• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka pemikiran yang pernah dibuat oleh DFID (2000) menempatkan lima modal strategi nafkah berupa modal manusia, modal uang, modal fisik, modal alam dan modal sosial di bagian tengah kerangka pemikiran. Konteks kerentanan tersambung kepada kelima modal strategi nafkah ini dibagian awal sebagai input permasalahan juga sebagai akibat dari proses yang dilakukan oleh struktur berupa level pemerintahan dan sektor swasta serta proses berupa hukum, kebijakan, budaya dan kelembagaan berkaitan dengan kelima modal yang mampu mempengaruhi dan di akses oleh struktur dan proses. Konteks kerentanan, modal strategi nafkah dan struktur dan proses kemudian direkayasa oleh oleh strategi nafkah dalam rangka mewujudkan hasil akhir kerangka pemikiran ini yaitu strategi nafkah berkelanjutan ditujukan untuk menghasilkan pendapatan yang lebih besar, meningkatkan kesejahteraan, mengurangi kerentanan, meningkatkan ketahanan pangan, dan pemanfaatan modal alam yang lebih lestari.

Sementara itu, Scoones (2005) yang mengadaptasi dari Ellis (2000), menempatkan konteks kerentanan dibagian tengah kerangka pemikirannya. Konteks kerentanan yang berupa goncangan, trend dan musim bersama-sama dengan konteks kelembagaan dan kebijakan mempengaruhi modal-modal strategi nafkah. Modal strategi nafkah mempengaruhi strategi mata pencaharian (livelihood) yang outputnya adalah bertambah atau berkurangnya kemiskinan, bertambah atau berkurangnya kerentanan, bertambah atau berkurangnya kondisi keamanan pangan, bertambah atau berkurangnya pemanfaatan sumberdaya, dan bertambah atau berkurangnya kelestarian basis sumberdaya.

Kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini menempatkan modal-modal strategi nafkah di bagian input, konteks kerentanan keluarga dan strategi nafkah yang diterapkan dibagian proses dan tingkat kesejahteraan keluarga sebagai output. Agar lebih mudah memahami, kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka pemikiran Strategi Nafkah Keluarga Tingkat Kesejahteraan Keluarga - Politik kebijakan pemerintah Kerentanan Keluarga Modal Strategi Nafkah

Modal manusia

- Jumlah anggota keluarga - Umur suami dan istri - Pendidikan suami dan istri - Pendapatan perkap keluarga - Pengeluaran perkapkeluarga - Lokasi tempat tinggal

- Modal Alam Modal uang

- Tabungan dan piutang - Emas dan perhiasan Modal fisik

- Aset bergerak keluarga - Aset tidak bergerak

keluarga

Modal sosial keluarga - Kepercayaan - Norma - Jaringan Keterangan : Variabel diteliti Berpengaruh Berhubungan

4 METODE

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Berdasarkann tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggambarkan karakteristik keluarga, tingkat kerentanan keluarga, strategi nafkah yang diterapkan, dan tingkat kesejahteraan yang berhasil dicapai oleh keluarga petani. Penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 1999). Penelitian ini merupakan studi cross-sectional, data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan. Penelitian dilaksanakan selama 17 bulan yaitu pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juli 2015 mulai dari penulisan proposal, penyusunan instrument, pengambilan data, analisis data dan penulisan laporan.

Pemilihan daerah penelitian ini dilakukan pada daerah pertanian tandus yang kekurangan air di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Kecamatan Playen dipilih karena merupakan daerah pertanian di Gunungkidul dengan luas lahan pertanian terluas kedua setelah Semanu, yaitu 276 Ha lahan sawah (wetland) dan 10.250 Ha Lahan Kering (non wetland) (BPS Gunungkidul 2008). Selain itu berdasarkan pertimbangan bahwa dua kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta pada 2012 memiliki indek kedalaman kemiskinan (poverty gap index P1) dan indeks keparahan kemiskinan (poverty soverity index P2) yang sangat tinggi yaitu Gunungkidul dan Kulonprogo, serta bila dilihat dari segi pencapaian IPM Kabupaten Gunungkidul merupakan yang terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi DIY. Kecamatan Playen terdiri dari 13 desa, selanjutnya pemilihan 2 desa dipilih secara sengaja, yaitu satu desa dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan dan satu desa jauh dari pusat pemerintahan kecamatan.

Pada penelitian ini, diteliti 26 (dua puluh enam) faktor yang menjadikan sebuah keluarga menjadi rentan. Setiap satu butir pernyataan pengakuan kerentanan di beri skor 1 sehingga keluarga yang tergolong sangat rentan akan memiliki skor kerentanan 26. Skor 26 tersebut kemudian dikelompokkan menjadi tiga kluster. Dikatakan rentan tingkat rendah bila dibawah skor 8,66. Rentan tingkat sedang bila berada di antara skor 8,67 sampai dengan 17,33 dan rentan tingkat tinggi apabila skornya berada diantara 17,34 sampai dengan 26,0. Tabel 5.34 menunjukkan bahwa terdapat 73,0 keluarga petani di daerah penelitian pada kondisi rentan rendah, 26,0 persen dengan status rentan sedang dan 1,0 rentan tingkat tinggi.

Teknik pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga petani yang bermukim di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta. Kriteria dan unit analisis dalam penelitian ini adalah keluarga petani pemilik lahan garapan. Responden penelitian ini adalah kepala keluarga (KK) atau istri (ibu). Teknik penarikan contoh yang digunakan adalah acak sederhana (simple random sampling) dari seluruh keluarga petani pemilik yang bertempat tinggal di desa Bandung yang dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan Playen dan Desa Bleberan yang letaknya jauh dari pusat pemerintahan Kecamatan Playen. Data primer yang dikumpulkan mencakup 110 keluarga contoh, namun setelah dilakukan screening ditetapkan menjadi 100 keluarga contoh. Secara skematis alur penentuan lokasi dan contoh dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 4.1. Alur penentuan lokasi dan contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan terdiri data primer dan data sekunder. Penelitian ini dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pengambilan data dilakukan pada bulan agustus hingga September 2014.

Data primer yang diperoleh meliputi :

1. Karakteristik sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari : umur, jumlah tanggungan keluarga, lama pendidikan suami-istri, pengeluaran keluarga, modal finansial keluarga, modal fisik keluarga.

2. Modal strategi nafkah yang hanya bisa diakses namun tidak bisa dimiliki secara pribadi oleh keluarga terdiri dari : modal sosial keluarga yang meliputi komponen kepercayaan, norma dan jaringan serta modal alam yang

Purposive wilayah Miskin DIY Kabupaten Gunungkidul (18 Kecamatan) Kecamatan Playen (13 Desa) Provinsi DIY

Ds. Bleberan, jauh dari pusat pemerintahan/ kantor kecamatan n = 719 KK Petani Pemilik Ds.Bandung, dekat dengan pusat pemerintahan kantor kecamatan n =374 KK Petani Pemilik n = 50 n =50 Purposive terdekat dan terjauh dari pusat

pemerintahan/ kantor kecamatan

Purposive

Purposive luas lahan pertanian terluas kedua setelah Semanu

merupakan kemampuan dan kemauan untuk mengakses tanah, air dan biodiversitas yang ada di lingkungan tempat tinggal keluarga.

3. Tingkat kerentanan keluarga. 4. Tingkat kesejahteraan keluarga.

Sementara itu data sekunder diperlukan untuk memperkaya dan menunjang analisis data primer. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait, yaitu Kantor Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pertanian, Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Kantor Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Kantor Kecamatan dan Kantor Desa di lokasi penelitian. Adapun data sekunder yang dikumpulkan mencakup data keadaan umum daerah penelitian yang meliputi kondisi geografis, iklim, administrasi, kependudukan, sosial budaya, sarana dan prasarana.

Pengolahan dan Analisis Data

Instrumen yang telah disusun, diuji reliabilitas dan validitasnya. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah instrument dapat digunakan untuk memperoleh data yang sesungguhnya. Uji reliabilitas digunakan untuk menguji hasil yang diperoleh melalui instrument memiliki nilai yang konsisten pada setiap penggunaan instrument (Tabel 4.1). Data yang telah diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning dan analyzing. Selanjutnya data dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Tabel 4. 1 Jumlah item pertanyaan per variabel dan sumber intrumen penelitian.

No Variabel Jumlah pertanyaan Sumber Kues Hal 1 Karakteristik keluarga 10 Dikembangkan sendiri 1

2 Modal fisik 22 Dikembangkan dengan mengacu instrument

penelitian Muflikhati (2010)

2

3 Modal finansial 4 Dikembangkan dengan modifikasi instrument

penelitian Muflikhati (2010)

2 4 Pengeluaran

rumah tangga

28 Dikembangkan dengan modifikasi instrument penelitian Suandi (2007), Muflikhati (2010)

3

5 Modal alam 4 Dikembangkan sendiri mengacu pada The

livelihood assessment tool-kid dikembangkan oleh ILO dan FAO United Nations, April 2009 dan Kilimanyika, After Scoones, I., in Carney. D. (ed) (1998) 4 6 Modal sosial keluarga (trust, norms and networking)

20 Dikembangkan dengan modifikasi instrument penelitian Narayan dan Cassidy (1999), Suandi (2007), Alfiasari (2009), Kabir et al (2000), Minamoto (2010) dan Widodo (2011), telah reliable dengan Alpha Cronbach sebesar 0,769, secara terpisah norma sosial keluarga telah reliabel dengan Cronbach’s Alpha = 0,701 dan modal sosial jaringan keluarga dengan Alpha Cronbach’s =0,803

4-5

7 Kerentanan keluarga aspek sosial-ekonomi

26 Modifikasi dengan mengacu pada jenis-jenis kerentanan keluarga yang telah disebutkan oleh Golden, O.; et.al. (2012), Ersado (2006), DFID (2000), Moser (1996) dan Sunarti

(2013). Reliabel dengan Alpha Cronbach sebesar 0,677.

8 Strategi nafkah 9 Dikembangkan dengan pendekatan teori

strategi nafkah Ellis (1993, 1998,2000), Scoones (1998), DFID (2000), Siddiqui, T.,(2003), Sumarti (2007).

6-8

9 Kesejahteraan BKKBN

21 Dikembangkan oleh BKKBN 9-10

Instrumen penelitian telah diuji reliabilitas dan validitasnya, instrument tersebut untuk menggali informasi dari responden berupa data-data karakteristik keluarga, modal strategi nafkah, strategi nafkah, kerentanan dan tingkat kesejahteraan keluarga. Variabel dalam penelitian ini ditetapkan berdasarkan atas kerangka pemikiran penelitian. (Tabel 4.2).

Tabel 4.2. Variabel penelitian dan pengukurannya

No Variabel Ukuran Keterangan

1. Karakterist ik Keluarga - Jumlah tanggungan keluarga - Usia suami - Usia istri - Pendidikan suami - Pendidikan istri - Pendapatan perkapita keluarga - Pengeluaran keluarga - Lokasi tempat tinggal

- (jiwa) - (tahun) - (tahun)

- (lama pendidikan =tahun)/jenjang

pendidikan 0=tidak sekolah;

1=SD;2=SLTP;3=SLTA;4=Akademi;5= Sarjana;6=Pascasarjana

- Pendapatan perkapita = Rp/bln/orang - pengeluaran keluarga=Rp/bln/keluarga - Lokasi 0=Bandung (desa yang dekat

dengan pusat pemerintahan);

1=Bleberan(desa yang jauh dengan pusat pemerintahan) 2 Modal fisik - [1] Kepemilikan ternak - [2] Kepemilikan elektronik - [3] Kepemilikan kendaraan - [4] Kepemillikan mesin - [5] Kepemilikan rumah - [6] Kepemilikan pekarangan - [7] Kepemilikan sawah - [8] Kepemilikan ladang - [9]Kepemilikan empang

Dijawab dengan jumlah items dan nilai total per items nya dalam Rupiah (Rp)

3 Modal

finansial

- [1] Kepemilikan uang tunai - [2] Tabungan di bank - [3] Piutang

- [4] Kepemilikan emas - [5] Kepemilikan perhiasan

Dijawab dengan jumlah items dan nilai total per items nya dalam Rupiah (Rp)

4 Modal alam - [1] Memanfaatkan hutan - [2] Memanfaatkan sungai - [3] Memanfaatkan sumur - [4] Memanfaatkan lahan kosong

- Tingkat pemanfaatan modal alam bagi pilihan strategi nafkah

- Pengukuran modal alam dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu pemanfaatan skala rendah antara (0- 33,33), pemanfaatan skala sedang (33,34- 66,66) dan pemanfaatan skala tinggi (66,67-100). Pertanyaan penelitian terdiri dari 4 pertanyaan dengan jawaban skala likert : tidak pernah (TP), kadang-kadang

(KD), sering (SR), selalu (SLL)

5 Modal

sosial

- [1] Trust” mengukur adanya rasa saling percaya antara suami istri tentang

berbagai keputusan

menyangkut strategi

nafkah yang diterapkan di dalam keluarga

- [2]“norms” mengukur adanya

nilai-nilai yang

dibudayakan didalam

keluarga sehingga

membantu terjadinya

pilihan strategi nafkah - [3]“networking” mengukur

adanya jaringan sosial, pertemanan, kekerabatan

dan interaksi yang

memungkinkan terjadinya pilihan strategi nafkah

- Seberapa besar tingkat pemanfaatan modal sosial bagi pilihan strategi nafkah - Terdiri dari 5 pertanyaan untuk “trust” - Terdiri dari 5 pertanyaan untuk “norm”,

jawaban akan membantu mengetahui strategi nafkah keluarga dengan jawaban skala likert mulai 1-5 : tidak pernah (TP), kadang-kadang (KD), jarang (JR), sering (SR) dan selalu (SLL). Kelima skala likert ini akan bermuara pada nilai skor rendah hingga tinggi, nilai 0-33,33= rendah, nilai 33,34-66,66= sedang, nilai 66,67- 100=tinggi.

- Terdiri dari 10 pertanyaan untuk “networking”, 5 (lima) pertanyaan untuk menilai seberapa banyak lembaga sosial dan lembaga ekonomi yang diakses oleh keluarga contoh, dan 5 (lima) pertanyaan mengenai seberapa sering keluarga contoh mengakses lembaga sosial dan lembaga ekonomi tersebut.

a. Pemanfaatan rendah skor 0-33,33 b. Pemanfaatan sedang skor 33,34-66,66 c. Pemanfaatan tinggi skor 66,67-100 6 Strategi nafkah - [1] Intensifikasi lahan pertanian - [2] Diversifikasi strategi nafkah - [3] Migrasi

- Bagaimana keluarga petani menerapkan kombinasi pilihan strategi nafkah untuk pemenuhan kebutuhan 7 Kerentanan keluarga aspek sosial ekonomi

- Hanya kepala keluarga yang memiliki pendapatan, usia KK lebih dari 60 tahun, pendapatan tidak cukup untuk keperluan sehari-hari, ada anggota keluarga yang sakit berat, pendidikan formal KK dan istri rendah, memiliiki hutang yang belum terbayar

pada saat dilakukan

penelitian, memiliki anak balita, sering terjadi pertengkaran, JAK lebih dari 3 orang, anak dan menantu belum pisah rumah, tidak memiliki simpanan makanan, gemar berjudi, rumah bukan

milik sendiri, enggan

merantau, orang tua miskin, ada keluarga yang cacat fisik, tidak memiliki tabungan, tidak suka mengakses bank, DO dari sekolah, tidak suka ke RS bila sakit, tidak punya

askes/jamkesmas, ada

keluarga dengan riwayat keterbelakangan mental, terbebani oleh sumbangan

- Mengukur tingkat kerentanan yang sedang dialami oleh keluarga petani (skor)

- Terdiri dari 26 pertanyaan Setiap butir disediakan 2 jawaban yaitu : (0) Tidak memiliki kerentanan jenis tersebut, (1) Memiliki kerentanan jenis tersebut. Selanjutnya jawaban responden diberikan skor sebagai berikut :

a.skor 0 = jika jawaban tidak memiliki kerentanan jenis tersebut

b.skor 1= jika jawaban memiliki kerentanan jenis tersebut.

Kemudian skor dijumlahkan dan

diperoleh total minimal 0 dan maksimal 26. Hasil skor total tersebut dikelompokkan menjadi 3 kategori dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Interval kelas (I) =

skor tertinggi – skor terendah Jumlah kelas yang diinginkan

Berdasarkan rumus tersebut, tingkat kerentanan keluarga dapat dikategorikan menjadi:

hajatan, lingkungan tidak aman karena bencana alam, tidak ada gotongroyong di dalam masyarakat, hidup soliter.

b. Kerentanan sedang skor 8,66-17,33 c. kerentanan tinggi skor 17,33-26

8 Tingkat

kesejahtera an keluarga

- Indikator BKKBN

- Indikator pengeluaran pangan dan non pangan

- Indikator BPS

- (skor dari 21 butir pertanyaan)

- Bila lebih banyak konsumsi non pangan maka lebih sejahtera

- Batas garis kemiskinan Kabupaten Gunungkidul Rp.238.056/kap/bln

Adapun cara pengukuran variabel yang digunakan adalah :

1. Tingkat kesejahteraan keluarga dengan menggunakan indikator keluarga sejahtera menurut BKKBN, keluarga dikelompokkan menjadi :

I. Keluarga Pra Sejahtera, jika tidak memenuhi criteria keluarga sejahtera I (Pra KS)

II. Keluarga Sejahtera I (KS I) jika memenuhi enam criteria KS I.

III.Keluarga Sejahtera II (KS II) jika memenuhi criteria KS I plus delapan kriteria KS II

IV.Keluarga sejahtera III (KS III) jika memenuhi 14 kriteria KS II plus lima kriteria KS III

V. Keluarga Sejahtera III plus (KS III plus) jika memenuhi 19 kriteria KS III plus dua kriteria

Dengan pengelompokkan tersebut, keluarga dikatakan miskin jika termasuk dalam keluarga Pra KS dan KS I. Keluarga Pra KS dan KS I merupakan keluarga miskin ditinjau dari segi ekonomi maupun sosial (pendidikan, keagamaan, kesehatan).

Disamping itu BKKBN juga menyusun kriteria keluarga miskin karena alasan ekonomi, yakni keluarga yang memenuhi 6 kriteria yang terkait dengan masalah ekonomi. Kriteria miskin alasan ekonomi BKKBN jika tidak memenuhi seluruh persyaratan berikut :

1. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih dalam sehari.

2. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda-beda untuk di rumah, bekerja, sekolah dan bepergian.

3. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.

4. Paling kurang seminggu sekali menyediakan daging/susu/ayam sebagai lauk makan keluarga

5. Paling kurang membeli satu stel pakaian baru dalam setahun terakhir

6. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 per orang.

2. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan karakteristik keluarga petani di daerah tandus. Analisis ini dilakukan untuk menggambarkan kondisi masing-masing peubah yang mempengaruhi kerentanan keluarga, strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga petani di lahan tandus. Tujuan utamanya adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti secara objektif. Dalam penelitian ini digambarkan mengenai tingkat kerentanan, strategi nafkah dan tingkat kesejahteraan keluarga petani.

3. Perbedaan antara karakteristik keluarga, modal-modal strategi nafkah, tingkat kesejahteraan menurut porsi pengeluaran pangan dan non pangan, tingkat kesejahteraan menurut indikator batas garis kemiskinan, dan strategi nafkah yang diterapkan keluarga petani yang tinggal di desa yang letaknya dekat dan jauh dari kantor kecamatan atau pusat pemerintahan di uji dengan menggunakan uji-t dua sampel independen (independent- sample t test). Sedangkan perbedaan tingkat kesejahteraan keluarga menurut indikator BKKBN dianalisis menggunakan Mann-Whitney U.

4. Analisis regresi logistik biner digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga petani berdasarkan indikator BKKBN. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

Logit = β1X1 + β2X2 + β3X3……..+ β9X9+ ε

Keterangan:

p = Peluang untuk sejahtera (0=tidak miskin, miskin=1)

β1-15= Koefisien regresi

∝= Konstanta

β1-11= Koefisien regresi

X1 = Jumlah anggota keluarga (orang)

X2 = Umur suami (tahun)

X3= Pendidikan suami (tahun)

X4= Pengeluaran perkapita/bulan/keluarga (Rp 000) X5= Besaran nilai modal fisik (Rp 00 000)

X6= Besaran nilai modal financial (Rp 00 000)

X7=Besaran nilai modal sosial ((Skor))

X8=Pemanfaatan modal alam (Skor)

D1= lokasi tempat tinggal (0= dekat kecamatan, 1=jauh kecamatan) D2= Strategi nafkah (0=intensifikasi, 1=diversifikasi+migrasi) X9= Kerentanan keluarga (Skor)

ε = Error

Definisi Operasional Variabel

1. Jumlah anggota keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau keseluruhan bangunan yang memiliki hubungan darah atau hubungan akibat pernikahan (dinyatakan dalam jumlah anggota keluarga = orang).

2. Keluarga petani adalah keluarga yang sebagian penghasilannya diperoleh dari sektor pertanian dan mencurahkan sebagian waktunya di bidang pertanian dalam penelitian ini mengkhususkan pada petani pemilik.

3. Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri demografis yang dimiliki keluarga, meliputi jumlah anggota keluarga, umur KK dan istri, tingkat pendidikan KK dan istri, pelatihan KK dan istri, besar pendapatan per kapita keluarga, besar pengeluaran total keluarga, dan asset yang dimiliki.

4. Umur suami adalah lama hidup suami yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir, dinyatakan dalam rasio (tahun) dan skala ordinal (produktif=15-63 tahun, tertanggung=lebih dari 64 tahun ).

5. Umur istri adalah lama hidup istri yang dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir, dinyatakan dalam rasio (tahun) dan skala ordinal (produktif=15-63 tahun, tertanggung=lebih dari 64tahun ).

6. Tingkat pendidikan suami adalah jumlah tahun atau lamanya pendidikan yang telah ditempuh oleh suami dinyatakan dalam rasio (tahun).

7. Tingkat pendidikan istri adalah jumlah tahun atau lamanya pendidikan yang telah ditempuh oleh istri dinyatakan dalam rasio (tahun).

8. Modal alam: adalah akses ke tanah, air, flora, hutan, sungai, danau, kehidupan liar, kehidupan laut dan biodiversitas yang bisa menambah peluang keluarga petani memperoleh sumber nafkah (dinyatakan dalam indeks, akses rendah 0-33,33, sedang 33,34-66,66 dan tinggi lebih dari 66,67).

9. Modal sosial: menunjuk pada ketersediaan kepercayaan sosial, norma-norma dan jaringan, yang mana seseorang akan bisa menarik manfaat dari adanya kepercayaan, norma dan jaringan untuk menyelesaikan masalah nafkahnya (dinyatakan dalam indeks, akses rendah 0-33,33, sedang 33,34-66,66 dan tinggi lebih dari 66,67).

10.Modal manusia: keahlian, pengetahuan, kemampuan tenaga kerja dan kesehatan serta kemampuan yang bagus untuk melakukan berbagai strategi nafkah (dinyatakan dalam jumlah tahun pendidikan KK dan Istri, dan jumlah anggota keluarga (JAK)).

11.Modal fisik: adalah modal fisik yang dimiliki keluarga petani yaitu semisal rumah, kendaraan, peralatan didalam rumah dan ternak (dinyatakan dalam rupiah).

12.Modal uang: sumber keuangan yang tersedia bagi manusia (baik itu uang tunai di rumah, tabungan, hutangan, akses kepada pekerjaan yang digaji rutin, musiman atau pensiun rutin) yang akan membuat mereka memiliki pilihan sumber penghidupan (dinyatakan dalam rupiah).

13.Pengeluaran per kapita keluarga petani adalah penjumlahan dari pengeluaran seluruh anggota keluarga petani yang berupa kebutuhan pangan dan pangan di bagi jumlah anggota keluarga/JAK (dinyatakan dalam rupiah per kapita per bulan).

14.Transfer payment adalah pendapatan pasif yang diperoleh anggota keluarga tanpa bekerja saat menerimanya, semisal uang pensiun, pemberian sanak- kerabat, tunjangan dari pemerintah (dinyatakan dalam rupiah/bulan).

15.Faktor eksternal keluarga adalah modal alam, kelembagaan sosial dan kelembagaan ekonomi yang bisa diakses dan mempengaruhi cara hidup keluarga di pedesaan dinyatakan dalam rasio (skor) dan ordinal tingkatan akses (rendah, sedang dan tinggi).

16.Kelembagan sosial desa adalah keberadaan dan aksesibilitas perkumpulan sosial di pedesaan semisal PKK, dharma wanita, pengajian, karang taruna, dll. yang membuat anggota keluarga bisa memperluas jaringan/networking

sehingga membantu strategi nafkah keluarga dinyatakan dalam rasio (skor) dan ordinal tingkatan akses (rendah, sedang dan tinggi).

17.Kelembagaan ekonomi desa adalah keberadaan dan aksesibilitas lembaga ekonomi di pedesaan semisal bank, kelompok tani, KUD dan lain-lain yang dapat diakses oleh keluarga dalam bentuk kredit/pinjaman maupun informasi

untuk memperoleh sumber penghidupan yang layak atau memperluas jaringan/networking sehingga membantu strategi nafkah keluarga .

18.Kerentanan keluarga aspek sosial-ekonomi adalah : sekumpulan kondisi yang menciptakan peluang sebuah keluarga untuk menjadi miskin dimasa yang akan datang, merupakan peluang untuk menjadi miskin kelak jika sekarang tidak miskin, atau peluang untuk tetap miskin jika sekarang pun sudah miskin dinyatakan dalam rasio (skor) dan ordinal (rentan rendah,sedang, tinggi).

19.Kesejahteraan keluarga adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial anggota keluarga agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosial, spiritual dan ekonominya.

20.Tidak sejahtera BPS adalah keadaan ketidakmampuan suatu individu atau keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya Indikator Kemiskinan BPS untuk Kabupaten Gunung Kidul adalah pengeluaran per kapita < Rp.238.056 /bulan. 21.Sejahtera BKKBN (1998) adalah kondisi tingkat kesejahteraan keluarga menjadi

pra sejahtera (Pra KS) dan keluarga sejahtera I (KS I) dalam penelitian ini disimpulkan sebagai miskin dan KS II sampai dengan KS III Plus dinyatakan sebagai tidak miskin).

22.

Strategi nafkah (Livelihood Strategy) : Strategi pencarian sumber penghidupan yang bisa ditekuni untuk membiayai segala kebutuhan seluruh anggota keluarga dalam jangka panjang baik disaat miskin maupun disaat sejahtera (dinyatakan sebagai strategi intensifikasi lahan pertanian jika hanya menekuni pertanian dan peternakan, dan diversifikasi strategi nafkah jika menekuni bidang pertanian dan wiraswasta non tani, petani serta migrasi jika melakukan migrasi).

23.Migrasi adalah salah satu strategi nafkah dengan cara pergi berpindah ke tempat lain melewati border wilayah administrasi tertentu, temporer secara teratur maupun selamanya dengan tujuan memperbaiki taraf penghidupan, dalam penelitian ini mencari penghidupan dengan pergi dari lingkungan rumah sejauh > 5 km pergi pagi pulang sore atau sebaliknya secara teratur sudah dihitung melakukan migrasi.

6 SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait