• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. DASAR TEORI

C. KEBUTUHAN MANUSIA

2. Kebutuhan Rasa Aman

Dari hasil wawancara dapat kita lihat bahwa subjek Rn dan subjek Rd

merasa lebih bebas pada saat menjalin hubungan dengan waria sedangkan

subjek Ags merasa kurang bebas saat menjalin hubungan dengan waria. Pada

waktu subjek Rn pacaran dengan perempuan ia merasa tidak bebas karena

pacarnya banyak permintaan. Selain itu, menurut subjek Rn pacaran dengan

perempuan resikonya lebih besar dibandingkan dengan waria karena perempuan

bisa hamil sedangkan waria tidak. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Kalau ini pribadi saya lho mbak, kalau ma perempuan itu resikonya lebih besar.” (W1.S1.KRA1.N31.Brs 112-115)

” Ya ini misalnya ya mbak, kalau saya pacaran sama perempuan pertama kenal berani pegang-pegangan tangan, kedua pegang paha terus berani ciuman. Lha lama kelamaan malah keterusan mbak, kan lama -lama bisa hamil juga he..he.. ” (W1.S1.KRA1.N33.Brs 120-130)

Subjek Rd juga merasa lebih bebas menjalin hubungan dengan waria

karena pacar subjek yang dulu terlalu cemburu dan sering melarang subjek jika

akan pergi. Selain itu, pacar yang dulu egois dan tid ak pernah mau mengerti

subjek. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Aku dah gak tahan aja mbak, masa cuma suruh ngalah terus, lagian dia gak pernah ngertiin saya kalau sama -sama sih gak papa. Saya yang suruh ngertiin dia terus tapi dia gak pernah mau ngertiin saya. Cemburunya tu lho mbak minta ampun, padahal dia seenaknya aja kalau pergi ama temennya cowok coba kalau saya yang pergi pasti gak boleh.” (W2.S2.KRA1.N18.Brs 76-89)

Subjek Rd merasa lebih bebas tinggal dengan waria karena kalau

sampai keluarganya mengetahui subjek Rd menjalin hubungan dengan waria

pasti keluarganya akan marah Maka subjek memutuskan untuk mengontrak

rumah sendiri dan tinggal bersama waria. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataannya,

” Ya kan saya lebih bebas mbak lagian kalau keluarga saya tahu saya jalan ama waria pasti dimarahi. Makanya saya memutuskan untuk kontrak rumah sama pacar saya.” (W2.S2.KRA1.N44.Brs 266-273)

Berbeda dengan subjek Ags, ia merasa terkekang ketika menjalin

hubungan dengan waria karena ia tidak boleh menjalin relasi dengan

perempuan lain ataupun teman waria yang lain. Meskipun begitu subjek Ags

tidak begitu mempermasalahkan karena kehidupan sehari- hari dengan waria

juga senang dan tidak ada beban. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Ya emang dulu pernah bilang kalau kamu emang bener-bener sayang ma aku kamu gak boleh main ma perempuan terus yang kedua gak boleh mengkhianati pacar saya

walaupun sama waria pokoknya gak boleh selain ma pacar saya.”

(W3.S3.KRA1.N91.Brs 384-393)

Pernyataan lain,

” Ya karena suka itu tapi hidup sehari itu senang, gak ada beban.” (W3.S3.KRA1.N105.Brs 462-464)

Bagi pacar subjek Ags, kejujuran dan kesetiaan adalah hal yang

penting. Dia tidak ingin subjek Ags berselingkuh dengan perempuan lain

ataupun dengan sesama waria. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

Ya timbul kecocokan aja, ya dalam hal kejujuran, kesetiaan. Lain halnya dengan perempuan, kalau waria itu cemburunya lebih besar, kasih sayangnya lebih besar, feelingnya lebih besar. Kalau misalnya dia maen sama orang lain, saya pergi terus saya pulang gitu saya terasa mbak feeling saya tetap tau ya mungkin dari bau badannya dia, walaupun dia udah mandi pakai parfum tapi feeling saya gak bisa ditipu.” (War3.KRA1.N55.Brs 313-328 )

Sedangkan pada saat subjek Ags menjalin hubungan dengan pacarnya

yang dulu ia merasa lebih bebas. Pacarnya tidak pernah melarang subjek Ags

melakukan sesuatu, bahkan subjek boleh suka dengan perempuan lain asalkan

pacarnya tidak mengetahui. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Bebas yang penting kita kan bikin kesepakatan kamu boleh suka ama mereka yang kamu suka asal jangan kelihatan depan mata kita.” (W3.S3.KRA1.N99.Brs 425-430)

ii.Keteraturan

Sejak tinggal dengan waria kehidupan ketiga subjek menjadi lebih

teratur dari sebelumnya. Subjek Rn yang awalnya kurang teratur dalam

memenuhi kebutuhan makan sehari- hari sekarang menjadi lebih teratur Selain

itu, sejak tinggal bersama waria sekarang kehidupan subjek Rn ada yang

mengatur sehingga bisa lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataannya,

” Tapi kan paling penghasilan saya juga berapa mbak, belum buat biaya anak saya. Jadi biasanya ya lebih banyakan dia yang ngeluarin duit makan. Yang jelas sejak saya tinggal ma Hana hidup saya jadi lebih teratur.” (W1.S1.KRA2.N69.Brs 366-375)

Pernyataan lain,

” Ya paling gak sekarang hidup saya juga dah agak mendingan gak kayak dulu lagi. Saya bisa makan dengan teratur dan tinggal di tempat yang layak.” (W1.S1.KRA2.N89.Brs 507-513)

Sejak menjalin hubungan dengan waria, subjek Rd juga merasa

hidupnya menjadi lebih teratur. Sekarang, waria yang mengurus semua

keperluan subjek. Sebelumnya subjek Rd harus mengatur keperluannya sendiri.

Sewaktu ibunya masih hidup ibu subjeklah yang biasa mengurus keperluan

subjek Rd. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Ya bisa dibilang teratur mbak, karena dia mau ngurusin semua keperluan saya.” (W2.S2.KRA2.N84.Brs 503-506)

Pernyataan lain,

” Sebelumnya saya apa-apa sendiri mbak, sekarang saya seneng juga ada yang ngurusin. Mungkin kalau ibu saya masih ada beda biasanya ibu yang ngurusin kebutuhan saya kan sekarang saya cuma ma bapak saya.” (W2.S2.KRA2.N86.Brs 510-518)

Begitu juga dengan subjek Ags, ia merasa hidupnya lebih teratur

setelah me njalin hubungan dengan waria. Subjek merasa lebih tenang, nyaman

dan teratur karena meskipun subjek Ags tidak bekerja semua kebutuhannya

telah dipenuhi oleh waria. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” ...mendingan saya hidup sama waria tapi yang penting saya tenang, lebih nyaman dan lebih teratur.” (W3.S3.KRA2.N101.Brs 441-445)

iii. Jaminan Finansial

Selama menjalin hubungan dengan waria subjek Rn dan Ags merasa

terjamin secara finansial karena semua kebut uhan dipenuhi oleh waria dari

makan, tempat tinggal dan kebutuhan subjek yang lain. Berbeda dengan subjek

Rd yang selama ini justru memenuhi semua kebutuhan waria.

Penghasilan subjek Rn sebagai kernet bus kota tidak cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari- hari keluarganya dan untuk biaya sekolah anaknya belum lagi

untuk biaya hidup subjek Rn sendiri di Jogja. Sejak subjek Rn menjalin

hubungan dengan waria semua kebutuhannya dipenuhi dan dijamin oleh waria

bahkan biaya sekolah anaknya juga sering dibantu oleh waria. Tidak hanya itu

saja bahkan waria yang selama ini selalu membantu keuangan subjek Rn. Hal

ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Ya selama ini tuh Hana baik banget mbak ma aku, dia juga selalu bantu aku nek aku pas ada masalah atau kesulitan uang. Ya maklum mbak saya kan cuma kernet bus kota, paling-paling penghasilan saya cuma berapa. Belum buat bayar kos, buat makan ma biaya sekolah anak-anak saya mbak.” (W1.S1.KRA3.N51.Brs 226-239)

Pernyataan lain,

” Istri saya juga jualan mbak di desa, mungkin kalau cuma untuk makan seadanya saja ya dicukup-cukupin. Saya biasanya cuma ngasih untuk biaya sekolah saja itu aja juga kadang kurang mbak, makanya pacar saya itu yang sering bantu.” (W1.S1.KRA3.N55.Brs 250-260)

Subjek Rn juga merasa senang menjalin hubungan dengan waria

karena tidak banyak permintaan berbeda ketika ia menjalin hubungan dengan

perempuan yang terlalu banyak permintaan sehingga menambah masalah

keuangan subjek Rn. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Lagian enaknya kalau pacaran ma waria itu gak banyak permintaan mbak. Beda kalau ma cewek udah banyak ribut terus minta inilah itulah kan boros juga mbak he..he... kalau saya banyak duit sih gakpapa mbak.” (W1.S1.KRA3.N35.Brs 146-155)

Begitu juga yang dialami oleh subjek Ags, sejak tinggal bersama waria

kondisi keuangan subjek Ags jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Ketika

subjek Ags tinggal di rumah, keluarganya selalu mengalami masalah keuangan.

Selama ini subjek Ags tidak bekerja dan waria yang bekerja setiap harinya.

Meskipun tidak bekerja tetapi subjek Ags yang biasa mengelola keuangan

setiap hari, maka setiap kali waria pergi bekerja uangnya diberikan kepada

subjek. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Emm...kalau masalah keuangan emang jujur ya enakan sekarang ama dulu walaupun bukan saya yang mencari uang. Tapi dia walaupun Amanda yang cari setiap hari setiap malam dia dapat uang berapapun pasti diserahin ke aku. Jadi aku setiap harinya aku yang mengatur keuangan.” (W3.S3.KRA3.N124.Brs 566-577)

Pernyataan subjek Ags didukung oleh pacarnya yang menyatakan

bahwa selama ini subjek Ags yang mengatur keuangan. Hal ini dapat dilihat

dari pernyataannya,

” Si Agus mbak yang ngatur keuangan. Masalahnya dia pertama juga gak bisa cuma saya yang ngajarin. Karena pada saat jika saya suatu saat meninggalkan dia, saya harus sudah bisa membuat dia mandiri, jangan sampai dia gak punya pegangan atau pengetahuan. Yang penting maksud saya biar dia bisa mandiri.” (War3.KRA3.N79.Brs 518-519 dan N83.Brs 528-538 )

Setiap hari subjek Ags hanya diam di rumah dan tidak bekerja tetapi

semua kebutuhannya sudah dipenuhi oleh waria dari rokok, makan dan segala

macam. Selama ini waria juga sangat baik dengan keluarga subjek Ags karena

waria juga sering membantu keluarga subjek walaupun tidak berbentuk uang

tetapi waria membelikan pakaian untuk bapak dan kakak-kakak subjek. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataannya,

” Gak kerja mbak, jadi saya sehari-hari diam di rumah dari makan, rokok segala macam dikasih sama pacar saya.” (W3.S3.KRA3.N45.Brs 160-164)

Pernyataan lain,

” Ya selama disini itu yang membantu bukan saya tapi pacar saya sendiri membantu keluarga saya. Ya tidak berbentuk uang sih tapi kalau setiap saya pulang selalu bawa oleh-oleh ya pakaian untuk orang tua saya untuk kakak-kakak saya. (W3.S3.KRA3.N132.Brs 610-619)

Berbeda dengan subjek Rd, sejak ia menjalin hubungan dengan waria

pengeluarannya semakin bertambah. Subjek harus menanggung biaya makan

berdua dan membayar rumah kontrakan yang sekarang ia tempati bersama

waria. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Yang pasti pengeluaran saya bertambah mbak liat aja perincan saya tadi. Sekarang kan saya harus bayar rumah dan makan sendiri. Kalau dibandingkan dulu sih pasti lebih banyak sekarang pengeluarannya. Sama aja kan uang itu untuk biaya hidup kami berdua mbak.” (W2.S2.KRA3.N100.Brs 591-602)

Bagi subjek Rd hal ini tidak menjadi masalah karena selama ini waria

juga selalu melayaninya dengan baik dan mengurus semua keperluannya. Selain

itu subjek juga senang karena waria tidak pernah minta macam- macam kepada

subjek paling hanya kebutuhan untuk make up itu saja tidak seberapa. Berbeda

dengan pacar subjek yang dulu, ia terlalu materialistik karena semua yang dia

inginkan harus dituruti meskipun kadang subjek tidak memiliki uang. Hal ini

dapat dilihat dari pernyataannya,

” Selain itu, kadang pacar saya juga gak mau ngerti saya punya duit gak yang penting kalau dia minta apa-apa saya harus nurutin. Kan orang juga gak mesti kan mbak, iya kalau saya pas ada uang kalau gak.” (W2.S2.KRA3.N20.Brs 114-122)

Pernyataan lain,

” Ya mau gimana lagi mbak, uang bukan masalah bagi saya yang penting kan saya seneng. Udah saya niatin kok mbak, kalau gak dah dari dulu saya putus sama Upik buktinya saya udah 11 tahun mbak hidup bareng.” (W2.S2.KRA3.N102.Brs 606-614)

iv. Gambaran Relasi dengan Keluarga

Ketiga subjek memiliki hubungan yang berbeda-beda dengan

keluarganya, subjek Rn sering ribut dengan istrinya sedangkan subjek Rd dan

Ags jarang bertengkar dengan keluarganya. Selama ini hubungan subjek Rn

dengan istrinya kurang harmonis karena setiap bertemu mereka selalu ribut.

Subjek Rn tidak senang karena istrinya terlalu banyak bicara dan banyak

menuntut kepada subjek. Ketika istri subjek mengetahui hubungan subjek Rn

dengan waria, hubungan mereka semakin jauh. Subjek Rn semakin merasa

tidak aman berada di dekat istrinya karena sekarang istrinya sudah tidak peduli

lagi dengan dirinya. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Habisnya saya bosen mbak setia p kali ketemu istri saya cuma ribut aja. Dia tuh cerewet banget. Lagian istri saya itu banyak tuntutan, jadi males mbak.” (W1.S1.KRA4.N27.Brs 98-104)

Pernyataan lain,

” Ya gimana lagi mbak, istri saya juga udah tahu kok kan saya pernah ngajak Hana ke rumah orang tua saya. (W1.S1.KRA4.N39.Brs 172-176)

” Istri saya sih pertama marah tapi aku tetep aja ngeyel akhirnya dia luweh-luweh ma aku. Dia juga gak mau urusan lagi ma saya.” (W1.S1.KRA4.N41.Brs 179-184)

Berbeda dengan subjek Rd, sebelum menjalin hubungan dengan waria

hubungan subjek dengan keluarganya baik walaupun kurang ada komunikasi

tetapi mereka tidak pernah bertengkar. Hal ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Walaupun selama ini kami kurang komunikasi antara satu dengan yang lain tapi hubungan kami tetap baik. Paling ngomong tapi seperlunya aja. Selama ini saya dan adik-adik saya juga gak pernah bertengkar.” (W2.S2.KRA4.N104.Brs 619 -627)

Setelah subjek Rd menjalin hubungan dengan waria, subjek menjadi

jauh dengan keluarga karena keluarga subjek menentang hubungan tersebut.

Bahkan subjek sempat akan diusir oleh bapaknya. Hubungan yang tidak baik

dengan keluarga membuat subjek Rd merasa tidak aman berada di rumah. Hal

ini dapat dilihat dari pernyataannya,

” Ya pasti bapak saya juga menentang mbak, adik-adik saya yang perempuan juga jadi ribut sama saya gara-gara hal itu. Kalau adik-adik saya yang cowokaja cuek. Pokoknya yang paling cerewet itu adik-adik saya yang cewek itu mbak. Bapak saya juga sampai pernah mau ngusir saya gara-gara saya pacaran ama waria.” (W2.S2.KRA4.N106.Brs 633-645)

Lain lagi dengan subjek Ags sejak ia menjalin hubungan dengan waria

hubungannya dengan keluarga tetap baik meskipun awalnya keluarga juga tidak

setuju. Tetapi setelah subjek Ags memberi pengertian kepada keluarganya dan

mengenalkan pacar subjek kepada keluarganya akhirnya mereka menginjinkan.

Sekarang hubungan waria dengan keluarga subjek juga sudah lebih baik dan

mereka mau menerima kehadiran waria sebagai pacar subjek. Subjek Ags

merasa lebih aman karena hubungan subjek dengan keluarga sudah jauh lebih

baik sejak ia menjalin hubungan dengan waria. Bahkan subjek Ags sudah

beberapa kali mengajak waria ke rumahnya. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataannya,

” Baik juga, ya sampai sekarang akhirnya semenjak sama pacar saya hubungannya sudah kembali normal. Toh itu juga pacar saya sudah sering kali ke rumah saya, kenal sama kakak saya sama orang tua saya itu udah 3 kali ketemu.” (W3.S3.KRA4.N19.Brs 68-77)

Pernyataan lain,

” Ya pertama kali pacar saya ke rumah keponakan ma orang tua gak setujuyang kedua kali saya datang terus saya ngomong akhirnya sedikit -sedikit mereka bisa menerima

sampai sekarang kadang pacar saya nelpon ya ngobrol-ngobrolah.”

(W3.S3.KRA4.N128.Brs 593-602)

Hal ini diperkuat dengan pernyataan pacar subjek Ags yang

mengungkapkan bahwa awalnya keluarga subjek Ags kurang setuju tetapi

akhirnya bisa menerima kehadiran dirinya. Hal ini dapat dilihat dari

pernyataannya,

Udah saya udah pernah ke rumahnya, saya diperkenalkan sama bapaknya maaf dia udah gak punya ibu, ibunya sudah meninggal waktu dia masih kecil. Saya dikenalkan sama kakak-kakaknya, kakak iparnya, keponakannya semua udah tau siapa saya sebagai seorang waria tapi bukan seorang PSK. Makanya waktu pertama kali ada perdebatan di keluarga pacar saya tapi ya Alhamdulilah akhirnya bisa diterima.” (War3.KRA4.N15.Brs 163-179 )

3.Kebutuhan akan Cinta dan Rasa Memiliki

Dokumen terkait