• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang

berarti “menggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan

bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Semua emosi, pada dasarnya, adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi (Goleman: 2009).

Goleman (2009:45) menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir; berempati dan berdoa.

Para ahli sosiobiologi menunjuk pada keunggulan perasaan dibandingkan nalar pada saat-saat kritis, mereka menyimpulkan tentang mengapa evolusi menempatkan emosi sebagai titik pusat jiwa manusia. Menurut para ahli tersebut, emosi menuntun kita menghadapi saat-saat kritis dan tugas-tugas yang terlampau riskan bila hanya diserahkan kepada otak. Berbeda dengan tes-tes untuk IQ yang sudah dikenal, sampai sekarang belum ada tes tertulis tunggal yang

menghasilkan “nilai kecerdasan emosional”. Landasan di balik tingkat

kemampuan ini tentu saja adalah saraf, tetapi sebagaimana akan kita lihat, otak akan terus menerus belajar.

Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong

produktivitas mereka; orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan memiliki pikiran yang jernih

2. Cara Melatih Emosi

Selain dilatih dalam pembelajaran di sekolah, kecerdasan emosional atau emosi juga dilatih di dalam rumah melalui peran orangtua dan keluarga. Di dalam keluarga, orangtua akan membina hubungan dengan anak-anak sambil meningkatkan kecerdasan emosional mereka. Pelatihan emosi terjadi dalam lima langkah, langkah-langkah ini mencakup: (Gottman, 2008:73)

a. Menyadari Emosi Anak

Orangtua yang sadar terhadap emosi-emosi mereka sendiri dapat menggunakan kepekaan mereka untuk menyelaraskan diri dengan perasaan-perasaan anak mereka. Seringkali anak-anak mengungkapkan emosi mereka secara tidak langsung dan dengan cara-cara yang membingungkan orang-orang dewasa. Setiap kali orangtua merasa berpihak pada anak, maka orangtua tahu apa yang sedang dirasakan anak mereka, berarti orangtua sedang mengalami empati yang merupakan landasan pelatihan emosi.

b. Mengenali Emosi Sebagai Peluang untuk Menjadi Akrab dan untuk Mengajar

Bagi banyak orangtua, mengenali emosi negatif anak-anak dapat dijadikan peluang untuk menjalin ikatan dan mengajar, orangtua dapat memandang amarah anak-anak sebagai suatu tantangan. Dengan mengakui emosi-emosi anak, orangtua dapat menolong mereka mempelajari keterampilan-keterampilan untuk menghibur diri mereka sendiri, keterampilan-keterampilan yang akan berguna bagi mereka untuk seumur hidup. Anak akan belajar bahwa orangtua adalah sekutu dan memikirkan bagaimana caranya bekerjasama.

c. Mendengarkan dengan Penuh Empati dan Menegaskan Perasaan-Perasaan Anak

Mendengarkan dengan empati, menggunakan mata untuk mengamati petunjuk fisik emosi-emosi anak. Orangtua diharapkan dapat menggunakan kata-kata untuk merumuskan kembali, dengan cara yang menenangkan dan tidak mengecam, apa yang didengar dan untuk menolong anak memberi nama emosi-emosi mereka. Paling penting adalah menggunakan hati untuk merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anak. Mendengarkan anak pada saat emosional menyadarkan orangtua bahwa menyampaikan pengamatan-pengamatan sederhana biasanya jauh lebih bermanfaat

daripada mengajukan penrtanyaan-pertanyaan menyelidik untuk membuat percakapan berlangsung lancar.

d. Menolong Anak Memberi Label Emosi-Emosi dengan Kata-Kata Langkah yang mudah dan sangat penting dalam pelatihan emosi adalah menolong anak memberi nama emosi-emosi mereka sewaktu emosi-emosi itu mereka alami. Menyediakan kata-kata dapat menolong anak mengubah suatu perasaan yang tidak jelas, menakutkan, dan tidak nyaman menjadi sesuatu yang tidak dapat dirumuskan, sesuatu yang mempunyai batas-batas dan merupakan bagian wajar dari kehidupan sehari-hari. Orangtua dapat membantu membimbing anak menjajaki rangkaian emosinya.

e. Menentukan Batas-Batas, Menolong Anak Memecahkan Masalah Setelah orangtua mau mendengarkan anak dan menolongnya memberi nama serta memahami emosinya, orangtua dapat merasa tertarik ke dalam suatu proses pemecahan masalah. Proses ini memiliki lima tahap, yaitu: (1) menentukan batas-batas; (2) menentukan sasaran; (3) memikirkan pemecahan yang mungkin; (4) mengevaluasi pemecahan yang disarankan berdasarkan nilai-nilai keluarga; dan (5) menolong anak memilih satu pemecahan. 3. Aspek-Aspek Kecerdasan Emosinal

Salovey (dalam Goleman, 2009:57-59) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional

yang dicetuskannya, seraya meperluas kemampuan ini menjadi lima wilayah utama:

a. Mengenali emosi diri, yaitu kemampuan untuk memantau perasaan dari waktu ke waktu. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan kita yang sesungguhnya membuat kita berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memiliki keyakinan yang lebih tentang perasaannya mempunyai kepekaan lebih tinggi akan perasaan mereka yang sesungguhnya atas pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi.

b. Mengelola emosi, yaitu kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan, atau ketersinggungan. Orang-orang yang buruk kemampuannya dalam keterampilan ini akan terus-menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan jauh lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. c. Memotivasi diri sendiri, yaitu kemampuan untuk menata emosi

sebagai alat untuk mencapai tujuan kaitannya untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

d. Mengenali emosi orang lain, yaitu kemampuan meneliti akar empati dan biaya sosial akibat ketidakpedulian secara emosional.

Orang yang empatik lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain.

e. Membina hubungan, yaitu merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain, meliputi keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan ini akan sukses dalam bidang apa pun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain.

Dokumen terkait