• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.6 Analisis Kesesuaian Lahan

6.2.2 Kebutuhan pemangku Kepentingan

Hasil wawancara terhadap semua pemangku kepentingan (stakeholders), baik di Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang terhadap pengelolaan rawa lebak secara berkelanjutan pada masa yang akan datang yang didasarkan atas jenis tanaman yang telah diusahakan saat ini, maka diperoleh beberapa kebutuhan yang perlu mendapatkan perhatian. Kebutuhan tersebut, dikelompokkan berdasarkan jenis tanaman, maka didapatkan masing-masing untuk tanaman padi, yaitu diperlukan: (1) jenis padi unggul, (2) peningkatan indeks pertanaman padi, (3) pemupukan rasional, (4) pemeliharaan yang intensif, (5) peningkatan peran lembaga penyuluhan pertanian, dan (6) teknis budidaya konservasi rawa lebak; untuk tanaman karet, yaitu diperlukan: (1) peremajaan tanaman, (2) penggunaan jenis yang unggul, (3) teknologi pengolahan yang memadai, dan (4) pemelihaaran yang intensif; dan untuk tanaman kelapa sawit, yaitu diperlukan: (1) keterpaduan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah, (2) penegakkan penerapan tataruang sektor pertanian, (3) perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana (jalan, air, listrik), (4) industri pengolahan, dan (5) dukungan lembaga riset dan perguruan tinggi. Selanjutnya dari ketiga kebutuhan pemangku kepentingan untuk masing-masing komoditas, dilakukan penggabungan dan penyederhanaan terhadap kebutuhan yang relatif sejenis. Tabel 48, menunjukkan kebutuhan para pemangku kepentingan terhadap tiga komoditas yang diusahakan oleh masyarakat di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang.

Tabel 48 Penggabungan dan penyederhanaan kebutuhan para pemangku kepentingan

No Kebutuhan pemangku kepentingan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Diperlukan adanya keterpaduan kebijakan pusat dan daerah Penegakan penerapan tataruang sektor pertanian

Diperlukan adanya dukungan lembaga riset dan PT Diperlukan teknis budidaya konservasi rawa lebak Perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana Penggunaan jenis unggul spesifik lokasi

Peningkatan indeks pertanaman dan pola tanam padi berdasarkan kondisi setempat

Pemupukan yang rasional Pemeliharaan yang intensif

Diperlukan peningkatan peran lembaga penyuluhan pertanian Teknologi pengolahan yang memadai

Industri pengolahan

Dari hasil penggabungan dan penyederhanaan Tabel 47, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 12 kebutuhan para pemangku kepentingan terhadap pengelolaan rawa lebak. Selanjutnya untuk memperolah kebutuhan yang paling penting (faktor penting) dari 12 kebutuhan stakeholders tersebut, dilakukan analisis prospektif. Hasil analisis Gambar 25 menunjukkan bahwa kebutuhan- kebutuhan stakeholders yang perlu diperhatikan dalam rangka untuk perbaikan pengelolaan rawa lebak baik di Desa Sungai Ambangah maupun Pasak Piang di masa yang akan datang, terdiri dari (1) pemeliharaan yang intensif, (2) peningkatan indeks pertanaman dan pola tanam padi, (3) teknis budidaya konservasi, (4) keterpaduan kebijakan antara pusat dan daerah, (5) penegakkan penerapan tataruang sektor pertanian, (6) pemupukan rasional, (7) dukungan lembaga riset dan PT, (8) teknologi pengolahan yang memadai, (9) peningkatan peran lembaga penyuluhan pertanian, dan (10) penggunaan jenis unggul.

Gambar 25 Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengungkit berdasarkan analisis kebutuhan stakeholders di Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang

6.2.3 Faktor penting untuk keberlanjutan pengelolaan rawa lebak

Untuk mengembangkan model pengelolaan rawa lebak berkelanjutan pada masa yang akan datang, maka dilakukan penggambungan antara faktor- faktor penting/pengungkit yang telah didapatkan dari hasil analisis keberlanjutan

Keterpaduan kebijakan pusat dan daerah

Penegakan penerapan tataruang Dukungan lembaga riset dan PT Teknis budidaya konservasi RL Peningkatan sarana dan prasarana Penggunaan jenis unggul Peningkatan IP padi Pemupukan rasional Pemeliharaan yang intensif Peran lembaga penyuluhan pertanian Teknologi pengolahan yg memadai Indutri pengolahan - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 P e n g a ru h Ketergantungan

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

Rap-Lebak yang menggambarkan kondisi saat ini (eksisting) terhadap Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang, dan hasil analisis kebutuhan pemangku kepentingan (stakeholders) yang menggambarkan kondisi yang diharapkan pada masa yang akan datang. Hasil gabungan yang dilakukan antara hasil analisis keberlanjutan dan analisis pemangku kepentingan diperoleh masing-masing, yaitu 23 faktor penting/pengungkit untuk Desa Sungai Ambangah, dan 23 faktor penting/pengungkit untuk Desa Pasak Piang. Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 49.

Tabel 49 Faktor-faktor penting/pengungkit dari hasil analisis keberlanjutan dan analisis pemangku kepentingan berdasarkan bobotnya

Desa Faktor-faktor penting/pengungkit

Analisis keberlanjutan Analisis kebutuhan pemangku kepentingan Sungai

Ambangah

1 ketersediaan modal usahatani

2 jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu 3 harga produk usahani

4 ketersediaan sarana produksi 5 keuntungan usahatani 6 produksi usahtani

7 ketersediaan kembaga keuangan mikro

8 RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian 9 pengendalian gulma

10 periode tergenang 11 jumlah rumah tangga petani 12 pemupukan

Pasak Piang

1 peran adat dalam kegiatan pertanian 2 harga produk usatahi

3 RT petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian

4 pola hubungan masyarakat dalam usahatani 5 ketersediaan sarana produksi

6 kandungan bahan organik tanah 7 produktivitas lahan

8 keuntungan usahatani 9 efesiensi ekonomi 10 periode tergenang

11 tingkat pendidikan formal petani 12 ketersediaan lembaga keuangan mikro

1 keterpaduan kebijakan pusat dan daerah 2 penegakan penerapan tataruang sektor

pertanian

3 dukungan lembaga riset dan PT 4 perbaikan teknis budidaya konservasi

rawa lebak lokal

5 perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana

6 penggunaan jenis unggul spesifik lokasi 7 peningkatan indeks pertanaman dan pola

tanam padi berdasarkan kondisi setempat

8 pemupukan yang rasional 9 pemeliharaan yang intensif

10 peningkatan peran lembaga penyuluhan pertanian

Selanjutnya, faktor penting/pengungkit Tabel 49 di atas, terlebih dahulu dilakukan penggabungan antara faktor penting hasil analisis keberlanjutan dan hasil analisis kebutuhan pemangku kepentingan untuk masing-masing desa. Selain dilakukan penggabungan, juga dilakukan strukturisasi berdasarkan bobot masing-masing faktor penting tersebut. Hal itu dilakukan agar diketahui urutan prioritas dari masing-masing faktor penting/pengungkit tersebut. Hasil selengkapnya sebagaimana disajikan pada Tabel 50.

Tabel 50 Penyederhanaan/penggabungan faktor-faktor penting berdasarkan prioritas untuk Desa Sungai Ambangah dan Pasak Piang

No Penyederhaan/penggabungan faktor-faktor penting

Sungai Ambangah Pasak Piang

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

ketersediaan modal usahatani (3,77)

jumlah alat pemberantasan jasad pengganggu (3,05)

harga produk usahani (1,58) pemeliharaan yang intensif (1,43)

peningkatan IP dan pola tanam padi berdasarkan kondisi setempat (1,42)

perbaikan teknis budidaya konservasi RL lokal (1,31)

keterpaduan kebijakan pusat - daerah (1,25) penegakan penerapan tataruang sektor pertanian (1,21)

jumlah rumah tangga petani (0,96) dukungan lembaga riset dan PT (0,95) industri pengolahan (0,94)

pemupukan yang rasional (0,91)

peningkatan peran lembaga penyuluhan pertanian (0,73)

periode tergenang (0,72) pengendalian gulma (0,66)

penggunaan jenis unggul spesifik lokasi (0,61) perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana (0,39)

rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian (0,38)

ketersediaan kembaga keuangan mikro (0,22) keuntungan usahatani (0,21)

produksi usahtani (0,19)

1 keuntungan usahatani (1,74)

2 kandungan bahan organik tanah(1,55) 3 pola hubungan masyarakat dlm usahatani

(1,46)

4 pemeliharaan yang intensif (1,43) 5 peningkatan IP dan pola tanam padi

berdasarkan kondisi setempat (1,42) 6 peran adat dalam kegiatan pertanian (1,32) 7 perbaikan teknis budidaya konservasi rawa

lebak (1,31)

8 keterpaduan kebijakan pusat dan daerah (1,25)

9 penegakan penerapan tataruang sektor pertanian (1,21)

10 harga produk usatahi (1,20)

11 rumah tangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian (1,02)

12 dukungan lembaga riset dan PT (0,95) 13 industri pengolahan (0,94)

14 ketersediaan lembaga keuangan mikro (0,93) 15 produktivitas lahan (0,92)

16 pemupukan yang rasional (0,91) 17 tingkat pendidikan formal petani (0,90) 18 periode tergenang (0,82)

19 perbaikan dan peningkatan sarana dan prasarana (0,77)

20 efesiensi ekonomi (0,75)

21 peningkatan peran lembaga penyuluhan pertanian (0,73)

22 penggunaan jenis unggul spesifik lokasi (0,61) Hasil penyederhaan/penggabungan di atas, diperoleh 21 faktor penting untuk Desa Sungai Ambangah dan 22 faktor penting untuk Desa Pasak Piang (Tabel 50). Selanjutnya dari faktor-faktor penting dimasing-masing desa tersebut, dilakukan analisis prospektif untuk mendapatkan faktor-faktor penting yang selanjutnya akan dijadikan sebagai faktor penyusun skenario untuk mendisain model pengelolaan rawa lebak berkelanjutan pada masa akan datang.

Gambar 26 Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengungkit hasil analisis

leverage dan pemangku kepentingan di Desa Sungai Ambangah Hasil analisis prospektif berupa matriks pengelompokkan empat kuadran untuk Desa Sungai Ambangah Gambar 26, dapat diidentifikasi pengaruh dan ketergantungan faktor-faktor dalam upaya pengelolaan rawa lebak berkelanjutan. Kuadran I (kiri atas) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Pada kuadran ini terdiri dari sebelas faktor; yaitu (1) keuntungan usahatani, (2) rumahtangga yang mengikuti penyuluhan pertanian, (3) ketersediaan modal usahatani, (4) peningkatan indeks pertanaman padi, (5) pengendalian gulma, (6) pemupukan yang rasional, (7) harga produk usahatani, (8) dukungan lembaga riset dan PT, (9) ketersediaan lembaga keuangan mikro, (10) lembaga penyuluh pertanian, dan (11) produksi usahatani. Kesebelas faktor pada kuadran I merupakan variabel penentu yang digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran II (kanan atas) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja sistem namun mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel penghubung (stake) di dalam sistem. Hasil analisis menunjukkan, faktor dengan pengaruh kuat dan dengan ketergantungan yang tinggi tidak ditemui. Kuadran III (kanan bawah) merupakan kelompok faktor yang memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi

Harga produk usahatani

Ketersediaan modal usahatani Rumah tangga petani

yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian

Keuntungan usahatani

Produksi usahatani

Jumlah rumah tangga petani Periode tergenang Pengendalian gulma Ketersediaan lembaga keuangan mikro Teknis budidaya konservasi RL Lembaga penyuluh pertanian Peningkatan indeks pertanaman padi Dukungan lembaga riset dan PT Pemeliharaan yang intensif Penggunaan jenis unggul spesifik Perbaikan sarana dan

prasarana Industri pengolahan Pemupukan yang rasional Penerapan tataruang sektor pertanian Alat pemberantasan jasad pengganggu Keterpaduan kebijakan - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 - 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 P e n g a ru h Ketergantungan

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel terkait (output) di dalam sistem. Kuadran ini hanya terdapat satu faktor, yaitu faktor keterpaduan kebijakan. Kuadran IV (kiri bawah) merupakan kelompok faktor yang memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari sembilan faktor, yaitu (1) jumlah rumahtangga petani, (2) periode tergenang, (3) alat pemberantasan jasad pengganggu, (4) industri pengolahan, (5) perbaikan sarana dan prasana, (6) teknis budidaya konservasi rawa lebak, (7) pemeliharaan yang intensif, (8) penggunaan jenis unggul, dan (9) penerapan tataruang sektor pertanian.

Berdasarkan hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor Gambar 26 di atas, dari 21 faktor kunci yang teridentifikasi didapatkan sebelas faktor yang mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan faktor yang rendah. Kesebelas faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat kondisi (state) yang mungkin terjadi di masa depan untuk pengelolaan rawa lebak berkelanjutan di Desa Sungai Ambangah.

Gambar 27 Pengaruh dan ketergantungan antar faktor pengungkit hasil analisis

leverage dan pemangku kepentingan di Desa Pasak Piang

Hasil analisis prospektif berupa matriks pengelompokkan empat kuadran untuk Desa Pasak Piang Gambar 27, juga dapat diidentifikasi pengaruh dan ketergantungan faktor-faktor dalam upaya pengelolaan rawa lebak berkelanjutan. Kuadran I (kiri atas) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Pada kuadran ini terdiri atas tujuh faktor; yaitu (1) dukungan lembaga riset dan PT, (2) peran adat dalam kegiatan pertanian, (3) pola hubungan masyarakat dalam usaha pertanian, (4) perode tergenang, (5) harga produk usahatani, (6) produktivitas lahan, dan (7) keuntungan usahatani. Ketujuh faktor pada kuadran I, merupakan variabel penentu yang digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran II (kanan atas) merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh kuat terhadap kinerja sistem namun mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel penghubung (stake) di dalam sistem. Pada kuadran ini terdiri atas lima faktor, yaitu (1) lembaga penyuluh pertanian, (2) efesiensi ekonomi, (3) ketersediaan lembaga keuangan mikro, (4) perbaikan sarana dan prasarana, dan (5) rumahtangga petani yang pernah mengikuti penyuluhan pertanian. Kuadran III (kanan bawah) merupakan kelompok faktor

Harga produk usahatani Pola hubungan masyarakat dalam usaha pertanian Keuntungan usahatani Peran adat dalam

kegiatan pertanian

Tingkat pendidikan formal petani

Rumah tangga petani yg pernah mengikuti penyuluhan pertanian Periode tergenang Produktivitas lahan Dukungan lembaga riset dan PT Ketersediaan lembaga keuangan mikro Efesiensi ekonomi Lembaga penyuluh pertanian Peningkatan indeks pertanaman padi Pemeilharaan yang intensif Kandungan bahan organik tanah Pengunaan jenis unggul Perbaikan sarana dan

prasarana

Industri pengolahan Pemupukan yang rasional

Penerapan tataruang sektor pertanian Teknis budidaya

konservasi RL Keterpaduan kebijakan - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 - 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 P enga ruh Ketergantungan

Gambaran Tingkat Kepentingan Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Sistem yang Dikaji

yang memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga digunakan sebagai variabel terkait (output) di dalam sistem. Kuadran ini terdapat empat faktor, yaitu (1) pemeliharaan yang intensif, (2) penggunaan jenis unggul, (3) penerapan tataruang sektor pertanian, dan (4) keterpaduan kebijakan. Kuadran IV (kiri bawah) merupakan kelompok faktor yang memiliki pengaruh lemah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri atas enam faktor, yaitu (1) tingkat pendidikan formal petani, (2) peningkatan indeks pertanaman, (3) industri pengolahan, (4) teknis budidaya konservasi, (5) pemupukan yang rasional, dan (6) kandungan bahan organik tanah.

Berdasarkan hasil penilaian pengaruh langsung antar faktor Gambar 27 di atas, dari 22 faktor kunci yang teridentifikasi didapatkan tujuh faktor yang mempunyai pengaruh kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan faktor yang rendah. Dan lima faktor yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar factor. Keduabelas faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat kondisi (state) yang mungkin terjadi di masa depan untuk pengelolaan rawa lebak berkelanjutan di Desa Pasak Piang.

Dokumen terkait