• Tidak ada hasil yang ditemukan

-60 -50 -40 -30 -20 -10 0

Kontrol Btg Pisang Kot Ayam Kot Sapi Rumput Jerami Campuran

Perlakuan d al am akar ( cm )

bulan ketiga bulan keenam

Gambar 16. Hubungan perlakuan kompos dengan kedalaman perakaran tanaman Terlihat perakaran tanaman semakin dalam seiring pertambahan waktu. Namun masih lebih dangkal dibandingkan dengan kontrol. Ini menunjukkan bahwa perlakuan menambah ketersediaan hara bagi tanaman, sehingga aktivitas akar tanaman untuk mencari hara tidak terlalu intensif, ditunjukkan dari lebih dangkalnya kedalam akar tanaman yang diberi perlakuan kompos.

Selain pengamatan sifat fisik tanaman, dilakukan pula analisis kadar hara melalui analisis jaringan tanaman. Kondisi awal tanaman dibandingkan dengan

total kadar hara pada tiga dan enam bulan setelah aplikasi kompos meliputi hara N, P, K, Na, Ca, Mg dan unsur mikro berupa Fe, Cu, Zn, dan Mn.

Daun jeruk diukur total haranya untuk melihat unsur-unsur yang diserap tanaman. Hasil analisis awal pada Tabel Lampiran 2 menunjukkan bahwa tanaman berada dalam kondisi tidak seimbang bila dilihat pada tabel kecukupan hara (Obreza et al., 1999). Kandungan nitrogen sebanyak 2,43% menunjukkan bahwa kandungan nitrogen dalam tanaman masih rendah. Kandungan fosfor sebesar 0,07% dan kandungan kalium sebesar 0,13% menunjukkan bahwa tanaman masih mengalami kekurangan hara tersebut. Kandungan kalsium sebesar 1,72% menunjukkan bahwa kandungannya rendah dan hanya kandungan magnesium sebesar 0,34%, yang menunjukkan tanaman berada dalam kondisi optimum. Kandungan unsur mikro berupa Fe sebanyak 60,8 ppm, Cu 15,5 ppm, Zn 28,0 ppm dan Mn 35,6 ppm yang menunjukkan bahwa tanaman mengandung unsur mikro yang optimum.

Perubahan kadar hara tanaman juga dilihat pada tiga dan enam bulan setelah aplikasi disajikan pada Tabel 9. Pada bulan ketiga, aplikasi kompos hanya berpengaruh nyata terhadap kadar nitrogen dan kalium. Kadar N tanaman sangat berbeda nyata pada perlakuan aplikasi kompos berupa jerami padi yaitu sebesar 3,29% dibanding kontrol yang hanya sebesar 2,39% pada bulan ketiga. Setelah enam bulan aplikasi, meningkatnya kadar nitrogen tidak memberikan pengaruh yang nyata pada semua perlakuan.

Tingginya nitrat yang disediakan oleh tanah juga tidak menunjukkan kadar nitrogen yang tinggi pula pada tanaman. Hal ini dapat terjadi karena serapan hara yang lebih menggambarkan kondisi tanaman. Pada penelitian ini tidak dihitung biomassa tanaman, sehingga tidak diperoleh data serapan tanaman.

Kadar kalium tanaman sangat berbeda nyata pada perlakuan aplikasi kompos berupa kotoran ayam yaitu sebesar 1,29% dibanding kontrol yang hanya sebesar 0,74% pada bulan ketiga. Pengaruh ini masih terlihat setelah enam bulan aplikasi. Kadar kalium menjadi lebih besar akibat perlakuan aplikasi kompos kotoran sapi (1,82%) yang memberikan pengaruh nyata dibanding kontrol (0,61%). Hal ini terkait dengan semakin tersedianya kalium di dalam tanah.

Tabel 9. Pengaruh perlakuan kompos terhadap kadar unsur makro daun tanaman setelah tiga dan enam bulan aplikasi

Parameter Satuan Perlakuan Kontrol Batang Pisang Kotoran Ayam Kotoran Sapi Rumput Jerami Padi Campuran Bulan Ketiga N % 2,39 a 2,56 a 2,78 ab 2,66 ab 2,94 ab 3,29 b 2,87 ab P % 0,23 b 0,20 a 0,22 ab 0,22 ab 0,22 ab 0,22 b 0,22 b K me/100g 0,74 a 0,84 ab 1,29 b 0,98 ab 0,93 ab 1,10 ab 1,00 ab Ca me/100g 2,94 a 2,39 a 3,01 a 2,81 a 3,14 a 2,63 a 2,58 a Mg me/100g 0,34 a 0,32 a 0,33 a 0,37 a 0,36 a 0,33 a 0,34 a Na me/100g 0,16 a 0,31 a 0,23 a 0,20 a 0,22 a 0,26 a 0,16 a Bulan Keenam N % 2,94 ab 2,70 a 2,95 ab 3,00 ab 3,13 ab 3,35 b 3,07 ab P % 0,26 a 0,25 a 0,24 a 0,30 a 0,25 a 0,27 a 0,24 a K me/100g 0,61 a 1,46 ab 1,62 b 1,82 b 1,13 ab 1,15 ab 1,15 ab Ca me/100g 3,21 ab 2,77 ab 2,90 ab 3,47 b 2,99 ab 2,36 a 2,59 ab Mg me/100g 1,33 b 1,18 bc 1,16 bc 1,45 c 1,10 bc 0,90 ab 0,73 a Na me/100g 0,15 a 0,30 ab 0,29 ab 0,31 b 0,21 ab 0,23 ab 021 ab

Keterangan: angka pada baris yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan

Hal yang tak jauh berbeda juga terjadi pada kadar unsur mikro yang terlihat pada Tabel 10. Pada tiga bulan setelah aplikasi, semua perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kontrol. Hanya kadar Mn yang berbeda nyata setelah enam bulan aplikasi kompos. Kadar Mn akibat perlakuan kompos menjadi lebih besar akibat aplikasi kompos batang pisang (90,6 ppm) dan jerami padi (109,4 ppm) dibandingkan kadar kontrol yang hanya 51,0 ppm.

Bila dilihat dari kecukupan hara, perlakuan ini pada bulan ketiga menghasilkan ketersediaan nitrogen pada kontrol masih rendah, aplikasi kompos dari batang pisang, kotoran ayam dan kotoran sapi berada pada kondisi optimum dan rumput, jerami padi dan campuran berada pada selang yang tinggi. Semua perlakuan pada kadar hara juga menunjukkan bahwa kadar fosfor juga tinggi. Kadar kalium tanaman juga meningkat. Kontrol masih mengalami defisiensi, hanya kompos kotoran ayam yang menyebabkan kadar kalium menjadi optimum, dan yang lain kandungannya masih rendah. Kadar kalsium juga sudah optimum pada perlakuan kotoran ayam dan rumput, dan ketersediaan natrium menjadi tinggi pada semua perlakuan.

Tabel 10. Pengaruh perlakuan kompos terhadap kadar unsur mikro tanaman setelah tiga dan enam bulan aplikasi (ppm)

Para meter Perlakuan kontrol Batang pisang Kotoran

ayam Kotoran sapi rumput

Jerami padi Campuran Bulan ketiga Fe 139,5 a 90,4 a 142,2 a 122,6 a 96,7 a 134,1 a 94,0 a Cu 13,9 a 14,9 a 13,7 a 12,0 a 11,8 a 13,9 a 11,8 a Zn 26,8 a 23,5 a 25,3 a 26,3 a 21,6 a 24,0 a 23,2 a Mn 49,3 a 47,9 a 55,2 a 44,1 a 63,9 a 65,8 a 38,8 a Bulan keenam Fe 120,9 a 87,6 a 69,3 a 116,7 a 91,2 a 88,9 a 114,4 a Cu 8,6 a 7,9 a 7,2 a 7,9 a 8,5 a 7,9 a 8,2 a Zn 33,9 a 18,2 a 27,2 a 17,5 a 15,5 a 20,4 a 21,7 a Mn 51,0 a 90,6 bc 67,1 ab 75,7 abc 82,5 abc 109,4 c 73,2 ab Keterangan: angka pada baris yang diikuti dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada taraf 5% menurut uji Duncan

Pada bulan keenam juga terjadi peningkatan kadar hara. Hanya perlakuan kompos batang pisang yang menunjukkan kadar nitrogen yang optimum, kontrol dan perlakuan kompos kotoran ayam dan kotoran sapi berada pada kondisi tinggi, sedangkan yang lain sudah berlebih. Kadar fosfor juga tinggi untuk semua perlakuan. Kadar kalium kontrol masih rendah, aplikasi kompos rumput, jerami padi dan campuran masih rendah, kompos batang pisang dan kotoran ayam adalah yang optimum dan kompos kotoran sapi termasuk tinggi. Dari data juga terlihat bahwa perlakuan kontrol dan kompos kotoran sapi menunjukkan kadar kalsium yang optimum, sedangkan yang lain menunjukkan rendah. Kadar magnesium menunjukkan bahwa semua perlakuan berlebih. Begitu juga kadar natrium, hanya kontrol, rumput, jerami dan campuran yang menunjukkan kadar yang tinggi, sedangkan yang lain juga berlebih.

Untuk kadar hara mikro yang awalnya sudah optimum, adanya perlakuan menyebabkan jumlah total dalam tanaman menurun. Hal ini terjadi karena aplikasi bahan organik mampu mengikat unsur mikro yang ada di dalam tanah mengganggu serapan hara tanaman.

Kadar Fe menjadi rendah untuk perlakuan kompos kotoran ayam, rumput dan kontrol, sedang yang lain menjadi defisien pada bulan ketiga. Selanjutnya semua menjadi kekurangan pada bulan keenam. Kadar Cu dan Zn juga menjadi kekurangan pada tiga dan enam bulan aplikasi. Ketersediaan Mn masih optimum

pada bulan ketiga untuk semua perlakuan sedangkan pada bulan keenam hanya perlakuan kompos kotoran ayam yang memiliki kadar yang rendah.

Besi merupakan unsur yang penting untuk pembentukan khlorofil dan transfer elektron, Mn terlibat dalam perubahan O2 dalam fotosintesis, Zn merupakan bagian dari sistem transfer elektron dan sintesisi protein, dan Cu terlibat dalam beberapa enzin dan tidak dapat digantikan oleh ion lainnya. Sampai bulan keenam, kekurangan unsur mikro ini belum terlihat pengaruhnya terhadap penampakan fisik tanaman. Penelitian Aguilar et al. (1997) yang menggunakan bahan organik 33,6 ton/ha, menunjukkan bahwa serapan hara unsur P, K, dan Fe berbeda nyata pada tanaman jeruk dibanding kontrol, setelah diaplikasikan selama dua tahun.

Faktor penting untuk melihat pengaruh aplikasi kompos terhadap tanaman dapat dilihat dari hasil produksi. Hasil pengamatan di lapang setelah empat belas bulan aplikasi menunjukkan rata-rata jumlah buah per pohon yang disajikan pada Gambar 17. Dari Gambar terlihat bahwa jumlah buah jeruk terbanyak setelah diaplikasikan kompos kotoran sapi mencapai rata-rata 109 buah/pohon, diikuti kompos batang pisang sebanyak rata-rata 100 buah/pohon.

Dilihat dari hara yang ditambahkan, kompos kotoran sapi memang lebih banyak dibanding kompos lain. Namun, bila dibandingkan dengan hara yang ditambahkan melalui aplikasi kompos batang pisang yang rendah dibanding yang lain, adalah suatu hal yang kurang wajar bila penyebab banyaknya buah adalah ketersediaan hara. Dari hal tersebut, adalah suatu hal yang menarik ditemukan bahwa hasil buah yang banyak yang bukan hanya disebabkan dari banyaknya ketersediaan hara dari tanah, namun juga oleh faktor lain yang dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kompos pisang memiliki spesifikasi khusus yang dapat merangsang pertumbuhan buah.

Pertumbuhan tanaman terkait dengan ketersediaan hara. Adapun yang membatasi pertumbuhan adalah yang tersedia dalam jumlah terkecil. Pendapat ini sesuai dengan Hukum Liebig yang menyatakan bahwa ketersediaan yang paling sedikitlah yang membatasi pertumbuhan. Dari hal ini dapat dinyatakan bahwa penambahan kompos pisang yang terbatas jumlahnya, namun mampu memberikan

hasil yang banyak menunjukkan bahwa ketersediaan hara pada kompos ini cukup memberikan hara yang seimbang pada tanaman jeruk.

Dokumen terkait