• Tidak ada hasil yang ditemukan

Krebs (1989) menyatakan bahwa ada 4 tipe informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data keanekaragaman jenis, yaitu jumlah jenis, jumlah individu tiap jenis, lokasi yang ditempati oleh individu setiap jenis dan lokasi yang ditempati oleh individu sebagai individu-individu yang terpisah. Jumlah jenis mamalia besar yang ditemukan di TNGC secara langsung dan tidak langsung (melalui suara, jejak kaki, sarang, kotoran yang ditinggalkan serta bekas makan mamalia besar) sebanyak 9 jenis dari 6 famili, yaitu Cercopithecidae (3 jenis) dan Lorisidae (1 jenis) yang termasuk ke dalam ordo Primata, Suidae (1 jenis) dan Cervidae (1 jenis) yang termasuk ke dalam ordo Artiodactyla serta Felidae (2 jenis) dan Viverridae (1 jenis) termasuk ke dalam ordo Carnivora. Jenis-jenis mamalia besar yang ditemukan di TNGC disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Jenis-jenis mamalia besar yang ditemukan di TNGC

Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Jumlah individu setiap tipe habitat HPin HDR HPeg HSub Kukang jawa Nycticebus

javanicus Lorisidae 0 0 4 0

Surili Presbytis aygula Cercopithecidae 0 0 32 0 Lutung budeng Trachypithecus

auratus Cercopithecidae 0 18 59 2

Monyet-ekor panjang

Macaca

fascicularis Cercopithecidae 0 191 2 0

Babi hutan Sus scrofa Suidae 0 0 2 0 Kijang muncak Muntiacus

muntjac Cervidae 0 0 1 0

Musang luwak Paradoxurus hermaphroditus Viverridae 0 0 0 0

Kucing hutan Prionailurus

bengalensis Felidae 0 0 0 0

Macan tutul Panthera pardus Felidae 0 0 0 1

Keterangan: HPin = Hutan Pinus, HDR = Hutan Dataran Rendah, HPeg = Hutan Pegunungan, HSub = Hutan Subalpin

Umumnya jumlah individu yang ditemukan berdasarkan perjumpaan langsung, diketahui bahwa jumlahnya lebih banyak pada hutan pegunungan. Hal ini dapat disebabkan jenis-jenis mamalia besar yang terdapat di TNGC telah beradaptasi dengan baik dengan kondisi habitat hutan pegunungan. Sebaliknya pada habitat hutan subalpin jumlah individu yang ditemukan jauh lebih sedikit.

26 Hal ini terkait dengan perubahan komposisi jenis mamalia besar dengan adanya peningkatan ketinggian tempat.

Keanekaragaman jenis mamalia besar dapat dikelompokkan ke dalam 3 tingkat trofik (pemilihan terhadap jenis makanannya), yaitu herbivora (makanan utama berupa tumbuhan bawah, daun serta buah), karnivora (makanan utama berupa daging) dan omnivora. Berdasarkan hal tersebut, terdapat 3 jenis yang merupakan satwa omnivora, yakni monyet-ekor panjang, kukang jawa dan babi hutan. Terdapat 2 jenis yang termasuk satwa karnivora, yakni kucing hutan dan macan tutul. Satwa herbivora sebanyak 4 jenis, yakni lutung budeng, surili, musang luwak dan kijang muncak. Untuk mamalia besar yang bersifat karnivora, yakni kucing hutan dan macan tutul. Jumlah jenis berdasarkan tingkat trofik disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Jumlah jenis mamalia besar berdasarkan tingkat trofik

Berdasarkan pengelompokkan jenis mamalia besar menurut tingkat trofik diketahui bahwa keseimbangan ekosistem pada mamalia besar masih tergolong baik. Hal ini diketahui berdasarkan jumlah jenis herbivora yang lebih banyak dari omnivora dan karnivora yang membentuk bentuk piramida. Apabila jumlah jenis karnivora lebih banyak dari jumlah jenis herbivora, maka jejaring makanan dalam ekosistem akan menjadi tidak seimbang. Noerdjito et al. (2005) menyatakan keseimbangan ekosistem telah diatur secara alami melalui mekanisme rangkaian penyediaan dan keseimbangan jejaring makanan.

27 Pada habitat hutan pinus tidak ditemukan satupun jenis mamalia besar secara langsung. Hal ini dapat disebabkan tidak tersedianya sumberdaya pakan bagi mamalia besar di habitat hutan pinus. Heriyanto & Iskandar (2004) menyatakan bahwa habitat yang baik diketahui dari tersedianya sumber pakan bagi satwaliar.

Jumlah jenis mamalia besar beserta jumlah individunya yang ditemukan dalam suatu kawasan akan berpengaruh terhadap nilai indeks kekayaan jenis Margalef. Toth & Kiss (1999) menyatakan bahwa peningkatan jumlah jenis akan menyebabkan nilai indeks Margalef semakin tinggi. Dikatakan lebih lanjut bahwa bila jumlah individu setiap jenis yang meningkat akan menyebabkan nilai indeks Margalef semakin menurun.

Dalam penghitungan terhadap keanekaragaman jenis mamalia besar di TNGC didapatkan nilai indeks kekayaan jenis Margalef berkisar antara nilai 0,19- 1,09 pada setiap tipe habitat. Untuk nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener berkisar antara 0,29-1,01. Nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis pada setiap tipe habitat disajikan pada Tabel 6. Secara lebih rinci, nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis disajikan pada Lampiran 22.

Tabel 6. Nilai indeks kekayaan jenis dan keanekaragaman jenis pada setiap tipe habitat

Tipe Habitat Indeks Kekayaan Jenis Indeks Keanekaragaman Jenis Hutan dataran rendah 0,19 0,29

Hutan pegunungan 1,09 1,01 Hutan subalpin 0,91 0,64

Seluruh habitat 1,04 1,00

Keanekaragaman jenis mamalia besar lebih tinggi pada habitat hutan pegunungan dibandingkan habitat lainnya. Hal ini disebabkan TNGC yang merupakan kawasan pegunungan yang lebih luas dari habitat lainnya. Zorenko & Leontyeva (2003) menyatakan bahwa faktor luasan mempengaruhi nilai indeks yang dimiliki. Soerianegara & Indrawan (2002) menambahkan bahwa ukuran contoh yang semakin besar menyebabkan jumlah jenis yang ditemukan bertambah.

Keanekaragaman jenis mamalia besar di TNGC tergolong rendah. Zorenko & Leontyeva (2003) pada keaneakaragaman jenis mamalia di Riga, didapatkan

28 nilai indeks kekayaan jenis Margalef yang bervariasi antara 0,58-4,43. Ditambahkan lebih lagi pada indeks kekayaan jenis Shannon-Wiener, keanekaragaman jenis dikatakan tinggi bila nilainya lebih dari 3,5 (Soerianegara 1996).

Tipe-tipe habitat yang terdapat di TNGC memiliki pengaruh yang nyata terhadap keanekaragaman jenis mamalia besar yang ditemukan. Berdasarkan uji khi-kuadrat, diketahui bahwa nilai uji khi-kuadrat hitung (χ²hitung) sebesar 443,09.

Nilai ini lebih besar dari khi-kuadrat tabel (χ²tabel 0,05;30) sebesar 43,77.

Keanekaragaman jenis mamalia besar yang rendah, dipengaruhi atas kondisi hutan di TNGC yang cenderung telah terganggu. Hal ini menyebabkan hanya jenis-jenis tertentu saja yang dapat bertahan dalam kondisi yang terganggu. Tobing (2002) menyatakan bahwa jenis-jenis yang dapat beradaptasi pada gangguan maka akan tetap lestari.

Jenis-jenis yang ditemukan umumnya adalah jenis-jenis yang dapat hidup pada habitat hutan sekunder atau hutan terganggu, antara lain surili, monyet-ekor panjang, kijang muncak dan babi hutan (Supriatna & Wahyono 2000; Payne et al. 2000;Farida et al. 2003).

Keanekaragaman jenis di suatu kawasan dipengaruhi oleh keanekaragaman dan kualitas habitat, keberadaan kompetitor dan gangguan dari aktivitas manusia yang berupa konversi hutan, pembakaran hutan serta (Sodhi 2004; Gunawan et al. 2005). Faktor gangguan merupakan faktor utama terhadap rendahnya keanekaragaman jenis mamalia besar pada TNGC. Gangguan-gangguan yang ditemukan pada TNGC, yaitu kebakaran hutan, konversi hutan menjadi lahan perkebunan serta perburuan liar. Banyaknya pendakian di Gunung Ciremai dapat juga menjadi faktor terganggunya satwaliar

Dokumen terkait