• Tidak ada hasil yang ditemukan

Home care adalah bentuk pelayanan pendampingan dan perawatan lanjut usia di rumah sebagai wujud perhatian terhadap lansia lansia yang rentan, sakit, kesepian, dan tinggal sendiri dengan mengutamakan peran masyarakat berbasis keluarga. Home care memberikan pelayanan lanjut usia seperti pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, dan pelayanan gizi. Lansia peserta home care mendapatkan seluruh pelayanan yang disediakan, tetapi bagi lansia bukan peserta home care hanya mendapatkan pelayanan kesehatan. Diduga, dengan pemberian berbagai pelayanan tersebut maka kondisi konsumsi pangan, status kesehatan, tingkat depresi dan status gizi lansia peserta home care akan lebih baik dibanding lansia bukan peserta home care.

Status gizi pada lansia secara langsung dapat dipengaruhi oleh status kesehatan. Antara status kesehatan (terutama penyakit infeksi) dan status gizi terdapat pola interaksi yang bolak-balik. Status kesehatan juga secara langsung dapat mempengaruhi konsumsi pangan dan tingkat depresi lansia. Seseorang yang mengalami penyakit, terutama infeksi, akan kehilangan nafsu makan sehingga menurunkan asupan energi dan zat gizi lainnya. Perasaan depresi akan muncul jika lansia mengalami suatu gangguan fisik akibat terganggunya status kesehatan lansia dengan adanya penyakit yang diderita. Perasaan depresi yang muncul pada lansia memungkinkan timbulnya sikap apatis lansia terhadap makanan dan lansia cenderung mengurangi konsumsi pangannya. Selain dipengaruhi oleh status kesehatan, status gizi lansia juga secara langsung dipengaruhi oleh konsumsi pangannya.

Gambar 4 Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi status gizi pada lansia Karakteristik responden: - Usia - Jenis kelamin - Tingkat pendidikan - Pekerjaan - Sumber pendapatan - Status pernikahan - Living arrangement ο‚· Pelayanan sosial ο‚· Pelayanan kesehatan ο‚· Pelayanan gizi peserta Konsumsi Pangan

Status Gizi (IMT): Berat badan Tinggi lutut Status Kesehatan: - Keluhan kesehatan - Lama sakit - Frekuensi - Pengobatan Tingkat Depresi bukan peserta ο‚· Pelayanan kesehatan Keterangan:

Varaibel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti :

METODE

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian mengenai keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, kondisi mental dan status gizi pada lansia peserta dan bukan peserta home care menggunakan disain cross sectional study. Peneliti melakukan observasi pada lansia tanpa melakukan intervensi. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive. Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tegal Alur untuk lansia peserta (binaan Yayasan Emong Lansia) dan bukan peserta home care. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai November 2010.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Contoh yang diambil harus memenuhi kriteria lansia berusia 60 tahun atau lebih, tidak mengidap stroke atau gangguan ingatan (masih dapat mengingat kejadian lampau dengan cukup baik), dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia diwawancara sebagai responden.

Lansia peserta dan bukan peserta home care yang telah memenuhi kriteria inklusi kemudian diambil secara purposive, masing-masing 30 orang lansia. Penentuan lansia peserta dan bukan peserta home care yang dijadikan contoh atas bantuan pendamping (caregiver), disesuaikan dengan kriteria inklusi sama seperti lansia peserta home care. Jumlah seluruh responden adalah 60 orang lansia.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data karakteristik responden (nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber pendapatan, status pernikahan, living arrangement), konsumsi pangan (jumlah, jenis dan frekuensi) satu bulan, data status gizi (berat badan dan tinggi lutut), status kesehatan (keluhan kesehatan, lama sakit, frekuensi sakit, dan tindakan pengobatan) sebulan terakhir, dan tingkat depresi satu minggu terakhir. Data sekunder meliputi data keadaan umum Yayasan Emong Lansia (YEL) serta pelaksanaan home care di Tegal Alur.

Data karakteristik responden, konsumsi pangan, status kesehatan, dan tingkat depresi diperoleh melalui wawancara langsung dengan alat bantu

kuesioner. Konsumsi pangan dinilai dengan kuesioner FFQ semikuantitatif berisi bahan pangan yang telah disusun sebelumnya, lansia ditanyakan mengenai kebiasaan makan selama satu bulan terakhir sebelum wawancara serta bahan pangan lainnya yang mungkin dikonsumsi lansia tetapi tidak terdapat di dalam kuesioner. Hasil jawaban lansia kemudian akan dikonfirmasi ulang kepada keluarga atau pendamping yang menemani. Data status kesehatan yang terdiri dari keluhan kesehatan, lama sakit, frekuensi sakit, dan tindakan pengobatan ditanyakan satu bulan terakhir sebelum wawancara. Data status kesehatan diperoleh dengan penilaian subjektif berdasarkan hasil wawancara tanpa melakukan pemeriksaan klinis.

Tingkat depresi diukur dengan menggunakan kuesioner SDG versi pendek yang berisi 15 pertanyaan bersifat tertutup. Lansia ditanyakan mengenai kondisi sesuai dengan kuesioner SDG selama satu minggu terakhir sebelum wawancara. Jawaban diperoleh dengan menyanyakan pertanyaan kuesioner secara langsung maupun tidak langsung (sesuai dengan cerita yang disampaikan lansia selama proses wawancara). Pertanyaan terbuka diajukan untuk mengetahui berbagai alasan yang melatarbelakangi jawaban setiap pertanyaan sehingga dapat mendukung jawaban yang diberikan lansia.

Penilaian status gizi ditentukan berdasarkan pengukuran berat badan dan tinggi lutut. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak Health Scale yang memiliki ketelitian 1kg. Lansia berdiri di atas timbangan dan pandangan lurus kedepan tanpa menggenggam atau menyentuh apapun, sepatu, tas, barang lain dilepas, kemudian angka penunjuk dibaca. Tinggi lutut dipergunakan sebagai prediktor tinggi badan, diukur dengan menggunakan kaliper pengukur tinggi lutut (terbuat dari alumunium yang diberi pita meteran) dengan ketelitian 0,1cm. Tinggi lutut diukur dengan posisi berbaring (terlentang) pada kaki kiri, antara tulang tibia dan tulang paha membentuk 900, kemudian kaliper pengukur tinggi lutut ditempatkan sejajar tulang tibia, di antara tumit sampai bagia proksimal dari tulang platela, kemudian skala dibaca. Pengukuran tinggi lutut dilakukan dua kali pengukuran, kemudian diambil nilai rata-ratanya, untuk meningkatkan ketelitian pengukuran.

Pengolahan dan Analisis Data

Tahapan pengolahan data dimulai dari editing, coding, entri, cleaning, selanjutnya dianalisis. Penyusunan coding sebagai panduan entri dan pengolahan data. Selanjutnya dilakukan entri data sesuai kode yang telah dibuat

dan cleaning data untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS version 16.0 for Windows.

Pengolahan data konsumsi pangan menggunakan data yang diperoleh dari wawancara dengan kuesioner FFQ (food frequency questionnaire) semi kuantitatif. Data konsumsi dalam ukuran gram per hari kemudian dikonversi dengan program Microsoft Excel 2007 untuk mendapatkan kandungan energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium, dan fosfor. Jumlah konsumsi energi dan zat gizi kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (WNPG 2004) untuk mengetahui tingkat kecukupan zat gizi. Tingkat kecukupan dapat dirumuskan sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1990):

𝑇𝐾𝐺𝑖 = 𝐾𝑖

𝐴𝐾𝐺𝑖 π‘₯100% Keterangan: TKGi = tingkat kecukupan zat gizi individu

Ki = konsumsi zat gizi individu

AKGi = angka kecukupan zat gizi individu yang dianjurkan

Status kesehatan responden meliputi keluhan kesehatan, lama sakit, frekuensi sakit, dan tindakan pengobatan. Keluhan kesehatan dikelompokkan menjadi penyakit infeksi, non infeksi, dan berbagai keluhan lain. Lama sakit dan frekuensi sakit dianalisis berdasarkan rata-rata dan standar deviasi. Penyakit infeksi dikelompokkan menjadi penyakit diare, ISPA, demam, dan infeksi lainnya.

Tingkat depresi diukur dengan menggunakan Skala Depresi Geriatrik (SDG) versi pendek berisikan 15 pertanyaan. Jawaban dari pertanyaan diberi skor 1 dan 0 dengan skor maksimal 15. Beberapa pertanyaan ada yang bersifat invers (kebalikannya). Tingkat depresi dikelompokkan menjadi 4 kategori, yaitu normal (0-4), depresi ringan (5-8), depresi sedang (9-11), depresi berat (12-15) (McDowell 2006).

Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan dan tinggi lutut. Tinggi lutut digunakan sebagai prediksi tinggi badan. Fatmah et al.(2008) merekomendasikan model prediksi tinggi badan lansia, yaitu: Laki-laki : Prediksi TB = 56,343 + 2,102 tinggi lutut

Perempuan : Prediksi TB = 62,682 + 1,889 tinggi lutut

Status gizi ditentukan dengan IMT, perbandingan berat badan dengan kuadrat tinggi badan dalam meter. Status gizi dikategorikan menjadi empat kategori, yaitu kurang (IMT < 18,5 kg/m2), normal (18,5 kg/m2 ≀ IMT ≀ 24,9 kg/m2), overweight

(IMT β‰₯ 25,0 kg/m2), obesitas (IMT β‰₯ 30,0 kg/m2) (WHO 2004 diacu dalam PDGKI 2008).

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia. Analisis deskriptif disajikan berupa tabel frekuensi, rata-rata dan standar deviasi pada variabel penyelenggaraan home care, karakteristik contoh, konsumsi pangan per golongan pangan, status kesehatan, tingkat depresi, dan status gizi. Uji statistik yang digunakan yaitu:

1. Uji beda, uji yang digunakan adalah uji T sampel independen (independent-sampel t test) untuk data rasio dan uji Mann Whitney untuk data ordinal. Perbedaan konsumsi dan tingkat kecukupan zat gizi serta status gizi lansia peserta dan bukan peserta home care dianalisis dengan uji T, sedangkan perbedaan tingkat depresi dan status kesehatan lansia peserta dan bukan peserta home care dianalisis dengan uji Mann Whitney.

2. Uji hubungan, Uji korelasi Pearson untuk menganalisis hubungan tingkat kecukupan zat gizi dengan status gizi, hubungan lama sakit infeksi dengan tingkat kecukupan zat gizi, dan hubungan lama sakit infeksi dengan status gizi. Uji Person digunakan karena data kedua variabel bersifat rasio. Selain itu, untuk variabel data ordinal digunakan uji korelasi Spearman untuk menganalisis hubungan keluhan kesehatan dengan tingkat depresi dan hubungan tingkat depresi dengan tingkat kecukupan zat gizi.

Pengkategorian variabel disajikan pada tabel di bawah:

Tabel 3 Variabel dan indikator data yang dianalisis

No Variabel Kategori variabel

1 Karaktersitik responden

- Umur (WHO) 1. Usia lanjut (60-74 tahun) 2. Usia tua (75-90 tahun) - Jenis kelamin 1. Laki-laki

2. Perempuan - Tingkat pendidikan 1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD 3. Tamat SD/sederajat 4. Tamat SMP/sederajat 5. Tamat SMA/sederajat 6. Tamat PT - Pekerjaan 1. Petani 2. Buruh 3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja 5. Lainnya

No Variabel Kategori variabel - Sumber pendapatan 1. Sosial

2. Anak 3. Cucu 4. Sendiri 5. Pensiunan 6. Lainnya - Status pernikahan 1. Menikah

2. Tidak menikah 3. Cerai hidup 4. Cerai mati - Living arrangement 1. Tinggal sendiri

2. Tinggal bersama keluarga 2 Konsumsi pangan

- Tingkat kecukupan Energi dan Protein (Depkes 1996 diacu dalam Sukandar 2007)

1. Defisit tingkat berat (<70% AKG) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% AKG) 3. Defisit tingkat ringan (80-89%AKG) 4. Normal (90-119% AKG)

5. Berlebih (>120% AKG) - Tingkat kecukupan

Kalsium, Fosfor, Vitamin A, dan Vitamin C (Gibson 2005)

1. Kurang (<77% AKG) 2. Cukup (β‰₯77% AKG)

3 Status Gizi (WHO 2004 diacu dalam PDGKI 2008) 1. Kurang (IMT < 18,5 kg/m2) 2. Normal (18,5 kg/m2 ≀ IMT ≀ 25 kg/m2 ) 3. Overweight (IMT > 25,0 kg/m2) 4. Obesitas (IIMT β‰₯ 30,0 kg/m2 ) 4 Status Kesehatan

- Keluhan kesehatan 1. Tidak ada

2. Terdapat 1 jenis keluhan

3. Terdapat lebih dari 1 jenis keluhan - Jenis penyakit dan

keluhan

1. Infeksi 2. Non infeksi 3. Keluhan

- Lama sakit Dianalisis berdasarkan rata-rata dan standar deviasi

- Frekuensi sakit Dianalisis berdasarkan rata-rata dan standar deviasi

- Tindakan pengobatan 1. Puskesmas 2. Dokter 3. Obat warung 4. Obat tradisional 5 Tingkat depresi (McDowell

2006) 1. Normal (0-4) 2. Depresi ringan (5-8) 3. Depresi sedang (9-11) 4. Depresi berat (12-15) Definisi Operasional

Lansia adalah orang yang lansia berusia 60 tahun atau lebih, tidak mengidap stroke atau gangguan ingatan (masih dapat mengingat kejadian lampau dengan cukup baik), dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia diwawancara sebagai responden.

Home care adalah bentuk pelayanan sosial bagi lansia, dibawah naungan Yayasan Emong Lansia (YEL), yang dilakukan oleh pendamping berupa pelayanan minimal kunjungan satu kali dalam satu minggu, bantuan sembako perbulan, pelaksanaan kegiatan ramah lansia serta pelayanan kesehatan.

Peserta home care adalah lansia yang terdaftar sebagai lansia binaan YEL, mendapatkan pelayanan kunjungan minimal 1kali seminggu dari pendamping, bantuan sembako perbulan, serta pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan dokter minimal 1kali dalam 1bulan di kegiatan ramah lansia, serta pelayanan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan setempat jika mengalami sakit diluar pemeriksaan rutin.

Bukan peserta home care adalah lansia yang tidak terdaftar sebagai lansia binaan YEL, mendapatkan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan dokter 1kali dalam 1bulan di kegiatan ramah lansia.

Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dijalani lansia diukur dengan lamanya tahun pendidikan atau jenjang pendidikan Sumber pendapatan adalah asal biaya yang diperoleh atau dipergunakan lansia

untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya meliputi sandang, pangan, dan papan, tidak selalu dalam bentuk uang namun dapat dalam bentuk lain.

Living arrangement adalah pengaturan tempat tinggal lansia yang menunjukkan keberadaan tinggal lansia.

Pekerjaan adalah aktifitas yang dilakukan oleh lansia dengan tujuan untuk mendapatkan uang.

Status penikahan adalah status hubungan lansia dengan lawan jenisnya yang sah secara hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya).

Konsumsi pangan adalah jumlah dan frekuensi pangan per kelompok pangan yang dikonsumsi lansia, diukur satu bulan terakhir dari waktu wawancara dengan menggunakan FFQ semi-kuantitatif.

Status kesehatan adalah kondisi lansia yang meliputi keluhan kesehatan, lama sakit, frekuensi sakit dan tindakan pengobatannya selama 1 bulan terakhir.

Keluhan kesehatan adalah gangguan terhadap kondisi fisik karena sakit, kecelakaan atau hal lainnya, termasuk orang yang menderita penyakit kronis meskipun pada saat pendataan tidak kambuh penyakitnya.

Lama sakit adalah jumlah hari sakit yang dialami lansia sebulan terakhir dari waktu wawancara

Frekuensi sakit adalah jumlah pengulangan atau kekambuhan penyakit tertentu yang dialami lansia sebulan terakhir dari waktu wawancara

Status gizi adalah keadaan gizi lansia yang ditentukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi lutut untuk kemudian dihitung IIMT, dikategorikan menjadi, status gizi kurang (IMT < 18,5 kg/m2), normal (18,5 kg/m2 ≀ IMT ≀ 25 kg/m2), overweight (IMT > 25,0 kg/m2) dan obesitas (IMT β‰₯ 30,0 kg/m2).

Tingkat depresi adalah keadaan emosi yang dirasakan responden selama 1 minggu terakhir yang diukur menggunakan Skala Depresi Geriatrik (SDG) versi pendek dengan kategori normal (0-4), depresi ringan (5-8), depresi sedang (9-11), dan depresi berat (12-15).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait