampai sekarang, dan dua bulan ini tergolong bulan sangat kering. Secara umum terlihat bahwa saat musim angin barat dan angin pancaroba 1, curah hujan melimpah sepanjang tahun dengan rata-rata > 300 mm dan hari hujan rata-rata 18 – 24 hari (Tim Rencana Tata Ruang Laut DKP Provinsi Maluku 2006).

4.1.1 Keadaan umum sumberdaya ikan

Pada perairan laut Kabupaten Maluku Tenggara tersimpan sumber daya ikan dengan potensi sebesar 6.689,8 ton di wilayah pengelolaan selebar 4 mil laut dari potensi ini, pemerintah daerah telah menetapkan hanya 5.351,9 ton sebagai jumlah tangkapan yang diperbolehkan (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009).

Perairan Kabupaten Maluku Tenggara memiliki potensi sumber daya ikan pelagis kecil namun pengelolaannya belum menghasilkan manfaat yang optimal. Hal ini dapat diketahui dari sarana dan prasarana yang belum memadai berupa jumlah armada dan alat tangkap yang masih minim dengan usaha penangkapan yang masih bersifat tradisional. Di samping itu kualitas sumber daya manusia (nelayan) relatif masih rendah dalam mengelolah perikanan tangkap. Dengan melihat faktor-faktor tersebut diatas, ini menunjukan bahwa usaha penangkapan

yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara masih dapat digolongkan bersifat sederhana dan dalam skala usaha yang kecil.

Tahapary (2009) menyimpulkan bahwa potensi lestari maksimum ikan pelagis kecil kabupaten ini sebesar 22.089,6 ton /tahun dengan tingkat upaya penangkapan optimum (fopt) sebesar 18.953 hari pertahun. Secara umum perkembangan produksi, effort dan CPUE ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data produksi pada tahun 2005 – 2009, tingkat pemanfaatan aktual pelagis kecil di perairan Kabupaten Maluku Tenggara pada tahun 2009 masih di bawah tingkat MSY, yaitu sebesar 11.146.6 ton /tahun atau (55,5 %) dari potensi lestari maksimum.

4.1.2 Produksi perikanan tangkap

Produksi perikanan Kabupaten Maluku Tenggara masih didominasi oleh produksi perikanan laut dari kegiatan penangkapan. Jenis ikan pelagis kecil yang banyak didaratkan adalah layang, tongkol, selar, kembung, lemuru, julung, tembang dan teri, sedangkan jenis ikan pelagis besar adalah tenggiri, tuna dan cakalang; sementara itu jenis ikan demersal adalah ikan merah, kerapu, kakap, ekor kuning dan cucut (DKP Kabupaten Maluku Tenggara 2009).

Jumlah produksi hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang ada di Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 menunjukan volume yang bervariasi pada peningkatan produksi dari tahun ke tahun (Tabel 3). Jumlah produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 terlihat meningkat pada periode 3 (tiga) tahun berjalan yaitu tahun 2005 – 2007 namun kemudian menurun pada periode 2 (dua) tahun terakhir yaitu tahun 2008 – 2009. Produksi tertinggi terjadi pada ikan kembung yang meningkat dari 7.411,2 ton pada tahun 2005 menjadi 14.550,1 ton pada tahun 2007 namun kemudian menurun menjadi 8.200,4 ton pada tahun 2008 dan jatuh drastis menjadi 319,7 ton pada tahun 2009. Penurunan produksi ini disebabkan bukan karena produksi yang menurun tetapi karena adanya pemekaran wilayah pada Kabupaten Maluku Tenggara dimana Berdasarkan UU. No. 31, tanggal 10 Agustus 2007, tentang pemekaran Kota Tual. Wilayah Kabupaten Maluku Tenggara terjadi lagi pemekaran wilayah yaitu dengan wilayah pemekaran kota

Tual sehingga secara statistik produksi ikan tercatat hanya pada wilayah kabupaten.

Tabel 3 Perkembangan jumlah produksi ikan pelagis Kecil di Kabupaten Maluku Tenggara selama periode tahun 2005 – 2009.

Jenis ikan

Produksi ikan (ton)

2005 2006 2007 2008 2009 Layang Tongkol Selar Kembung Teri Tembang Julung Lemuru 6.102,4 652,4 723,0 7.411,2 377,0 322,7 141,1 352,0 10.260,6 478,8 994,2 13.470,8 829,1 693,1 403,8 772,2 10.684,6 3.753,0 1.048,1 14.550,1 866,7 724,0 422,0 807,1 646,7 349,1 706,9 8.200,4 660,6 524,0 255,0 408,0 671,2 510,2 735,0 319,7 665,0 637,5 260,0 450,8 Jumlah 16.081,8 27.902,6 32.855,6 11.750,7 4.249,4

Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)

4.1.3 Sarana perikanan tangkap

Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi di perairan Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode tahun 2005 – 2009 dapat dilihat pada (Tabel 4). Untuk perahu tanpa motor pada tahun 2005 sebanyak 1.833 unit dan meningkat pada tahun 2007 sebesar 2.108 unit dan menurun pada 2 (dua) periode tahun berikutnya sebanyak 1.416 unit pada tahun 2008 dan 1.538 unit tahun 2009. Motor tempel terjadi peningkatan pada tahun 2005 sebanyak 165 unit dan meningkat pada tahun 2009 sebesar 377 unit. Kapal motor pada tahun 2005 sebanyak 44 unit dan meningkat sebanyak 159 pada tahun 2007 dan menurun pada tahun 2009 sebesar 119 unit. Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya, secara keseluruhan fluktuasi jumlah kapal penangkapan di Kabupaten Maluku Tenggara dipengaruhi oleh pemekaran wilayah yang terjadi pada tahun 2008.

Tabel 4 Perkembangan jumlah kapal penangkap ikan di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009

Jenis armada

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor 1.833 165 44 1.833 165 31 2.108 172 159 1.416 254 124 1.538 377 119 Jumlah 2.042 2.029 2.439 1.794 2.034

Sumber : DKP Kab. Maluku Tenggara (2009)

4.1.4 Alat penangkapan ikan

Jumlah alat penangkapan ikan yang dioperasikan di perairan Kabupaten Maluku Tenggara dalam periode 2005 – 2009 dapat dilihat pada (Tabel 5). Jenis alat tangkap terbanyak adalah pancing. Jumlah pancing tonda pada tahun 2005 mencapai 543 unit namun berkurang menjadi 490 unit pada tahun 2006. Jumlah pancing ulur mencapai tertinggi pada tahun 2005 mencapai 485 unit dan terendah pad tahun 2008 mencapai 251 unit. Jumlah pancing tegak dengan jumlah tertinggi 480 dan terendah 302. Pada alat tangkap jaring, jaring insang hanyut merupakan jumlah terbanyak pada tahun 2005 sebanyak 362 unit dan terendah sebanyak 284 unit di tahun 2008, jaring insang tetap tahun 2009 dengan jumlah tertinggi 390 unit dan terendah 350 tahun 2007, kemudian diikuti jaring lingkar dengan jumlah tertinggi 357 unit dan terendah 325 unit di tahun 2009. Alat tangkap bubu pada tahun 2005 sebanyak 295 unit dan meningkat pada tahun 2009 sebanyak 323 unit. Sedangkan pukat cincin (purse seine mini) terbanyak pada tahun 2005 sebanyak 10 unit dan terjadi penurunan pada tahun 2008 – 2009 yang hanya sebanyak 8 unit. Penurunan secara drastis terlihat pada alat tangkap bagan perahu dan sero. Di mana untuk alat tangkap bagan perahu pada tahun 2005 sebanyak 87 unit dan menurun pada tahun 2008 yang hanya sebanyak 33 unit sedangkan pada alat tangkap sero pada tahun 2005 sebanyak 50 unit dan mengalami penurunan pada periode tahun 2008 - 2009 yang ada hanya sebanyak 4 unit.

Tabel 5 Perkembangan jumlah jenis alat tangkap ikan di Kabupaten Maluku Tenggara Tahun 2005 – 2009

Jenis Alat Tangkap

Tahun

2005 2006 2007 2008 2009

Pukat cincin Pukat tarik ikan Jaringinsang hanyut Jaring insang tetap Jaring lingkar Bagan perahu Pancing tonda Pancing ulur Pancing tegak Sero Bubu 10 134 364 362 352 87 543 485 480 50 295 10 120 365 352 349 96 490 466 488

Dokumen terkait