• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Tumbuhan Obat

5.3.4 Kelompok penyakit

Penggunaan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat di Desa Jeruk Manis dapat dikelompokkan ke dalam 27 kelompok penyakit. Dilihat dari jumlah spesies tumbuhan obatnya, kelompok penyakit/penggunaan tertinggi adalah sakit kepala dan demam (52 spesies tumbuhan obat) dan yang terendah adalah pada kelompok penyakit/penggunaan perawatan organ tubuh wanita (1 spesies tumbuhan obat). Adapun kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya tersaji pada Tabel 14 berikut ini. Budidaya 36% Liar 57% Semi budidaya 7%

Tabel 14 Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obatnya*

No. Kelompok Penyakit Spesies

1. Gangguan Peredaran Darah Kayu sepang (Caesalpinia sappan), imba (Azadirachta indica), jati (Tectona grandis)

2. Keluarga Berencana (KB) Kayu banten (Lannea coromandelica), pace (Morinda citrifolia), memunti (Costus speciosus), punti lumut (Musa acuminata)

3. Penawar Racun Memunti (Costus speciosus), nyambu batu (Psidium guajava), nyiur (Cocos nucifera)

4. Penyakit Diabetes Binahong (Anredera cordifolia), kecepok atau klampokan (Physalis angulata), lembayin jogang (Amaranthus spinosus), sabo (Manilkara zapota), semet meyong (Orthosiphon aristatus)

5. Penyakit Gigi Bebembe kuning (Synedrella nodiflora), blungadang (Euphorbia puicherrima), jarak (Jatropha curcas), kumbi (Tabernaemontana macrocarpa), lemaq (Ficus septica), rengga/jarak (Jatropha multifida), tetandan gritik (Alsomitra macrocarpa)

6. Penyakit Ginjal Belimbing bolo (Averrhoa bilimbi), Kelempui` (Amomum subulatum), rampang siso (Drymaria cordata), rumput gegarem (Sporobolus diander)

7. Penyakit Kanker/Tumor Eceng gondok (Eichhornia crassipes), kemutung (Rubus rosaefolius), lemaq (Ficus septica), srikaya belanda (Annona muricata)

8. Penyakit Kelamin Re (Imperata cylindrica)

9. Penyakit Kuning Bage (Tamarindus indica), bambu kuning (Bambusa vulgaris), kelor (Moringa pterygosperma)

10. Penyakit Tulang Adas (Foeniculum vulgare), boro sapa (Erythrina variegata), jahe (Zingiber officinale), kenderat (Mirabilis jalapa), ketujur (Sesbania grandiflora), rengga/jarak (Jatropha multifida), tetandan gritik (Alsomitra macrocarpa)

*Catatan: Kelompok penyakit dan spesies tumbuhan obat selengkapnya tersaji pada Lampiran 7

Berdasarkan spesies tumbuhan obat yang digunakan oleh warga masyarakat, menunjukkan bahwa penyakit yang banyak diidap adalah penyakit panas. Salah satu spesies tumbuhan obat untuk sakit kepala dan demam yang berpotensi dikembangkan adalah binahong (Anredera cordifolia) (Gambar 34). Pada beberapa negara spesies ini sudah lama dikenal sebagai tanaman obat potensial yang dapat mengatasi berbagai jenis penyakit. Bahkan di Vietnam tumbuhan ini merupakan makanan wajib bagi masyarakat. Menurut Manoi (2009) tumbuhan binahong mempunyai manfaat sangat besar dalam dunia pengobatan, secara empiris dapat menyembuhkan berbagai penyakit berat.

Tumbuhan binahong mengandung beberapa senyawa aktif seperti flavonoid, alkaloid, terpenoid dan saponin. Kemampuan binahong untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit ini berkaitan erat dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid. Flavonoid dapat berperan langsung sebagai antibiotik dengan menggangu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri dan virus (Manoi 2009).

Gambar 34 Binahong (Anredera cordifolia).

Kelompok penyakit terbanyak kedua adalah penyakit saluran pencernaan. Warga masyarakat di Desa Jeruk Manis mengaku sering mengidap penyakit seperti maag, sakit perut, mules, mencret, diare, cacingan, berak darah dan beberapa penyakit saluran pencernaan lainnya. Dalam pengobatannya warga masyarakat di desa ini menggunakan tumbuhan atau ramuan yang bermacam-macam.

Terdapat tidak kurang dari 32 spesies tumbuhan yang digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis untuk mengobati penyakit yang berawal dari gangguan saluran pencernaan. Beberapa spesies tumbuhan obat tersebut di antaranya bayam (Amaranthus caudatus), blandengan (Leucaena leucocephala), sabo (Manilkara zapota), nyambu batu (Psidium guajava) dan jejengas (Lantana camara).

Nyambu batu merupakan spesies yang lebih sering dan umum digunakan oleh masyarakat di desa ini untuk mengatasi persoalan yang diakibatkan oleh gangguan saluran pencernaan. Nyambu batu dianggap ampuh mengobati sakit

perut, mules atau mencret. Warga biasa menggunakan nyambu batu dengan cara dikunyah daun mudanya atau memakan langsung buah mudanya.

Bukti empiris khasiat nyambu batu diperkuat oleh Adina (2012) bahwa daun nyambu seringkali digunakan untuk pengobatan diare, gastroenteritis dan keluhan-keluhan lain yang berhubungan dengan pencernaan. Menurutnya daun nyambu batu kaya akan senyawa flavonoid, khususnya quercetin. Senyawa inilah yang memiliki aktivitas antibakteri dan berkontribusi terhadap efek antidiare. Ekstrak dari tanaman ini secara in vitro bersifat toksik terhadap beberapa bakteri penyebab diare seperti Staphylococcus, Salmonella, Shigella, Bacillus, Escherichia coli,

Clostridium dan Pseudomonas. Sementara itu polifenol yang ditemukan pada daun diketahui memiliki aktivitas sebagai antioksidan.

Nyambu batu banyak tumbuh di kawasan hutan Resort Kembang Kuning TNGR, sisa dari program jalur hijau selebar 20 m dari batas luar kawasan pada tahun 1998. Sebagai tanaman yang potensial untuk lebih dikembangkan, nyambu batu memiliki banyak manfaat di antaranya merupakan sumber serat pangan (dietary fiber) yang mampu mencegah penyakit degeneratif seperti kanker usus besar (kanker kolon), divertikulosis, aterosklerosis, gangguan jantung, Diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu ginjal. Selain itu tanaman ini memiliki kandungan vitamin C yang tinggi yang berfungsi bagi sistem kerja tubuh manusia (Balitbu 2008).

Kelompok penyakit/penggunaan terendah adalah untuk perawatan organ tubuh wanita. Penyakit yang dimaksud adalah melangsingkan badan. Dari hal ini dapat dijelaskan bahwa sebenarnya pola makan atau konsumsi yang terbentuk di Desa Jeruk Manis membuat masyarakat khususnya wanita tidak mengidap penyakit seperti obesitas atau kegemukan. Maka wajar bila penggunaan atau pengetahuan mereka terhadap ramuan atau tumbuhan yang digunakan untuk perawatan organ tubuh seperti melangsingkan badan, lebih rendah dibandingkan dengan kelompok penyakit/penggunaan lainnya.

Beberapa di antaranya spesies tumbuhan obat dapat saling menggantikan satu sama lain untuk mengobati jenis penyakit yang sama (mempunyai nilai subtitusi). Misalnya untuk pengobatan tunggal, seperti obat panas dapat menggunakan buluan (Nephelium lappaceum), bunga jepun (Plumeria alba),

bluntas (Pluchea indica), adas (Foeniculum vulgare) serta beberapa spesies-spesies lainnya.

Berdasarkan penemuan yang ada, tidak ada satu pun di antara spesies tumbuhan yang diketahui dan digunakan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis yang spesifik berdiri sendiri mengobati penyakit tertentu atau dengan kata lain tidak mempunyai tumbuhan penggantinya (subtitusi). Justru yang ada ialah beberapa spesies dapat mengobati berbagai macam penyakit bahkan digunakan sebagai campuran berbagai ramuan pengobatan untuk berbagai jenis penyakit (komplementer) seperti sekur (Kaempferia galanga).

5.3.5 Bagian yang digunakan

Berdasarkan bagian yang digunakan, spesies tumbuhan obat dapat dikelompokkan ke dalam 13 macam yaitu akar, batang, biji, buah, bunga, daun, getah, kulit batang, lendir pada pakis, rimpang/rhizoma, seluruh bagian tumbuhan (herba), tunas dan umbi. Secara keseluruhan dilihat dari bagian tumbuhan yang digunakan tersebut, daun merupakan bagian yang paling banyak digunakan yaitu sebanyak 89 spesies (38%). Jumlah dan persentase bagian tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu jenis penyakit tersaji pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah spesies dan persentase bagian tumbuhan obat yang digunakan No. Bagian tumbuhan obat yang digunakan Jumlah (spesies) Persentase (%)

1 Akar 22 10 2 Batang 18 8 3 Biji 13 6 4 Buah 22 10 5 Bunga 17 7 6 Daun 89 38 7 Getah 8 3 8 Kulit batang 9 4

9 Lendir pada pakis 1 1

10 Rimpang/Rhizoma 9 4

11 Seluruh bagian tumbuhan (herba) 12 5

12 Tunas 2 1

13 Umbi 6 3

Dominasi bagian daun yang digunakan, menjadi pertanda bahwa kearifan tradisional dari nenek moyang masyarakat di Desa Jeruk Manis telah menjunjung tinggi nilai-nilai konservasi. Hal ini karena dilihat dari aspek kelestarian pemanfaatan spesies tumbuhan obat pada bagian daun tidak begitu berdampak terhadap regenerasi tumbuhan. Berbeda halnya bila pemanfaatan spesies tumbuhan obat tersebut pada bagian akar dan batang yang dilakukan secara berlebihan dikhawatirkan akan berdampak terhadap regenerasi tumbuhan berikutnya, khususnya yang berhabitus pohon.

Pemanfaatan bagian daun ini menjadi bukti bahwa kearifan tradisional dapat dijelaskan secara ilmiah karena daun mengandung berbagai macam zat mineral.

Daun merupakan organ tumbuhan yang penting, karena pada daun terdapat komponen dan sekaligus tempat berlangsungnya proses fotosintesis, respirasi dan transpirasi (Santoso & Hariyadi 2008).

5.3.6 Keanekaragaman habitus

Spesies tumbuhan obat yang diketahui dan digunakan oleh masyarakat Suku Sasak di Desa Jeruk Manis dikelompokkan juga berdasarkan habitusnya. Berdasarkan habitusnya tersebut, spesies tumbuhan obat dibagi dalam 7 kelompok habitus yaitu epifit/benalu, herba, liana, pakis-pakisan, perdu, pohon dan semak. Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitusnya terdapat pada Tabel 16 berikut ini.

Tabel 16 Jumlah spesies dan persentase tumbuhan obat berdasarkan habitus No Habitus Jumlah (spesies) Persentase (%)

1 Epifit/benalu 2 1 2 Herba 60 39 3 Liana 19 12 4 Pakis-pakisan 2 1 5 Perdu 29 19 6 Pohon 35 22 7 Semak 9 6 Jumlah 156 100

Habitus dengan jumlah spesies terbanyak adalah herba yakni sebanyak 60 spesies (39%). Beberapa contoh spesies tumbuhan obat yang berhabitus herba

adalah blincang 1 (Begonia grandis), blincang 2 (Begonia isoptera), punti (Musa

spp.), ketepu (Ophiorrhiza neglecta), jahe (Zingiber officinale) dan sempol (Hedychium coronarium). Spesies-spesies ini merupakan tumbuhan dari famili Begoniaceae, Musaceae, Rubiaceae dan Zingiberaceae. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Mackinnon et al. (2000) bahwa banyak suku tumbuhan yang memberikan sumbangan bagi lapisan herba, termasuk Monocotiledone seperti jahe-jahean, pisang liar, begonia, Gesneriaceae, Melastomataceae, Rubiaceae, berbagai spesies paku dan anggrek.

Spesies berhabitus herba memiliki daya adaptasi yang tinggi. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hutasuhut (2011) bahwa spesies herba memiliki daya saing yang kuat dan adaptasi yang tinggi terhadap tumbuhan di sekitarnya (seperti semak, perdu, bahkan pohon) sehingga mampu tumbuh di tempat yang kosong.

Herba berperan penting dalam siklus hara tahunan. Serasah herba yang dikembalikan pada tanah mengandung unsur-unsur hara yang cukup tinggi. Menurut Soeriaadmadja (1997), herba berfungsi sebagai penutup tanah yang berperan penting dalam mencegah rintikan air hujan dengan tekanan keras yang langsung jatuh ke permukaan tanah, sehinggga akan mencegah hilangnya humus oleh air.

Habitus lainnya yang juga dominan digunakan adalah pohon. Banyaknya pohon yang dimanfaatkan oleh warga masyarakat di Desa Jeruk Manis, mengungkapkan bahwa upaya konservasi tumbuhan obat juga harus didukung dengan upaya konservasi ekosistem hutan yang tersusun atas berbagai struktur vegetasi terutama pohon. Hal ini seperti yang dijelaskan Zuhud (2009) bahwa konservasi keanekaragaman tumbuhan obat Indonesia mutlak memerlukan ekosistem hutan yang alami dengan struktur vegetasi pohon dari berbagai spesies dengan konstruksi strata tajuk yang berlapis-lapis.

Dokumen terkait