• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil perhitungan kebutuhan air di daerah irigasi Jatiluhur yang dirinci untuk setiap Musim Tanam (MT) dan masing-masing blok tersaji dalam Tabel 12, sedangkan untuk hasil perhitungan secara lebih detil dapat dilihat dalam Lampiran 15. Kebutuhan air tanaman (ETc) dan curah hujan efektif (RE) dihitung dengan bantuan program CropWat for Windows versi 8.0, sementara besarnya perkolasi (P) dan kebutuhan air selama

40 pengolahan tanah (Pd) dihitung berdasarkan tetapan nilai P dan Pd di daerah irigasi Jatiluhur yang tercantum di dalam SK Direksi PJT-II Nomor:1/420/KPTSA/ 2010 (Tabel 4 dan 5 pada halaman 24).

Tabel 12. Kebutuhan Air di Daerah Irigasi Jatiluhur

Selama periode MT Rendeng yang memakan waktu 135 hari, tanaman padi membutuhkan konsumsi air sebanyak 1.861,2 juta m3, sementara selama periode MT Gadu yang memakan waktu lebih singkat 15 hari daripada MT Rendeng, jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman padi sebanyak 1.697,5 juta m3. Pada periode MT Palawija yang hanya memakan waktu 60 hari, jumlah air yang dibutuhkan oleh ketiga jenis komoditi palawija yang ditanam yaitu jagung, kacang-kacangan dan cabai sebanyak 108,7 juta m3. Secara total, volume jumlah kebutuhan air tanaman selama satu tahun di daerah irigasi Jatiluhur sebanyak 3.667,3 juta m3.

Selain karena umur tanaman pada MT Rendeng yang lebih panjang, kebutuhan air tanaman (ETc) pada MT Rendeng yang lebih tinggi dibandingkan MT Gadu juga disebabkan karena nilai ETc hariannya yang lebih tinggi. Sebagai contoh (dalam Lampiran 15), nilai ETc harian pada lokasi golongan (blok) I saat MT Rendeng adalah sekitar 5,77 mm/hari saat fase awal tanam (initial stage), 5,84 mm/hari saat fase pertumbuhan (development stage), 5,81 mm/hari saat fase pembungaan (mid-season stage) dan 4,52 mm/hari saat fase pematangan (late season stage). Pada MT Gadu untuk lokasi golongan (blok) yang sama dan dengan urutan fase yang sama, berturut-turut nilai ETc hariannya adalah 4,38 mm/hari, 4,52 mm/hari, 5,47 mm/hari dan 5,95 mm/hari.

Nilai ETc merupakan hasil perkalian antara nilai koefisien tanaman (Kc) dengan nilai evapotranspirasi potensial yang dijadikan sebagai acuan (ET0). Besarnya nilai koefisien tanaman (Kc) yang digunakan dalam perhitungan adalah sama untuk MT

41 Rendeng maupun MT Gadu (mengacu dari Tabel 4 pada halaman 24). Dengan demikian, perbedaan nilai ETc ditentukan oleh perbedaan besarnya nilai ET0 pada periode MT Rendeng maupun MT Gadu. Nilai ET0 bulanan di daerah Pantura yang dihitung berdasarkan metode Penman-Monteith dengan program CropWat for Windows versi 8.0. disajikan dalam Tabel 13. Nilai ET0 harian pada Tabel 13 selama periode MT Rendeng (Oktober – April) lebih tinggi dibandingkan pada MT Gadu (Maret – Agustus) sehingga nilai ETc selama MT Rendeng juga lebih tinggi dibandingkan MT Gadu.

Tabel 13. Nilai Evapotranspirasi Potensial (ETo) Bulanan di Daerah Pantura

Bulan Suhu Udara Min. (°C) Suhu Udara Max. (°C) Kelembaban Udara (%) Kecepatan Angin (m/detik) Lama Penyinaran Matahari (jam) Radiasi (MJ/m²/hari) ETo (mm/hari) Januari 23,2 28,8 78 1,6 3,5 15,1 3,54 Februari 23,1 29,6 80 1,5 5,9 19 4,08 Maret 23,2 31,6 73 1,6 6 18,9 4,4 April 23,8 32 69 1,6 5,6 17,2 4,23 Mei 24,9 32,3 67 1,7 9,1 20,7 4,82 Juni 24,1 31,7 72 1,6 8,8 19,4 4,34 Juli 22,7 31,4 73 1,6 8,6 19,5 4,25 Agustus 23,3 32,5 68 1,7 9,6 22,4 5,02 September 24 33,4 67 1,7 9,9 24,4 5,63 Oktober 22,1 32,1 63 1,7 9,4 24,3 5,57 November 24,6 31,6 69 1,6 5,8 18,6 4,55 Desember 23,9 30,5 73 1,6 6,7 19,9 4,56 Rata-rata 23,6 31,5 71 1,6 7,4 19,9 4,58

Jumlah air yang hilang akibat proses perkolasi di daerah irigasi Jatiluhur adalah sebanyak 1.791,6 juta m3/tahun, yang terdistribusi sebanyak 896,3 juta m3 hilang saat MT padi rendeng, kemudian sebanyak 809,2 juta m3 hilang saat MT padi gadu dan 86,1 juta m3 saat MT palawija. Jumlah air yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah terhitung sebanyak 721,9 juta m3/tahun, dengan perincian sebanyak 336,1 juta m3 digunakan saat MT padi rendeng, kemudian sebanyak 325,6 juta m3 dibutuhkan saat MT padi gadu dan 60,1 juta m3 terpakai saat MT palawija.

Jumlah curah hujan efektif di daerah irigasi Jatiluhur selama satu tahun sebesar 2.629,8 juta m3, yaitu sebanyak 1.963,4 juta m3 selama MT padi rendeng, sebanyak 653,6 juta m3 selama MT padi gadu dan 12,8 juta m3 selama MT palawija. Sejalan dengan kondisi tersebut, jumlah air irigasi yang dibutuhkan untuk lahan pertanian di daerah irigasi Jatiluhur saat MT padi rendeng hanya sebesar 1.376,9 juta m3, kemudian meningkat menjadi 2.178,7 juta m3 selama MT padi gadu dan sebanyak 242,0 juta m3 selama MT palawija. Total jumlah air irigasi yang dibutuhkan untuk mengairi seluruh lahan pertanian di daerah irigasi Jatiluhur adalah sebanyak 3.797,7 juta m3/tahun.

42 Siklus kebutuhan air di daerah irigasi Jatiluhur secara temporal dalam setahun dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Kebutuhan Air di Daerah Irigasi Jatiluhur

Pada Gambar 15 terlihat bahwa tanaman padi banyak membutuhkan air, terutama saat memasuki fase mid-season. Fase ini terjadi pada dekade ketiga bulan Desember saat MT padi rendeng dan pada dekade ketiga bulan Mei saat MT padi gadu. Tanaman jagung, kacang-kacangan dan cabai yang ditanam saat MT palawija pada bulan Juli dan Agustus tidak membutuhkan terlalu banyak air. Selain karena luas areal tanamnya yang relatif kecil, jenis tanaman palawija juga memiliki nilai koefisien tanaman (Kc) yang lebih rendah dibandingkan tanaman padi.

Dari Gambar 15 juga diketahui bahwa memasuki periode dekade kedua bulan Maret hingga dekade pertama bulan Agustus, kebutuhan air irigasi (IR) di daerah irigasi Jatiluhur mencapai nilai >100 juta m3/dekade guna mengimbangi menurunnya jumlah curah hujan efektif (RE) di daerah Pantura pada periode ini. Pada bulan Januari dan Februari lahan irigasi Jatiluhur tidak membutuhkan pasokan air irigasi karena masih tercukupi dengan tingginya curah hujan di daerah Pantura, sedangkan pada bulan September air irigasi juga tidak diperlukan karena PJT-II menetapkan bahwa selama bulan September merupakan masa pengeringan jaringan irigasi sehingga tidak ada lahan yang ditanami dan diberikan pasokan air irigasi pada bulan tersebut.

Penetapan bulan September sebagai masa pengeringan jaringan irigasi juga dinilai sudah sangat tepat jika ditinjau dari tujuan penghematan dan efisiensi pemberian air irigasi, karena berdasarkan nilai ET0 pada Tabel 13 juga menunjukkan bahwa bulan September

43 merupakan bulan yang paling tinggi nilai ET0-nya. Jika pada bulan September dijadwalkan untuk memberikan pasokan air irigasi, dengan asumsi luasan dan periode MT yang sama maka besarnya kebutuhan irigasi pada bulan September merupakan yang tertinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya.

Dokumen terkait